Saat sampai di gerbang depan asrama, kami melihat Noa dan yang lainnya sedang berada di depan gerbang itu. Namun kami tidak melihat ada Charles dan Chloe di antara mereka.
"Ternyata kalian ada disini," ucapku.
"Ah, Rid, maaf ya karena tadi kami telah meninggalkan kalian berdua di depan gedung lobi akademi. Kalian berdua tadi sedang asik mengobrol jadi kami tidak enak mengganggunya, makanya kami memutuskan untuk langsung kembali ke asrama," ucap Noa.
"Tidak apa-apa, Noa. Ngomong-ngomong, dimana Charles dan Chloe ?," tanyaku.
"Charles dan Chloe, mereka berdua langsung bergegas kembali ke asrama mereka begitu penjelasan dari nona Karina telah selesai. Saat kami melihat kalian berdua sedang mengobrol di depan gedung lobi akademi, kami memutuskan untuk tidak mengganggu kalian, namun setelah itu kami melihat Charles dan Chloe yang pergi ke asrama dengan terburu-buru. Kami pun memutuskan untuk mengejar dan mengikuti mereka, tetapi Charles yang tahu kalau kami sedang mengikuti mereka pun berkata untuk tidak perlu mengikuti mereka. Charles juga berkata untuk tidak perlu khawatir. Maka dari itu kami tidak mengikuti mereka sampai ke asrama dan hanya menunggu disini," ucap Noa.
"Hmmm begitu ya, sepertinya Charles dan Chloe langsung bergegas kembali ke asrama untuk menghubungi ibundanya yaitu Yang Mulia Ratu. Mereka sepertinya khawatir setelah nona Karina menceritakan kalau Yang Mulia Ratu menjadi target pembunuhan," ucapku.
"Sepertinya begitu. Tapi, Rid, kami semua juga khawatir kepadamu, kami tidak menyangka kalau kamu juga menjadi target pembunuhan," ucap Noa.
"Itu benar, Rid. Kami tidak menyangka kalau kamu juga diincar hanya karena kamu saat ini sedang berpacaran dengan nona," ucap Leandra.
"Terima kasih atas kekhawatiran kalian tapi kalian tidak perlu khawatir. Seperti yang kalian lihat, saat ini aku baik-baik saja. Ke depannya pun aku yakin kalau aku akan baik-baik saja," ucapku.
"Meski kamu bilang begitu, kami masih tetap khawatir," ucap Noa.
"Aku bilang tidak perlu khawatir, Noa. Nanti akan menjadi beban bagi kalian apabila terus mengkhawatirkanku," ucapku.
"Yah, kamu ada benarnya," ucap Noa.
"Kami juga mengkhawatirkan kamu, nona. Kami tidak menyangka kalau seluruh keluarga San Lucia menjadi target pembunuhan," ucap Lily.
"Aku sendiri juga tidak menyangkanya, tetapi kalian tidak perlu khawatir, karena ada seseorang yang akan melindungiku," ucap Irene sambil melihat ke arahku.
Aku pun juga melihat ke arah Irene dan setelah itu aku melihat ke arah mereka lagi.
"Itu benar, kalian tidak perlu khawatir. Aku yang akan melindungi Irene. Apapun yang terjadi aku tidak akan membiarkan seseorang mencelakai atau bahkan membunuhnya," ucapku.
Leandra dan Lily melihat ke arahku dengan tatapan takjub. Tidak hanya Leandra dan Lily saja, Noa, Kotaro, Lillian dan Julie pun juga melihatku dengan tatapan takjub. Aku merasa bingung melihat mereka.
"Kenapa kalian menatapku seperti itu ?," tanyaku.
"T-tidak apa-apa, Rid. Aku hanya merasa kalau yang kamu katakan tadi itu sangat keren," ucap Leandra.
"I-itu benar," ucap Lily.
Noa dan yang lainnya pun mengangguk.
"Begitu ya. Ngomong-ngomong, kenapa kalian berdiri di depan gerbang akademi ? Apa kalian memang sedang menunggu kami berdua atau menunggu orang lain ?," tanyaku.
"Ah itu, kami semua memang sedang menunggu kamu dan putri Irene. Kami yakin kalau kamu akan langsung kembali ke akademi begitu selesai mengobrol dengan putri Irene. Makanya kami menunggu kamu dan putri Irene di depan gerbang akademi. Kami berniat untuk mengajakmu ke area pertokoan untuk membeli makan malam," ucap Noa.
"Hmmm begitu ya, kalian ingin mengajakku ke area pertokoan. Aku berterima kasih atas ajakan kalian itu tapi aku minta maaf, aku tidak bisa menerima ajakan itu. Irene sudah bilang terlebih dahulu kalau dia ingin membuatkanku makan malam, jadi malam ini aku akan makan malam dengan makanan buatan Irene," ucapku.
"Begitu ya. Tidak apa-apa, Rid, kamu tidak perlu minta maaf. Lagipula putri Irene duluan yang mengajakmu, sudah seharusnya kamu mementingkan ajakan putri Irene. Kalau begitu, kami pergi dulu ya, Rid, putri Irene, kami ingin pergi ke area pertokoan untuk membeli makan malam. Sampai jumpa, Rid, putri Irene," ucap Noa.
"Iya, sampai jumpa juga, Noa, kalian semua. Aku minta maaf sekali lagi karena tidak bisa menerima ajakan kalian," ucapku.
"Sudah kubilang untuk tidak perlu meminta maaf, Rid. Sudahlah, kami pergi dulu," ucap Noa.
"Ahaha, baiklah, Noa," ucapku.
"Kami berdua pergi dulu ya, nona," ucap Leandra.
"Iya," ucap Irene.
"Silahkan nikmati waktu berduamu bersama Rid malam ini, nona. Kami tidak akan mengganggumu," ucap Leandra yang melangkah pergi.
Irene pun hanya terdiam mendengar perkataan Leandra, sementara Noa dan yang lainnya perlahan pergi meninggalkan gerbang akademi. Aku dan Irene pun melihat ke arah Noa yang lainnya yang berjalan pergi menuju area pertokoan.
"Apa tidak apa-apa kamu menolak ajakan mereka, Rid ?," tanya Irene.
"Tidak apa-apa, lagipula kamu yang lebih dulu untuk mengajakku dan aku juga sudah menyetujuinya. Mana mungkin aku malah menolak ajakan darimu yang sudah aku setujui dan menerima ajakan mereka. Jadi aku lebih memilih menolak ajakan mereka," ucapku.
"Begitu ya," ucap Irene.
"Ayo kita pergi ke asrama, Irene," ucapku.
"Iya," ucap Irene.
Lalu kami berdua pun melanjutkan langkah kami untuk pergi ke asramaku. Beberapa saat kemudian, kami pun tiba di lantai tempat asramaku berada. Untuk pergi ke asramaku, kami berdua harus melewati asramanya Enzo, Chloe dan Charles terlebih dahulu. Ketika melewati asramanya Enzo, aku menoleh sebentar untuk melihat asrama itu. Terlihat tidak ada penerangan di dalam asrama itu. Lalu ketika melewati asramanya Chloe, aku memberhentikan langkahku di antara asramanya Chloe dan Charles. Kemudian, aku menoleh ke kedua asrama itu. Aku merasakan aura Chloe dan Charles yang sedang berada di asramanya Charles. Aura mereka terasa berdekatan. Sepertinya mereka memang sedang menghubungi Ibunda mereka. Irene yang melihatku sedang menoleh ke asramanya Chloe dan Charles pun bertanya kepadaku.
"Ada apa, Rid ?," tanya Irene.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang merasakan aura keberadaan Charles dan Chloe. Ternyata benar kalau mereka sudah kembali ke asrama dan saat ini mereka berdua tengah berada di asramanya Charles," ucapku.
Irene pun langsung menoleh ke asramanya Charles setelah mendengar perkataanku. Irene lalu sedikit menyipitkan matanya ketika melihat ke arah asramanya Charles.
"Kamu benar, aura Chloe dan pangeran Charles berada di asramanya pangeran Charles," ucap Irene.
Irene juga merasakan aura Chloe dan Charles di asrama milik Charles.
"Kamu masih memanggil Charles dengan gelar 'pangeran' meskipun kadang kamu suka mengobrol dengan Charles. Aku pikir kamu dan Charles sudah cukup akrab, jadi kamu tidak lagi memanggil Charles dengan gelar 'pangeran'," ucapku.
"Aku lebih suka memanggilnya seperti ini," ucap Irene.
"Ya sudah, terserah kamu saja. Sepertinya Charles dan Chloe sedang menghubungi Ibunda mereka di asramanya Charles, jadi lebih baik kita tidak mengganggu mereka. Ayo kita pergi ke asramaku," ucapku.
"Baiklah, Rid," ucap Irene.
Lalu kami pun melanjutkan langkah kami kembali. Kami melewati asramanya Irene lalu setelah itu kami pun sampai di depan asramaku.
"Apa kamu tidak mau pulang dulu ke asramamu, Irene ?," tanyaku.
"Tidak perlu, aku langsung saja biar tidak bolak balik," ucap Irene.
"Baiklah," ucapku.
Lalu aku pun membuka kunci pintu asramaku dan membuka pintunya. Setelah itu, kami berdua pun masuk ke dalam asramaku. Kami berdua pun melangkah ke ruang tengah asrama.
"Kamu mandi dulu saja, Rid. Aku akan langsung mulai membuat makanan sekarang," ucap Irene.
"Baiklah," ucapku.
Lalu aku pun langsung pergi ke kamar mandi. Sebelum Irene mengatakan itu, aku memang sudah berniat ingin langsung mandi karena sejak ditahan, aku belum mandi sama sekali. Saat menuju gedung pengadilan setelah ditahan, aku memang dibersihkan dengan air oleh para prajurit yang berada di penjara, tetapi hanya dengan air saja tidak cukup.
-
Sekitar 20 menit kemudian.
Aku yang sudah selesai mandi pun keluar dari kamar mandi. Lalu aku melihat Irene yang masih memasak, meski begitu ada beberapa makanan yang sudah selesai dia buat.
"Kamu sudah selesai mandinya, Rid ?," tanya Irene.
"Iya," ucapku.
"Maaf kalau aku belum menyelesaikan untuk membuat semua makanannya. Aku akan segera selesaikan ini," ucap Irene.
"Tidak apa-apa, Irene. Lagipula kamu sudah ingin memasak untukku, mana mungkin aku protes hanya karena semua makanannya belum selesai dibuat. Tenang saja, aku akan menunggu," ucapku.
Irene pun terdiam namun dia tetap melanjutkan membuat makannya.
Beberapa saat kemudian, semua makanan yang dibuat oleh Irene pun telah dibuat dan disajikan di meja makan. Makanannya yang dia buat terlihat cukup banyak, padahal yang memakan makanan ini hanya 2 orang saja. Irene pun menyadari kalau makanan yang dia buat itu cukup banyak.
"Maafkan aku, Rid, sepertinya aku terlalu banyak membuat makanan. Padahal hanya kita berdua saja yang memakan makanan ini," ucap Irene.
"Tidak apa-apa, Irene. Jika tidak habis, aku akan menyimpannya agar bisa dimakan saat aku sedang lapar," ucapku.
"Jika ada makanan yang tersisa atau tidak habis, aku bisa menyimpannya di ~storage~," pikirku.
"Mungkin aku terlalu bersemangat karena mengetahui kamu telah bebas, makanya aku malah membuatkanmu banyak makanan. Aku benar-benar ceroboh," ucap Irene.
"Sudah, tidak apa-apa, Irene. Kamu tidak perlu memikirkan itu terus-menerus. Lebih baik sekarang kita makan," ucapku.
*Haaaaaaahhhh
Terdengar suara Irene yang sedang menghela nafas.
"Baiklah, Rid," ucap Irene.
Lalu kami berdua pun mulai melakukan makan malam.
-
15 menit kemudian.
Kami pun telah selesai melakukan makan malam. Meski begitu masih ada beberapa makanan yang masih tersisa di meja makan. Irene nampak terus melihat makanan yang tersisa itu.
"Sudah kubilang untuk tidak perlu dipikirkan, Irene. Tenang saja, aku akan menyimpan makanan yang tersisa itu. Aku tidak akan membuangnya," ucapku.
"Baiklah, Rid," ucap Irene.
Irene lalu melihat jam yang ada di dinding.
"Sudah jam segini ya, sepertinya aku harus kembali ke asramaku sekarang, Rid," ucap Irene.
"Baiklah, Irene. Terima kasih karena telah membuatkanku makan malam," ucapku.
"Sama-sama, Rid, lagipula ini adalah tugasku," ucap Irene sambil tersenyum.
Aku pun sedikit terkejut melihat Irene yang tersenyum. Sangat jarang sekali melihat Irene tersenyum seperti itu karena biasanya dia sering berekspresi datar dan dingin. Irene nampak bingung melihatku yang sedikit terkejut.
"Ada apa, Rid ?," tanya Irene.
"Tidak ada apa-apa," ucapku.
"Begitu ya. Ngomong-ngomong, besok pagi apakah kamu akan melakukan latihan pagi seperti biasanya, Rid ?," tanya Irene.
"Iya. Aku sudah 2 hari tidak latihan pagi, aku takut kalau kemampuanku menurun," ucapku.
"Aku tidak yakin kalau kemampuanmu akan menurun meskipun kamu tidak latihan. Daripada itu, karena besok kamu akan latihan pagi, tolong ajari aku lagi, Rid," ucap Irene.
"Baiklah, Irene," ucapku.
"Kalau begitu, aku pulang dulu, sampai jumpa besok di tempat latihan, Rid," ucap Irene.
"Iya, sampai jumpa juga, Irene," ucapku.
Lalu Irene pun pergi menuju pintu asrama. Kemudian, Irene membuka pintu asrama itu dan pergi keluar untuk kembali ke asramanya. Setelah Irene telah kembali ke asramanya, aku pergi ke pintu asramaku untuk mengunci pintu itu. Setelah itu aku pun kembali ke kamarku.
"Aku juga sudah 2 hari tidak berlatih tanding dengan nona Violetta, sepertinya besok aku akan berlatih tandingnya dengannya lagi sekaligus mengobrol dengannya. Tadi aku memang melihat nona Violetta, nona Violetta pun juga melihat ke arahku namun nona Violetta tidak menghampiriku karena saat itu aku sedang dikerumuni oleh banyak orang. Lagipula tidak ada yang tahu kalau aku kenal dekat dengan nona Violetta, jadi tidak mungkin nona Violetta tiba-tiba menghampiriku seolah kenal dekat denganku,"
"Daripada itu, aku penasaran dengan keadaan Charles dan Chloe. Mereka pasti sangat terkejut begitu mengetahui kalau Ibundanya menjadi target pembunuhan. Apakah mereka akan datang untuk latihan besok pagi ?," pikirku.
-
Di asrama Charles.
Terlihat Charles dan Chloe sedang duduk di kursi meja makan di ruang tengah asrama Charles. Charles sedang memegang sebuah kristal komunikasi di tangannya. Namun tidak berselang lama, kristal komunikasi itu terlepas dari tangannya dan terjatuh ke meja.
"Aku tidak percaya ini," ucap Charles.
Wajah Charles terlihat sangat terkejut saat mengatakan itu. Tidak hanya Charles saja, Chloe yang berada di sampingnya pun juga memasang ekspresi terkejut di wajahnya.
"Aku tidak percaya kalau ayahanda juga terlibat dalam rencana pembunuhan ibunda," ucap Charles yang terkejut.
-Bersambung