Chereads / Peace Hunter / Chapter 284 - Chapter 284 : Pemberian Dari Nona Karina

Chapter 284 - Chapter 284 : Pemberian Dari Nona Karina

Disaat aku dan Irene sedang mengobrol, tiba-tiba nona Karina memanggilku dari pintu masuk gedung lobi akademi.

"Rid!," ucap nona Karina dengan suara yang cukup keras.

Mendengar itu, aku pun langsung menoleh ke nona Karina. Nona Karina memberikan kode untuk menghampirinya dengan menggunakan tangan kanannya.

"Sepertinya nona Karina ingin aku menghampirinya, kalau begitu aku pergi menghampiri nona Karina dulu ya, Irene," ucapku.

"Iya," ucap Irene.

Aku pun bergegas menghampiri nona Karina.

"Maaf mengganggumu yang sedang bermesraan, Rid," ucap nona Karina.

"Aku tidak sedang bermesraan, nona. Ada apa memanggilku ?," tanyaku.

"Ini, seragam baru dan pedang baru untukmu," ucap nona Karina.

Nona Karina lalu memberikanku sebuah seragam yang sudah dipacking rapi dan sebuah pedang. Aku pun menerima seragam dan pedang baru itu.

"Terima kasih, nona Karina," ucapku.

"Sama-sama, kalau begitu aku mau kembali ke tempatku tinggal dulu, aku merasa lelah setelah mengalami hal-hal yang di luar dugaan. Kamu lanjutkan saja bermesra-mesraan dengan Irene," ucap nona Karina.

"Sudah kubilang, aku tidak sedang bermesra-mesraan, nona," ucapku.

"Ahahah, ya sudah sampai jumpa, Rid," ucap nona Karina.

"Ya, sampai jumpa juga, nona," ucapku.

Lalu nona Karina pun pergi meninggalkan gedung lobi akademi untuk kembali ke tempatnya tinggal di gedung penginapan staf dan pengajar akademi. Setelah itu, aku pun kembali menemui Irene. Irene terlihat penasaran dengan sesuatu yang diberikan nona Karina kepadaku.

"Apa itu, Rid ?," tanya Irene.

"Ini seragam dan pedang baru untukku. Pedangku sebelumnya disita saat aku ditahan di penjara, sedangkan seragam yang ku pakai saat ini mengalami sobekan kecil di beberapa bagian. Aku sudah bilang kepada nona Karina kalau seragam ini masih bisa untuk diperbaiki, namun nona Karina bilang kalau beliau ingin memberikanku seragam baru. Ya sudah aku terima saja," ucapku.

"Begitu ya. Ngomong-ngomong, Rid, apa setelah ini kamu mau langsung kembali ke asramamu ?," tanya Irene.

"Sepertinya iya. Meskipun waktu sepertinya masih berada di sekitar pukul 6 sampai 7 malam jika melihat keadaan langit saat ini, tapi aku ingin langsung istirahat saja di asramaku. Aku harus bersiap-siap untuk pergi belajar di akademi lagi keesokan harinya. Apalagi, hari ini aku absen belajar di akademi akibat sidang yang harus aku jalani," ucapku.

"Begitu ya. Apa kamu tidak keberatan kalau aku mampir terlebih dahulu ke asramamu ? Kamu belum makan malam kan ? Aku akan membuatkanmu makan malam terlebih dahulu sebelum kamu beristirahat. Tetapi kalau kamu tidak mau juga tidak apa-apa, aku tidak memaksa," ucap Irene.

"Tentu saja aku mau, lagipula aku sudah 1 hari tidak memakan masakanmu, Irene. Karena aku sering memakan masakanmu saat berada di akademi ini, aku jadi menyukai masakan buatanmu. Masakan apapun yang kamu buat itu rasanya sangat enak. Melihatmu yang begitu mahir dalam memasak, aku sempat tidak percaya kalau kamu adalah putri dari seorang Duke," ucapku.

"Terima kasih atas pujiannya, Rid," ucap Irene.

Lalu Irene pun berbalik ke belakang. Dirinya saat ini sedang membelakangiku. Aku tidak tahu Irene berbalik karena apa, mungkin ada seseorang yang ingin dia lihat. Memang ada banyak orang di belakang Irene sebelumnya, namun orang-orang itu bukanlah orang yang aku kenal.

"Ngomong-ngomong, Irene, apa kamu melihat kemana perginya Charles, Chloe dan yang lainnya ?," tanyaku.

Irene yang sebelumnya membelakangiku pun berbalik ke arahku lagi.

"Hmmm entahlah, kita sejak tadi sudah berpisah saat mendengarkan penjelasan nona Karina. Namun aku yakin kalau mereka tidak terpisah jauh dari kita berdua tapi entah kenapa aku tidak melihat mereka di sekitar kita," ucap Irene sambil melihat sekitarnya.

"Aku juga tidak melihatnya," ucapku.

Aku pun juga melihat ke sekitarku untuk mencari mereka, namun aku tidak menemukan mereka.

"Mungkin mereka sudah kembali ke asrama atau pergi ke suatu tempat. Mereka pada awalnya berada di sekitar kita tetapi kita tidak melihat mereka pergi karena sebelumnya kita berdua sedang berdebat tentang perjanjian di antara kita, Rid," ucap Irene.

"Aku pikir juga begitu. Sepertinya mereka sudah kembali ke asrama, kalau begitu ayo kita kembali ke asrama juga," ucapki.

"Iya," ucap Irene.

Aku dan Irene pun melangkah pergi meninggalkan gedung lobi akademi untuk menuju asrama. Namun saat aku dan Irene sedang berjalan, tiba-tiba ada seseorang yang memanggilku.

"Rid!," ucap orang itu.

Suara orang itu terdengar seperti suara seorang pria. Aku pun langsung berhenti dan menoleh ke arah asal suara itu. Ketika aku menoleh, aku melihat senior Darryl, senior Klara dan senior Nichelle sedang berjalan menghampiriku.

"Senior Darryl, apa kamu baru saja memanggilku ?," tanyaku.

"Iya, aku yang memanggilmu barusan," ucap senior Darryl.

Ternyata yang memanggilku adalah senior Darryl.

"Ada apa, senior ? Bahkan senior juga bersama senior Klara dan senior Nichelle," ucapku.

"Ada sesuatu yang harus aku, Klara dan Nichelle sampaikan kepadamu, Rid," ucap senior Darryl.

"Sesuatu yang harus disampaikan ? Apa itu ?," tanyaku.

"Kami bertiga ingin menyampaikan permintaan maaf kepadamu atas apa yang dilakukan Florian kepadamu, Rid," ucap senior Darryl sambil membungkuk.

Tidak hanya senior Darryl saja, senior Klara dan senior Nichelle juga ikut membungkuk. Aku pun terkejut melihat itu sementara Irene hanya terdiam saja.

"Aku tidak menyangka kalau Florian menyuruh Enzo untuk membunuhmu. Aku juga tidak menyangka kalau Florian terlibat dalam rencana pembunuhan Yang Mulia Ratu dan seluruh keluarga San Lucia. Untuk itu, kami bertiga selaku teman dari Florian ingin menyampaikan permintaan maaf kepadamu, Rid. Kami meminta maaf atas apa yang dilakukan Florian kepadamu. Kami juga meminta maaf kepadamu, Irene, karena Florian terlibat dalam rencana pembunuhan keluargamu," ucap senior Darryl.

Senior Darryl, senior Klara dan senior Nichelle masih membungkuk ke arah kami berdua.

"Kalian tidak perlu membungkuk seperti itu, senior. Kalian juga tidak perlu meminta maaf kepadaku. Kalian tidak salah sama sekali. Sekarang, tolong jangan membungkuk lagi, senior," ucapku.

Senior Darryl, senior Klara dan senior Nichelle pun berdiri tegap kembali.

"Kalian tidak perlu meminta maaf, senior. Lagipula kalian tidak bersalah, yang seharusnya disalahkan adalah senior Florian yang ingin membunuhku. Meskipun kalian adalah temannya, kalian tidak perlu melakukan permintaan maaf mewakili senior Florian. Biar senior Florian yang meminta maaf sendiri jika ada kesempatan," ucapku.

"Itu benar, kalian tidak perlu meminta maaf," ucap Irene.

"Tapi Rid, kami sebagai teman Florian merasa tidak enak atas perbuatan yang dia lakukan kepadamu. Kami takut kalau kami tidak meminta maaf, hubungan kita ke depannya akan canggung," ucap senior Darryl.

"Kalian tidak perlu merasa begitu, senior. Pokoknya kalian tidak perlu meminta maaf, senior. Meskipun kalian adalah teman senior Florian yang telah melakukan hal yang buruk kepadaku, aku sama sekali tidak akan merasa canggung kepada kalian ke depannya. Lagipula meskipun kalian adalah teman dari senior Florian, kalian sama sekali tidak terlibat dalam rencana itu," ucapku.

"Baiklah, Rid. Kalau begitu kami tidak akan menyampaikan permintaan maaf lagi kepadamu dan juga Irene," ucap senior Darryl.

"Iya, tidak apa-apa, senior. Lagipula aneh rasanya mendapatkan permintaan maaf dari orang yang tidak bersalah," ucapku.

"Ahahah, dipikir-pikir benar juga ya. Baiklah, kalau begitu kami pergi dulu ya, Rid, Irene, maaf telah mengganggu waktu kalian," ucap senior Darryl.

"Tidak apa-apa, senior, aku tidak merasa terganggu," ucapku.

"Aku juga," ucap Irene.

"Begitu ya, kalau begitu sampai jumpa, kalian berdua," ucap senior Darryl.

"Iya, sampai jumpa, senior," ucapku.

Lalu senior Darryl, senior Klara dan senior Nichelle pun pergi meninggalkan kami berdua.

"Ayo, Irene, kita jalan lagi untuk kembali ke asrama," ucapku.

"Iya," ucap Irene.

Karena mereka bertiga telah pergi, kami pun melanjutkan langkah kami untuk pergi ke asrama.

Sementara itu, saat Rid dan Irene melanjutkan langkah mereka menuju asrama, terlihat putri Amelia yang berada cukup jauh di belakang Rid, sedang melihat ke arah Rid dan Irene. Putri Amelia sedang melihat Rid dan Irene dengan tatapan yang sinis.

-Bersambung