Chereads / Peace Hunter / Chapter 324 - Chapter 324 : Hellfire Healing Cloak

Chapter 324 - Chapter 324 : Hellfire Healing Cloak

"Tolong sembuhkan ibundaku dan bangunkan beliau dari tidur panjangnya," ucap Irene.

"Menyembuhkan ibundamu ?," tanyaku.

Aku tidak terkejut setelah mendengar perkataan Irene karena sebelumnya aku sudah menebak kalau Irene akan memintaku untuk melakukan itu.

"Iya. Aku minta tolong kepadamu, Rid," ucap Irene.

Walaupun tidak terlihat dengan jelas, tetapi wajah Irene menunjukkan kalau dia benar-benar memohon kepadaku. Aku pun terdiam beberapa saat setelah mendengar perkataan Irene. Tidak lama kemudian, aku pun mulai berbicara kembali.

"Aku sudah tahu tentang apa yang dialami oleh ibundamu, Irene. Ibundamu mengalami 'Frozen Sleep' karena diduga menggunakan teknik terlarang yang dimiliki oleh keluarga San Lucia. 'Frozen Sleep' yang dialami oleh ibundamu membuat jantung beliau diselimuti oleh es yang membeku. Jantung yang membeku itu lah yang membuat beliau mengalami tidur panjang seperti ini. Beliau tidak akan bangun sampai es yang menyelimuti jantungnya itu menghilang," ucapku.

"Iya. Seperti yang dikatakan kak Asier kepadamu sebelumnya," ucap Irene.

"Tetapi Irene, ibundamu tidak terluka sama sekali. Masalah pada beliau saat ini hanyalah jantung beliau yang membeku. Sihir penyembuhan yang kupunya hanya bisa menyembuhkan luka. Sihir penyembuhanku tidak bisa mencairkan atau menghilangkan es yang menyelimuti jantung ibundamu. Jadi sepertinya aku tidak bisa membantu untuk menyembuhkan ibundamu," ucapku.

"Bukankah kamu bisa menggunakan sihir penyembuhan yang berasal dari sihir api, Rid ? Kamu menggunakan sihir penyembuhan itu ketika kamu menyembuhkan tubuh Elaina yang membeku karena terkena seranganku. Sihir penyembuhan yang kamu lakukan itu pun berhasil mencairkan es yang membeku di tubuh Elaina tanpa melukai atau membakar tubuhnya dan disaat yang sama, sihir itu juga langsung menyembuhkan luka yang ada pada tubuh Elaina," ucap Irene.

"Aku memang bisa mencairkan es yang ada pada tubuh Elaina tetapi es yang kucairkan itu berada pada bagian luar tubuhnya. Aku tidak tahu apakah aku bisa mencairkan es yang berada di dalam bagian tubuh seseorang karena aku belum pernah mencobanya. Maka dari itu aku bilang kalau aku sepertinya tidak bisa membantu untuk menyembuhkan ibundamu, Irene," ucapku.

"Jika memang kamu belum pernah mencobanya, kamu bisa mencobanya sekarang, Rid. Kamu bisa mencobanya ke ibundaku yang jantungnya sedang diselimuti es saat ini. Aku mohon kepadamu, Rid,"

"Selama ini aku sudah menahan diri. Ketika aku melihat kamu yang bisa mencairkan es yang ada pada tubuh Elaina dengan mudah dan cepat, aku berpikir kalau kamu mungkin juga bisa melakukan hal itu kepada ibundaku. Tetapi aku menahan diri untuk tidak memaksamu pergi ke kediaman ayahandaku agar kamu dapat menyembuhkan ibundaku secepatnya. Aku selalu menunggu kapan waktunya kamu dapat datang ke kediaman ayahandaku ini tanpa harus aku paksa. Dan akhirnya, sekarang adalah waktu yang tepat. Kamu datang dengan sendirinya ke kediaman ayahandaku ini untuk melakukan ujian terakhir sebagai murid tahun keempat. Oleh karena itu, aku tidak akan menahan diri lagi. Tolong sembuhkanlah ibundaku, Rid. Aku akan melakukan apa saja apabila kamu bisa menyembuhkan ibundaku," ucap Irene.

Ketika Irene mengatakan itu, wajah Irene terlihat sedih. Dia seperti memohon dan berharap kepadaku. Aku pun langsung menanggapi perkataan Irene.

"Kamu tidak perlu berkata seperti itu, Irene. Daripada itu, aku tidak tahu apakah aku bisa. Tetapi baiklah, aku akan menyembuhkannya," ucapku.

Setelah aku mengatakan itu, Irene pun langsung menatap wajahku. Kemudian, Irene langsung menundukkan kepalanya.

"Terima kasih, Rid," ucap Irene sambil menundukkan kepalanya.

Aku memang tidak bisa melihat wajahnya saat ini tetapi aku tahu kalau Irene sedang tersenyum dan dia pun tampak puas setelah mendengar perkataanku. Setelah itu, aku langsung berjalan ke arah samping tempat tidur dimana Duchess Arlet sedang terbaring untuk mendekatinya. Setelah sudah berada di samping tempat tidur, aku langsung mengarahkan tangan kananku ke arah dada kiri Duchess Arlet yang mana merupakan tempat jantungnya berada.

~Fire Magic : Healing Fire Blanket~

Aku mengeluarkan sebuah sihir api dari tangan kananku. Sihir api yang ku keluarkan itu pun langsung menyelimuti tubuh Duchess Arlet. Lalu, aku melihat ke arah dada kiri Duchess Arlet. Aku melihat ada aura berwarna perpaduan putih dan biru yang ada di dalam dada kiri Duchess Arlet. Aura berwarna perpaduan putih dan biru itu sepertinya adalah jantung Duchess Arlet yang telah membeku.

Aku terus mengarahkan tangan kananku yang sedang mengeluarkan sihir api ke arah dada kiri Duchess Arlet. Disaat yang sama aku terus melihat dan memperhatikan aura berwarna perpaduan putih dan biru itu. Jika aura berwarna putih dan biru itu hilang atau berganti dengan warna yang lain, itu berarti jantung Duchess Arlet tidak membeku lagi.

Tetapi setelah 5 menit aku terus melakukan hal itu, aku tidak melihat ada perubahan pada aura berwarna putih dan biru itu. 10 menit, 15 menit bahkan hingga 20 menit, aku tetap tidak melihat ada perubahan pada aura berwarna putih dan biru itu. Karena tidak ada perubahan, aku pun memutuskan untuk berhenti menggunakan sihir apiku. Irene terlihat sedikit terkejut ketika melihat aku yang berhenti menggunakan sihir apiku ke Duchess Arlet.

"Ada apa, Rid ? Kenapa kamu berhenti menggunakan sihirmu ? Apakah kamu sudah berhasil menyembuhkan ibundaku ?," tanya Irene.

"Tidak, aku tidak berhasil menyembuhkan ibundamu, jantung ibundamu masih membeku seperti sebelumnya. Jika kamu tidak percaya, kamu bisa melihatnya ke arah jantung ibundamu. Kamu juga bisa melihat aura kan ? Aura pada jantung ibundamu masih berwarna perpaduan putih dan biru yang menandakan kalau jantung ibundamu masih diselimuti es. Es yang menyelimuti jantung ibundamu sangatlah kuat, bahkan aku tidak bisa mencairkan 1% pun dari keseluruhan es yang menyelimuti jantung ibundamu. Aku minta maaf Irene, sepertinya aku tidak bisa menyembuhkan ibundamu," ucapku.

Irene terlihat terkejut setelah mendengar perkataanku.

"Ini tidak mungkin, bahkan dengan sihirmu pun kamu tidak bisa menyembuhkan ibundaku ? Bagaimana dengan sihir ~Full Healing~mu ? Apakah sihir itu juga tidak bisa dipakai untuk menyembuhkan ibundaku ?," tanya Irene.

"~Full Healing~ milikku hanya menyembuhkan luka, aku rasa sihir ini tidak bisa dipakai untuk menghilangkan es yang menyelimuti jantung ibundamu. Meski begitu, aku akan mencobanya," ucapku.

Aku kembali mengarahkan tangan kananku ke dada kiri Duchess Arlet.

~Full Healing~

Setelah menggunakan sihirku, aku melihat ke dada kiri Duchess Arlet untuk melihat aura pada jantungnya. Aura pada jantungnya masih memiliki warna yang sama yaitu perpaduan putih dan biru. Itu berarti, sihir yang aku gunakan tidak berpengaruh pada es yang menyelimuti jantung Duchess Arlet. Setelah mengetahui kalau sihirku tidak berpengaruh, aku langsung menurunkan tanganku yang sebelumnya aku arahkan ke Duchess Arlet.

"Seperti yang aku katakan tadi, Irene. Sihir penyembuhanku tidak bisa dipakai untuk menyembuhkan ibundamu. Jantung ibundamu masih tetap diselimuti es," ucapku.

Irene pun kembali terkejut setelah mendengar perkataanku.

"Apa kamu tidak memiliki sihir yang lain, Rid ? Kamu pasti punya sihir yang bisa digunakan untuk menyembuhkan ibundaku, kan ? Soalnya kamu sudah mempelajari banyak sihir dari buku-buku sihir peninggalan kedua orang tuamu. Tolong bantu aku untuk menyembuhkan ibundaku, Rid," ucap Irene.

Wajah Irene terlihat seperti sangat memohon dan berharap kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah Irene yang seperti ini sebelumnya. Sepertinya Irene sangat menyayangi ibundanya, karena dia terlihat sangat memohon kepadaku untuk menyembuhkan ibundanya. Selama ini pastinya dia sangat khawatir dengan ibundanya tetapi dia tidak bisa mengungkapkan perasaan khawatirnya itu kepada orang lain. Dan kini, perasaan khawatir yang sebelumnya dia tahan pun langsung keluar.

"Aku minta maaf, Irene," ucapku.

"Aku mohon, Rid. Tolong sembuhk-," ucap Irene.

"Sudah cukup, Irene," ucap suara seseorang.

Irene berniat memohon lagi kepadaku tetapi sebelum dia menyelesaikan perkataannya, perkataannya itu langsung dipotong oleh seseorang. Aku dan Irene pun langsung menoleh ke arah orang yang memotong perkataan Irene. Dan orang itu adalah Duke Louis yang sudah berada di depan pintu ruangan ini. Pintu ruangan ini sudah dalam kondisi terbuka tanpa aku sadari. Duke Louis tidak sendiri, terlihat ada komandan Mina yang menemaninya.

"Paman Louis," ucapku.

Duke Louis lalu berjalan memasuki ruangan dan berjalan menghampiri kami berdua.

"Saya akan berjaga di depan pintu, tuan Duke," ucap komandan Mina.

"Iya," ucap Duke Louis.

Komandan Mina lalu menutup pintu ruangan ini dari luar.

"Aku tadi mencari kalian berdua di ruang jamuan, tetapi aku tidak dapat menemukan kalian berdua. Lalu aku mendapatkan informasi dari beberapa penjaga kalau kalian berdua pergi ke ruangan ini dan ternyata benar," ucap Duke Louis sambil berjalan.

Duke Louis terus berjalan sampai akhirnya dia sudah berada dekat dengan kami berdua.

"Aku tahu kalau kamu sangat menyayangi ibundamu, Irene. Tetapi kamu tidak boleh memaksa Rid untuk menyembuhkan ibundamu apabila Rid sudah bilang kalau dia tidak bisa menyembuhkan ibundamu. Memang Rid adalah seorang pria yang kuat dan bisa diandalkan, bahkan dia juga bisa menggunakan sihir penyembuhan. Tetapi pastinya ada hal yang tidak bisa dia lakukan, salah satunya adalah menyembuhkan ibundamu. Jadi kamu tidak boleh memaksanya, Irene," ucap Duke Louis.

Irene pun terdiam setelah mendengar perkataan Duke Louis. Tidak lama kemudian, Irene pun mulai berbicara kembali.

"Baik, ayahanda. Lalu Rid, aku minta maaf karena telah memaksamu," ucap Irene.

"Iya, tidak apa-apa, Irene," ucapku.

Kemudian aku melihat ke wajah Irene. Wajahnya terlihat seperti sedang bersedih. Mungkin Irene berpikir kalau aku bisa menyembuhkan ibundanya itu. Maka dari itu, begitu Irene tahu kalau sebenarnya aku tidak bisa menyembuhkan ibundanya, Irene langsung sedih karena aku tidak bisa memenuhi harapannya. Sepertinya Irene ingin sekali melihat ibundanya bisa sembuh secepatnya.

"Kamu tidak perlu bersedih begitu, Irene. Aku berjanji akan segera menyembuhkan ibundamu. Aku akan mencari Roh Api untuk menyembuhkan ibundamu," ucap Duke Louis.

"Baik, ayahanda," ucap Irene dengan wajah yang terlihat sedikit murung.

Sementara itu, aku sedikit bingung dengan apa yang dikatakan oleh Duke Louis.

"Roh Api ? Kenapa Roh Api, paman ?," tanyaku.

"Itu karena Roh Api memiliki sihir api yang lebih panas daripada sihir api biasa. Roh Api yang kucari adalah Roh Api tingkat menengah ke atas, itu karena sihir api yang dimiliki mereka bahkan lebih panas daripada sihir api tingkat tinggi yang dimiliki oleh ras selain ras Roh. Sihir api yang dimiliki mereka pastinya bisa digunakan untuk mencairkan es yang ada pada jantung Arlet," ucap Duke Louis.

"Tetapi, meski Roh Api memiliki sihir api yang lebih panas, apakah mereka bisa mencairkan es pada jantung nona Duchess tanpa harus melukai dan membakar tubuh nona Duchess ?," tanyaku.

"Aku memang bilang kalau Roh Api memiliki sihir api yang lebih panas daripada sihir api biasa, tetapi aku tidak akan menggunakan sihir api itu kepada Arlet apabila aku telah mendapatkan Roh Api. Aku akan meminta Roh Api yang aku dapatkan untuk membuat sebuah Magic Crystal. Magic Crystal itu akan aku hancurkan lalu Magic Crystal yang telah hancur itu akan aku larutkan dalam sebuah minuman. Lalu minuman itu akan aku minumkan ke Arlet. Minuman yang tercampur dengan Magic Crystal dari Roh Api tingkat menengah bisa digunakan untuk mencairkan es yang menyelimuti jantung Arlet tanpa harus melukai dan membakar tubuhnya. Cara penyembuhan orang yang menderita 'Frozen Sleep' ini sudah diwariskan selama beberapa generasi di keluarga San Lucia," ucap Duke Louis.

"Begitu ya. Jadi itu alasan kenapa anda mencari Roh Api. Magic Crystal yang dibuat oleh Roh Api bisa digunakan untuk mencairkan es yang menyelimuti jantung nona Duchess," ucapku.

"Iya, tetapi mencari Roh Api itu sangat sulit. Aku mendapatkan informasi kalau para Roh tinggal disebuah negeri yang bernama 'Geestenland'. Negeri itu berada di tengah hutan 'Himnaskogur'. Hutan 'Himnaskogur' berada sangat jauh dari kerajaan San Fulgen. Hal itulah yang membuat aku sulit untuk mencari Roh Api," ucap Duke Louis.

"Hmmm begitu ya," ucapku.

Setelah itu aku terdiam sambil memikirkan sesuatu.

"Agar bisa mencairkan es pada jantung nona Duchess setidaknya dibutuhkan sihir api yang lebih panas ya, setidaknya tingkat kepanasannya sama dengan sihir api yang dimiliki oleh Roh Api tingkat menengah. Aku memiliki beberapa sihir api yang memiliki tingkat kepanasan yang sama dengan sihir api yang dimiliki oleh Roh Api. Sebelumnya aku tidak pernah menggunakan sihir itu karena sihir itu cukup berbahaya. Tetapi sihir itu bukanlah sihir penyembuhan, melainkan sihir serangan. Jadi apabila aku menggunakan sihir itu kepada nona Duchess, pastinya tubuh nona Duchess akan terluka dan terbakar,"

"Sementara itu, sihir api penyembuhan yang aku miliki saat ini hanyalah ~Healing Fire Blanket~, tetapi tingkat kepanasan pada api ini tidak cukup untuk mencairkan es yang menyelimuti jantung nona Duchess. Ini benar-benar membuatku bingung," pikirku.

Kemudian aku memejamkan mataku selama beberapa saat dan setelah itu, aku membuka mataku kembali.

"Kenapa aku harus bingung ? Jika aku tidak memiliki sihir penyembuhan dengan tingkat kepanasan yang lebih tinggi, aku hanya perlu membuatnya sendiri. Aku akan menggabungkan ~Healing Fire Blanket~ milikku dengan sihir apiku yang memiliki tingkat kepanasan yang sama dengan sihir api milik Roh Api. Dengan ini, mungkin aku bisa mencairkan es yang menyelimuti nona Duchess," pikirku.

Setelah berhasil memikirkan itu, aku pun langsung berbicara kepada Duke Louis.

"Mungkin saat ini aku bisa mencairkan es yang menyelimuti jantung nona Duchess, paman," ucapku.

Duke Louis dan Irene langsung terkejut setelah mendengar perkataanku.

"Apa kamu yakin, Rid ? Kamu tidak perlu memaksakan diri jika memang kamu belum bisa menyembuhkan Arlet," ucap Duke Louis.

"Tidak, paman. Aku tidak memaksakan diri," ucapku.

"Apa kamu serius, Rid ? Kamu benar-benar bisa mencairkan es yang menyelimuti jantung ibundaku dan menyembuhkan beliau ?," tanya Irene.

Wajah Irene terlihat sangat berharap kepadaku.

"Iya, kali ini aku benar-benar yakin," ucapku.

"Begitu ya," ucap Irene.

Irene nampak tidak bisa menahan senyumannya saat mengatakan itu. Kemudian, aku kembali mendekati Duchess Arlet dan bersiap untuk menggunakan sihirku kepada beliau.

"Kalau begitu aku akan langsung mulai sekarang. Tetapi sebelum itu, paman Louis, aku minta tolong kepada anda untuk menenangkan para prajurit anda yang mungkin nanti akan datang kesini. Karena sihir yang aku gunakan ini lumayan kuat, mungkin para prajurit anda bisa merasakan sihir ini dan akan langsung bergegas ke ruangan ini untuk memeriksanya," ucapku.

"Baiklah. Aku akan menenangkan mereka apabila mereka datang kesini," ucap Duke Louis.

"Terima kasih, paman. Kalau begitu aku akan langsung mulai untuk menyembuhkan nona Duchess," ucapku.

Kemudian, aku mengarahkan kedua tanganku ke arah dada kiri Duchess Arlet.

"Tangan kanan untuk ~Healing Fire Blanket~, tangan kiri untuk ~Flame Inferno~. Dengan kedua tangan ini, aku menggabungkan kedua sihir ini menjadi sebuah sihir yang baru," ucapku.

~Fire Magic : Hellfire Healing Cloak~

Aku mengeluarkan sihir api dari kedua tanganku. Sihir api yang kukeluarkan itu langsung menyelimuti tubuh Duchess Arlet. Api yang menyelimuti tubuh Duchess Arlet terlihat seperti sebuah jubah. Aku terus mengeluarkan sihir apiku itu ke arah Duchess Arlet. Disaat yang sama, aku melihat aura pada jantung milik Duchess Arlet. Aura pada jantung miliknya masih berwarna perpaduan putih dan biru. Tetapi aku melihat aura berwarna putih dan biru itu secara perlahan mulai menghilang. Begitu mengetahui kalau sihir yang kugunakan ini berhasil mencairkan es pada jantung Duchess Arlet, aku pun langsung meningkatkan kekuatan pada sihir itu.

-

Sementara itu, di depan pintu ruangan tempat Rid dan yang lainnya berada.

Komandan Mina terlihat masih berjaga di depan pintu ruangan itu. Setelah itu, tiba-tiba komandan Mina merasakan sesuatu yang membuatnya terkejut.

"Sihir apa ini ? Aura sihir ini terasa sangat kuat," ucap komandan Mina.

Komandan Mina lalu melihat ke arah pintu ruangan tempat Rid dan yang lainnya berada.

"Sihir ini berasal dari dalam ruangan tempat nona Duchess berada," ucap komandan Mina.

Tidak hanya komandan Mina saja yang merasakan sihir itu. Para prajurit, para murid dan para pengajar yang berada di ruang murid juga merasakan sihir itu karena aura sihir itu sangat kuat.

"Sihir apa ini ?!,"

"Aura sihir ini terasa sangat kuat ?!,"

"Siapa yang menggunakan sihir sekuat ini di kediaman Duke ?!," ucap orang-orang di ruang jamuan.

Beberapa prajurit yang merasakan sihir itu pun langsung bergegas menuju sumber sihir itu berasal. Mereka bergegas menuju ruangan tempat Rid dan yang lainnya berada. Ketika mereka sudah berada dekat dari ruangan itu, mereka melihat komandan Mina yang sedang melihat ke arah pintu ruangan itu.

"Komandan Mina," ucap para prajurit itu.

"Kalian, kenapa kalian datang kesini ?," tanya komandan Mina.

"Kami merasakan sihir yang kuat yang berasal dari ruangan itu. Komandan juga merasakannya kan ?," tanya salah satu prajurit itu.

"Iya, aku juga merasakannya," ucap komandan Mina.

"Kenapa komandan tidak langsung masuk ke dalam ruangan itu ? Aku dengar tuan Duke dan putri Irene sedang berada di dalam ruangan itu, bisa saja mereka sedang dalam bahaya," ucap prajurit itu.

"Kamu tidak perlu panik begitu. Kalian diam saja disini, aku akan mengeceknya sendiri," ucap komandan Mina.

"Baik, komandan," ucap prajurit itu.

Komandan Mina lalu mendekati pintu itu lalu mengetuknya.

*Tok *Tok *Tok

"Tuan Duke, apa anda baik-baik saja di dalam ?," tanya komandan Mina.

"Aku baik-baik saja, Mina. Kamu tidak perlu khawatir," ucap Duke Louis dari balik pintu itu.

"Saya dan beberapa prajurit merasakan adanya sihir yang kuat dari dalam ruangan tempat tuan Duke berada. Kami khawatir tentang itu, saat ini kami semua sudah berkumpul di depan pintu," ucap komandan Mina.

"Kamu tidak perlu khawatir, Mina. Kami semua yang ada di dalam ruangan ini baik-baik saja. Bilang kepada para prajuritmu juga untuk tidak perlu khawatir," ucap Duke Louis.

"Baik, tuan Duke," ucap komandan Mina.

Komandan Mina lalu bergerak menjauh dari pintu itu secara perlahan. Kemudian dia menoleh ke arah para prajuritnya.

"Tuan Duke baik-baik saja, kalian tidak perlu khawatir," ucap komandan Mina.

"Tetapi, kom-," ucap prajurit itu.

"Aku bilang kalian tidak perlu khawatir," ucap komandan Mina.

Prajurit itu terlihat masih khawatir dengan tuan Duke tetapi perkataannya langsung dipotong oleh komandan Mina.

"Baik, komandan," ucap prajurit itu.

-

Kembali ke ruangan tempat Duchess Arlet berada.

Aku terus mengeluarkan sihir apiku dan mengarahkannya ke tubuh Duchess Arlet. Aku melihat aura berwarna perpaduan putih dan biru pada jantung Duchess Arlet sudah 50% menghilang. Setelah mengetahui itu, aku secara perlahan mulai memejamkan kedua mataku. Aku memejamkan mataku selama beberapa detik. Setelah itu, aku secara cepat langsung membuka kedua mataku. Alasan aku memejamkan mataku sebelumnya adalah agar aku bisa fokus untuk meningkatkan kekuatan sihirku. Dan setelah mataku terbuka, aku pun merasakan kalau kekuatan sihirku bertambah lebih kuat dari sebelumnya.

Kemudian, aku kembali melihat ke arah jantung Duchess Arlet. Aura berwarna perpaduan putih dan biru pada jantung Duchess Arlet mulai menghilang lebih cepat dari sebelumnya.

"Tinggal sedikit lagi," pikirku.

Sementara itu, Irene terlihat khawatir ketika melihat tubuh ibundanya yang diselimuti api yang berasal dari sihir api milik Rid. Irene bukan khawatir karena api yang menyelimuti tubuh ibundanya bisa saja melukai ibundanya, tetapi Irene khawatir karena dia takut kalau ibundanya masih tetap tidak bisa disembuhkan. Setelah cukup lama melihat ke tubuh ibundanya yang terbaring, Irene kemudian melihat ke wajah Rid. Irene terlihat sangat terkejut ketika melihat ke arah wajah Rid.

"Mata itu.....," ucap Irene.

Sementara itu, aura berwarna perpaduan putih dan biru pada jantung Duchess Arlet sudah menghilang sebanyak 90%. Aku terus meningkatkan kekuatan sihirku agar aura itu bisa secepatnya menghilang.

92%.

94%.

96%.

98%.

100%.

Aura berwarna perpaduan putih dan biru pada jantung Duchess Arlet pun telah sepenuhnya menghilang. Itu berarti jantung Duchess Arlet tidak lagi diselimuti oleh es yang membeku. Setelah mengetahui itu, aku pun langsung menghentikan dan menghilangkan sihir api yang ku arahkan kepada Duchess Arlet. Irene dan Duke Louis terlihat terkejut ketika melihat aku yang mulai menghilangkan sihir api yang aku gunakan.

"Kenapa kamu menghilangkan sihir apimu, Rid ? Apa kamu sudah selesai untuk menyembuhkan ibundaku ?," tanya Irene.

"Iya, aku sudah selesai," ucapku sambil memejamkan mata.

Setelah mengatakan itu, aku mulai mengambil nafas panjang dan mulai menghembuskannya. Aku melakukan itu sambil memejamkan mata.

"Lalu bagaimana hasilnya ?," tanya Irene.

"Kamu tidak perlu khawatir. Aku telah berhasil mencairkan es yang menyelimuti jantung ibundamu," ucapku sambil secara perlahan membuka mataku.

Irene tidak bereaksi dengan perkataanku. Justru malah dia terlihat fokus untuk melihat wajahku.

"Mata Rid berubah kembali seperti biasa. Apa yang sebelumnya kulihat itu hanyalah sebuah ilusi ? Apa aku salah lihat ?," pikir Irene.

Aku bingung melihat Irene yang tidak bereaksi dan hanya terdiam sambil menatap wajahku. Aku pun memutuskan untuk berbicara kepadanya.

"Ada apa, Irene ? Kenapa kamu terdiam ?," tanyaku.

Irene yang sedang terdiam pun mulai berbicara kembali setelah aku berbicara kepadanya.

"Tidak apa-apa, Rid," ucap Irene.

Sementara itu, disaat Rid dan Irene sedang berbicara, Duchess Arlet yang sedang terbaring di tempat tidur secara perlahan mulai membuka matanya.

-Bersambung