"Bagaimana jika kita batalkan saja perjanjian kita saat ini ?," tanya Irene.
"Membatalkan perjanjian kita ?," tanyaku.
Irene lalu mengangguk. Aku pun terdiam sebentar memikirkan jawaban. Lalu tidak lama kemudian, aku pun menjawab pertanyaan Irene.
"Tidak," ucapku.
Irene yang mendengar jawabanku pun terkejut.
"Kenapa ? Jika kita tidak pura-pura berpacaran lagi, kamu tidak akan mengalami bahaya lagi. Kamu tidak akan diincar oleh banyak orang yang akan membunuhmu karena telah menjadi pacarku. Jika perjanjian ini batal, kamu bisa kembali menjalani kehidupan akademi yang damai, Rid," ucap Irene.
"Memang benar, jika aku tidak berpura-pura berpacaran denganmu, aku tidak akan mengalami bahaya lagi. Aku tidak diincar oleh banyak orang dan kehidupanku di akademi mungkin akan kembali menjadi damai. Tetapi apa kamu benar-benar menginginkan hal ini, Irene ?," tanyaku.
"Apa maksudmu ?," tanya Irene.
"Aku tanya, apa kamu benar-benar ingin membatalkan perjanjian kita ?," tanyaku.
Irene terdiam sesaat, lalu dia mulai menjawab pertanyaanku.
"Iya.....," ucap Irene.
"Kelihatannya kamu masih ragu-ragu untuk membatalkan perjanjian ini. Kalau begitu, aku menolaknya. Aku tidak akan membatalkan perjanjian ini," ucapku.
"Tidak, aku tidak ragu-ragu untuk membatalkan perjanjian ini. Aku benar-benar ingin membatalkan perjanjian ini!," ucap Irene dengan suara yang sedikit keras.
Beberapa murid yang berada di sekitar Rid dan Irene pun terkejut ketika mendengar suara keras Irene, meski begitu mereka tidak mendengar dengan jelas tentang apa yang mereka berdua bicarakan.
"Jika kamu tidak ragu-ragu, kenapa saat ini kamu memasang ekspresi yang sedih. Kamu juga tadi menjawab pertanyaanku dengan ragu-ragu," ucapku.
"Tidak, aku tidak bersedih dan aku sudah bilang kalau aku tidak ragu-ragu," ucap Irene.
"Kamu memang bilang begitu, tapi aku sendiri yang melihat ekspresimu saat ini. Ekspresimu berbeda dengan biasanya. Saat ini ekspresimu terlihat sedih dan kamu juga terlihat ragu-ragu. Saat dulu kamu menawarkan perjanjian ini, ekspresimu terlihat seperti biasanya, kamu juga tidak terlihat ragu-ragu dalam membuat perjanjian ini. Namun lihat sekarang, ketika kamu ingin membatalkan perjanjian ini, ekspresimu terlihat sedih dan kamu juga terlihat ragu-ragu. Oleh karena itu, aku tidak akan menyetujui pembatalan perjanjian ini. Aku akan menyetujuinya, apabila ekspresimu terlihat seperti biasanya dan kamu juga tidak ragu-ragu saat ingin membatalkan perjanjian ini," ucapku.
"Tapi, Rid, jika kamu terus berpura-pura menjadi pacarku, kamu akan-," ucap Irene.
Belum sempat Irene menyelesaikan perkataannya, aku langsung menyentuh kepala Irene dan mengelusnya dengan tangan kananku.
"Aku tahu kamu khawatir denganku, maka dari itu kamu memutuskan untuk membatalkan perjanjian kita. Kamu terpaksa membatalkan perjanjian ini agar aku tidak terus berada dalam bahaya. Kamu sebenarnya tidak ingin perjanjian ini dibatalkan sekarang kan ?," tanyaku.
Irene hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaanku, meski begitu saat ini Irene terus melihat ke arahku. Sementara aku terus mengelus kepalanya.
"Kamu mungkin tidak tahu tapi tidak lama setelah hubungan kita sebagai pacar ini diketahui oleh orang-orang di akademi, senior Nadine sempat menghampiriku. Dia bilang kalau aku mungkin saja akan diincar oleh orang-orang berbahaya karena telah berpacaran denganmu. Jadi sebelum aku hendak dibunuh oleh Enzo dan orang-orang suruhan tuan Duke San Angela di hutan Hevea, aku sudah mengetahui lebih dahulu kalau aku kemungkinan akan diincar oleh orang-orang berbahaya. Meski begitu, aku tidak peduli akan hal itu, aku memutuskan untuk melanjutkan perjanjian ini. Meski saat ini aku sudah mengalami kejadian percobaan pembunuhan karena telah menjadi pacarmu, aku tetap tidak peduli akan hal itu, aku tetap ingin melanjutkan perjanjian ini,"
"Kamu tidak perlu khawatir, Irene. Meski aku diincar oleh orang-orang berbahaya yang ingin membunuhku karena telah menjadi pacarmu, aku jamin aku akan baik-baik saja. Aku pernah memberitahumu bukan tentang impianku ? Impianku adalah membuat dunia ini menjadi damai. Aku ingin menyatukan semua ras yang ada di dunia ini. Untuk mewujudkan impianku, mungkin aku harus berhadapan dengan ras-ras kuat di dunia ini seperti raksasa, naga, roh, bahkan iblis dan malaikat. Untuk itulah, aku tidak takut akan orang-orang berbahaya yang ingin mengincarku karena telah menjadi pacarmu. Jalan untuk mewujudkan impianku, lebih berbahaya daripada orang-orang yang ingin mengincarku. Jadi kamu tidak perlu khawatir kalau misalkan aku akan berada dalam bahaya karena telah menjadi pacarmu, Irene,"
"Lagipula, Yang Mulia Ratu bilang kalau beliau memutuskan untuk membatalkan keseluruhan acara ~Matchmaking Battle~, jadi sepertinya tidak akan ada yang akan mengincarku lagi untuk membunuhku dan membuatmu mengikuti acara itu lagi. Kamu juga tidak perlu khawatir kalau aku tidak bisa menjalani hidup normal dan damai karena telah menjadi pacarmu. Kehidupanku sudah jauh dari kata damai saat aku memiliki impian untuk membuat dunia ini menjadi damai," ucapku.
Aku mengatakan itu sambil terus menyentuh kepala Irene, sementara Irene masih terdiam dan tidak mengatakan apa-apa. Tidak lama kemudian, Irene pun mulai berbicara kepadaku.
"Kenapa kamu ingin tetap melanjutkan perjanjian ini, Rid ? Seharusnya tidak ada alasan bagimu untuk tetap melanjutkan perjanjian ini. Kamu saat ini sudah terkenal dan populer di seluruh kerajaan ini, kamu pastinya bisa mendapatkan posisi penting di kerajaan San Fulgen nanti setelah kamu lulus tanpa bantuan dariku. Kamu tadi juga bilang kalau Yang Mulia Ratu memutuskan untuk membatalkan ~Matchmaking Battle~, jadi tidak ada alasan bagimu untuk terus berpura-pura menjadi pacarku karena alasan aku menyuruhmu menjadi pacarku adalah agar aku tidak mengikuti acara itu. Karena acara itu sudah dibatalkan, kamu tidak perlu berpura-pura menjadi pacarku lagi," ucap Irene.
Aku terdiam sebentar mendengar perkataan Irene, namun tidak lama kemudian aku mulai menjawab pertanyaan Irene.
"Aku tidak mau perjanjian ini dibatalkan karena aku masih perlu untuk berpura-pura menjadi pacarmu," ucapku.
"Apa maksudmu ?," tanya Irene yang sedikit terkejut.
"Meski ~Matchmaking Battle~ yang akan menjadi tempat pembunuhan Yang Mulia Ratu dan seluruh keluarga San Lucia telah dibatalkan, tetapi rencana pembunuhan itu masih ada kemungkinan untuk terus dijalankan karena Yang Mulia Ratu bilang masih ada pelaku utama dalam rencana pembunuhan itu. Pelaku utama inilah yang membuat tuan Duke San Minerva dan tuan Duke San Angela menjadi iblis. Oleh karena itu, Yang Mulia Ratu dan paman Louis selaku kepala keluarga San Lucia akan lebih waspada karena pelaku utama dalam rencana pembunuhan itu belum ditangkap. Pelaku utama itu kemungkinan sedang menyiapkan rencana lain untuk membunuh Yang Mulia Ratu dan seluruh keluarga San Lucia. Paman Louis dan kakak Asier bilang kalau mereka akan melindungi seluruh keluarga San Lucia yang ada, namun mereka tidak akan bisa melindungi kamu dan juga senior Nadine yang saat ini sedang menjadi murid akademi. Oleh karena itu, akulah yang akan melindungi kalian berdua. Aku masih harus berpura-pura menjadi pacarmu agar aku bisa dekat denganmu dan melindungimu,"
"Sekarang aku mau bertanya padamu, jika tadi aku menyetujui pembatalan perjanjian ini dan kita tidak berpura-pura menjadi pacar lagi, lalu setelah itu hubungan kita akan bagaimana, Irene ?," tanyaku.
"Tentu saja kita akan menjadi orang asing kembali. Aku sebisa mungkin akan menjauh darimu. Aku juga akan menjauh dari yang lainnya. Aku tidak ingin kalian mengalami bahaya gara-gara dekat denganku," ucap Irene.
"Sudah kuduga kamu akan melakukan itu. Aku masih bisa mendekati senior Nadine tanpa menjalani hubungan dengannya terlebih dahulu karena dia itu mudah didekati. Tapi kalau kamu, aku harus menjalani hubungan denganmu terlebih dahulu agar bisa mendekatimu. Maka dari itu aku memutuskan untuk tidak membatalkan perjanjian ini dan terus berpura-pura menjadi pacarmu. Dengan begitu aku bisa lebih dekat denganmu dan melindungimu," ucapku.
Irene pun terdiam mendengar perkataanku.
"Ngomong-ngomong, kamu berniat melakukan itu agar aku dan teman-teman yang lain tidak mengalami bahaya kan ? ternyata dibalik sifat dan ekspresi dinginmu, kamu itu ternyata orang yang perhatian ya. Bukankah begitu, putri es ?," tanyaku.
"Berhenti menggodaku," ucap Irene.
Aku pun tertawa mendengar perkataan Irene sambil terus mengelus-elus kepalanya.
"Aku tidak akan membiarkanmu menjadi orang yang seperti dulu lagi, Irene. Saat ini kamu sudah memiliki banyak teman di akademi. Hanya karena kamu merupakan anggota keluarga San Lucia yang sedang diincar, kamu tidak perlu untuk menjauh dan menjaga jarak dariku dan teman-teman yang lain. Aku yakin teman-teman yang lain juga tidak akan membiarkanmu menjauh dari mereka, terutama Chloe. Karena kalian berdua saat ini lebih dekat dari sebelumnya. Leandra dan Lily pun juga tidak mau melihat nona yang mereka layani kembali menjadi seperti dulu lagi,"
"Kamu bisa akrab dengan mereka karena kamu merupakan pacarku dan mereka pada awalnya juga merupakan temanku. Dengan kata lain, kamu bisa akrab dengan mereka karena hubungan pura-pura ini. Jika kamu berniat menjauh atau memutuskan hubungan pertemanan dengan mereka karena kita sudah tidak berpura-pura pacaran lagi, maka lebih baik aku terus berpura-pura pacaran denganmu agar kamu bisa terus menjalin pertemanan dengan mereka. Aku tidak peduli meskipun aku harus berpura-pura pacaran denganmu dalam waktu yang lama, yang penting kamu selalu akrab dengan mereka," ucapku.
Irene pun terdiam lagi setelah mendengar perkataanku. Meski begitu, aku tetap melanjutkan perkataanku.
"Sebenarnya aku memiliki alasan lain tentang kenapa aku mau terus melanjutkan hubungan pura-pura. Entah kenapa, aku merasa kalau hubungan pura-pura ini tidak boleh berakhir. Aku tidak tahu alasannya tetapi aku merasa seperti itu," ucapku.
Irene tetap terdiam, namun tidak lama kemudian, Irene pun mulai berbicara.
"Hmmm, begitu ya," ucap Irene.
Irene lalu menundukkan kepalanya disaat aku terus mengelus kepalanya. Entah kenapa aku merasa kalau Irene saat ini sedang tersenyum.
"Jadi bagaimana Irene ? Aku memutuskan tidak mau membatalkan perjanjian di antara kita, apa kamu masih tetap ingin membatalkan perjanjian di antara kita ?," tanyaku.
Irene terdiam sambil menunduk. Lalu beberapa saat kemudian, Irene pun mengangkat kepalanya kembali.
"Baiklah, aku tidak jadi membatalkan perjanjian di antara kita. Kita akan tetap menjalin hubungan sebagai pacar pura-pura," ucap Irene.
"Baguslah kalau kamu berubah pikiran, Irene," ucapku sambil terus mengelus kepala Irene.
"Ngomong-ngomong, Rid, sampai kapan kamu akan terus mengelus-ngelus kepalaku ?," tanya Irene sambil melihat ke arah tanganku yang sedang mengelus-elus kepalanya.
Mendengar perkataan Irene, aku pun langsung mengangkat tangan kananku kembali dan berhenti mengelus kepalanya.
"Ah, maafkan aku karena tidak sopan. Aku tidak menyadari kalau sejak tadi aku terus mengelus kepalamu, pasti tidak nyaman kan kepalamu dielus-elus seperti itu," ucapku.
"Tidak. Aku tidak bilang kalau aku tidak merasa nyaman saat kepalaku dielus-elus, justru aku tidak keberatan. Aku bertanya seperti itu hanya penasaran saja sampai kapan kamu akan mengelus kepalaku," ucap Irene.
"Yah, jika kamu tidak bertanya seperti itu, mungkin aku tidak akan berhenti mengelus kepalamu," ucapku.
"Hmm begitu ya, seharusnya aku tidak menanyakan soal itu," ucap Irene dengan suara yang pelan.
Aku tidak bisa mendengar perkataan Irene karena suaranya yang pelan itu.
"Apa yang kamu katakan barusan, Irene ?," tanyaku.
"Bukan apa-apa, aku hanya berbicara pada diriku sendiri," ucap Irene.
Sementara itu, di sekitar Rid dan Irene, ada beberapa murid yang melihat ke arah mereka berdua.
"Aku tidak tahu apa yang mereka berdua bicarakan, tetapi saat melihat mereka berdua entah kenapa lucu sekali,"
"Iya, Rid bahkan mengelus kepala putri es dan putri es juga nampak tidak menolak saat kepalanya dielus seperti itu,"
"Meski putri es memiliki sifat dan ekspresi yang dingin, tapi melihat dirinya saat kepalanya sedang dielus itu ternyata imut juga," ucap orang-orang itu.
Orang-orang itu terus melihat ke arah Rid dan Irene yang sedang berbicara. Di antara orang-orang itu, ada senior Nadine yang juga sedang melihat ke arah Rid dan Irene. Senior Nadine melihat ke arah Rid dan Irene sambil tersenyum. Lalu setelah itu, senior Nadine pun pergi meninggalkan tempat itu.
-Bersambung