Chereads / Peace Hunter / Chapter 278 - Chapter 278 : Akhir Diskusi di Gedung Pengadilan

Chapter 278 - Chapter 278 : Akhir Diskusi di Gedung Pengadilan

Diskusi yang dilakukan di halaman parkir gedung pengadilan pun telah selesai. Meski begitu, diskusi ini akan tetap dilanjutkan keesokan harinya di tempat yang akan diinformasikan oleh Ratu Kayana. Diskusi yang akan berlangsung keesokan harinya, tentu saja akan dihadiri oleh banyak orang yang terlibat dalam kasus yang sedang terjadi, entah sebagai korban, pelaku atau sebagai saksi. Karena kasus yang sedang terjadi begitu besar, bahkan sampai melibatkan dua orang Duke, diskusi tentang kasus ini mungkin akan terus berlangsung selama beberapa hari ke depan.

Aku tidak diwajibkan untuk mengikuti diskusi yang akan berlangsung besok atau beberapa hari ke depan karena statusku sebagai murid akademi dan aku harus fokus untuk belajar di akademi. Ratu Kayana bilang kalau misal beliau membutuhkan penjelasan atau informasi dariku, beliau akan menyuruh nona Karina untuk mendapatkan informasi itu dariku, lalu nona Karina sendiri yang akan menyampaikan informasi itu ke Ratu Kayana. Jadi aku tidak perlu terlalu ikut campur dalam diskusi kasus ini.

Setelah diskusi di halaman parkir gedung pengadilan telah selesai dilaksanakan, kami semua pun meninggalkan halaman parkir dan pergi ke area depan gedung pengadilan. Terlihat ada banyak orang yang berada di depan gedung pengadilan. Saat melihat kami datang ke depan gedung pengadilan, beberapa orang mulai bergegas menghampiri kami. Namun para prajurit yang sedang bersiaga di tempat itu langsung menahan orang-orang itu agar tidak menghampiri kami. Orang-orang yang berusaha menghampiri kami terlihat membawa alat tulis dan buku catatan kecil di tangan mereka.

"Mereka itu, mereka dari Diganta ya," ucap Ratu Kayana.

Lalu Ratu Kayana menghampiri para prajurit yang menahan orang-orang itu.

"Cukup, para prajurit, lepaskan mereka. Mereka pasti ingin mendapatkan informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi di gedung pengadilan ini. Biarkan mereka mendapatkan informasi dari kami," ucap Ratu Kayana.

"Tapi, jumlah mereka cukup banyak, Yang Mulia Ratu. Kami takut kalau mereka mungkin akan membuat anda kerepotan. Dan juga, bisa saja salah satu dari mereka ada yang menyamar sebagai anggota Diganta dan malah berniat untuk melukai anda," ucap salah satu prajurit.

"Kalian terlalu berlebihan, lagipula kalian tetap menjadi pembatas antara aku dan mereka agar mereka semua tidak mendekatiku kan ? Jadi aku yakin kalau aku akan tetap aman meski ditanyain oleh orang-orang sebanyak itu," ucap Ratu Kayana.

"Baiklah kalau begitu, Yang Mulia Ratu," ucap prajurit itu.

Lalu para prajurit yang menahan orang-orang dari Diganta mulai melepaskan mereka. Orang-orang itu pun dengan cepat langsung menghampiri Ratu Kayana. Namun mereka langsung ditahan oleh beberapa prajurit untuk tidak terlalu dekat dengan Ratu Kayana. Orang-orang itu pun memakluminya karena bagaimana pun keselamatan dan keamanan Ratu Kayana adalah hal nomor satu. Orang-orang itu tetap tertib meskipun ditahan oleh beberapa prajurit agar tidak mendekati Ratu Kayana. Orang-orang itu pun mulai memberikan pertanyaan kepada Ratu Kayana. Ratu Kayana pun menjawab pertanyaan dari mereka satu persatu. Beliau juga menjelaskan tentang apa yang terjadi di gedung pengadilan ini dan hasil sidang tentang insiden yang terjadi di hutan Hevea. Melihat tenangnya Ratu Kayana dalam menjelaskan dan menjawab pertanyaan dari orang-orang Diganta itu, menjelaskan bahwa kalau beliau benar-benar seorang Ratu dari kerajaan ini. Meskipun pakaian yang beliau gunakan saat ini tidak mencerminkan beliau sebagai seorang Ratu karena beliau mengenakan pakaian kasual saat datang ke gedung pengadilan. Yah itu wajar mengingat mendatangi gedung pengadilan untuk melihat sidang bukanlah acara formal untuk Ratu Kayana, jadi beliau tidak wajib mengenakan pakaian Ratu miliknya.

Selain menghampiri Ratu Kayana, orang-orang dari Diganta juga menghampiri Duke Remy, Duke Louis, komandan Oliver, nona Karina dan bahkan aku. Mengingat sebelumnya aku disebut sebagai pelaku dalam insiden di hutan Hevea, masuk akal kalau mereka mendatangiku untuk mendapatkan penjelasan dariku tentang apa yang terjadi sebenarnya. Mereka menanyaiku tentang apa yang sebenarnya terjadi di hutan Hevea, tentang sidang yang dilakukan di gedung pengadilan sebelumnya dan tentang para iblis yang tiba-tiba menyerang gedung pengadilan dan sekitarnya. Mereka mengetahui tentang iblis itu karena mereka melihat adanya mayat para iblis di depan gedung pengadilan. Aku pun menjawab semua pertanyaan mereka, namun ada beberapa pertanyaan yang aku jawab 'tidak tahu' meskipun sebenarnya aku mengetahuinya. Aku menjawab seperti itu karena aku berpikir kalau sepertinya bukan kewenanganku untuk menjawab dan memberikan penjelasan detail kepada mereka. Untunglah mereka percaya dengan jawabanku meskipun aku menjawab 'tidak tahu'. Selain menanyakan tentang ketiga hal itu, mereka juga menanyakan hal lain bahkan hal di luar topik insiden di hutan Hevea dan di gedung pengadilan. Salah satunya, mereka menanyakan tentang hubunganku dengan Irene. Aku bingung harus menjawab apa jadi aku jawab seadanya saja. Meski aku sudah menjawab pertanyaan mereka, mereka menanyaiku dengan pertanyaan baru dan semakin lama, aku semakin kerepotan dengan hal itu.

-

1 jam kemudian.

Orang-orang Diganta itu pun berhenti memberikanku pertanyaan. Mereka lalu meninggalkanku namun mereka masih berada di depan gedung pengadilan.

"Haaaahhhh, akhirnya selesai juga. Aku tidak menyangka aku harus menjawab pertanyaan mereka selama 1 jam," ucapku.

"Bagaimana rasanya menjadi orang terkenal, Rid ?," tanya nona Karina yang tiba-tiba datang menghampiriku.

"Apa nona Karina sedang meledekku ?," tanyaku.

"Ahahaha. Sudahlah, ambil ini," ucap nona Karina.

Nona Karina lalu melemparkan sesuatu kepadaku. Aku pun dengan sigap langsung menangkap sesuatu itu. Setelah aku tangkap, aku memperhatikan sesuatu itu yang ternyata adalah sebuah minuman yang dikemas dalam kemasan botol.

"Sebuah minuman ?," tanyaku yang bingung.

"Kamu pasti lelah setelah menjawab pertanyaan mereka kan ? Itu untukmu, kamu minum saja," ucap nona Karina.

Terlihat nona Karina juga memegang botol minum yang sama dengan yang diberikan kepadaku. Beliau pun juga meminum minuman dari botol itu.

"Terima kasih, nona Karina. Kalau begitu aku terima," ucapku.

"Iya," ucap nona Karina.

Setelah meminum minuman yang diberikan nona Karina, aku pun mengobrol dengan nona Karina kembali.

"Aku pikir tadi nona Karina akan menggantikanku dalam menjawab pertanyaan orang-orang Diganta itu," ucapku.

"Saat itu aku juga sedang ditanyai oleh orang-orang Diganta, jadi aku tidak bisa menggantikanmu ketika kamu sedang ditanyai oleh mereka. Lagipula, meskipun aku sedang tidak ditanyai oleh orang-orang Diganta, aku tetap tidak mau menggantikanmu. Jika aku menggantikanmu, kamu tidak akan punya pengalaman dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang seperti orang-orang Diganta itu. Aku yakin kedepannya kamu akan mengalami hal seperti ini lagi jadi kamu pasti juga akan ditanyai lagi oleh orang-orang seperti mereka. Jadi hal ini bagus untuk menambah pengalamanmu," ucap nona Karina.

"Perkataan nona Karina benar juga," ucapku.

Saat aku sedang mengobrol dengan nona Karina, aku melihat ada beberapa orang yang melambai ke arahku dari sisi jalan yang berada tepat di depan gerbang gedung pengadilan. Aku mengenali semua orang yang melambai-lambaikan tangannya kepadaku itu.

"Nona Karina, boleh aku permisi sebentar ? Ada orang-orang yang ingin aku temui," ucapku.

"Baiklah," ucap nona Karina.

Lalu aku pun pergi meninggalkan nona Karina untuk menemui orang-orang itu. Saat sudah sampai di hadapan orang-orang itu, aku langsung berbicara dengan mereka.

"Kalian, ternyata kalian masih ada disini ya," ucapku.

Orang-orang yang sedang kutemui ini adalah paman Dean, paman Bill, paman Isaac, Eric dan beberapa warga desa Aston lainnya.

"Tentu saja karena kami tidak akan pulang sampai hasil sidangmu diketahui, Rid," ucap paman Isaac.

"Kami sebelumnya menunggu di depan gedung pengadilan. Namun tiba-tiba ada banyak orang yang keluar dari gedung pengadilan dan setelah itu, ada beberapa iblis yang mengejar orang-orang yang keluar dari gedung pengadilan. Kami semua yang berada di depan gedung pengadilan pun panik dan berusaha menyelamatkan diri. Kami menyelamatkan diri dengan pergi keluar dari wilayah gedung pengadilan. Setelah situasinya sudah terkendali dan iblis-iblis itu sudah dikalahkan, kami memutuskan kembali ke gedung pengadilan," ucap paman Bill.

"Begitu ya, pantas saja kalian semua tidak terlihat di halaman parkir gedung pengadilan. Padahal beberapa orang berlindung di area itu. Tapi melihat kalian yang tidak terluka sedikitpun, aku bersyukur kalian baik-baik saja," ucapku.

"Bagaimana denganmu, Rid ? Bagaimana dengan hasil sidangnya ?," tanya paman Bill.

"Itu benar, Rid, kami penasaran dengan hasil sidangmu soalnya kami belum mendapatkan informasi tentang hal itu," ucap Eric.

"Kalian tidak perlu khawatir. Aku dinyatakan tidak bersalah dalam insiden itu, jadi aku saat ini telah bebas," ucapku.

"Syukurlah," ucap paman Bill.

"Syukurlah, Rid," ucap paman Dean.

Lalu beberapa dari mereka pun mulai merangkulku. Kemudian aku pun mengobrol dengan mereka semua sekaligus melepas rindu karena sudah lama tidak bertemu.

-

30 menit kemudian.

Disaat aku sedang mengobrol dengan orang-orang dari desa Aston, Ratu Kayana datang menghampiriku. Tidak hanya Ratu Kayana saja, beliau juga ditemani oleh Duke Remy, Duke Louis, nona Karina, Caroline, komandan Oliver dan beberapa prajurit yang berjaga di sekitar mereka.

"Kelihatannya kamu sedang asik mengobrol ya, Rid," ucap Ratu Kayana.

"Yang Mulia Ratu ? Ah, maafkan saya, Yang Mulia Ratu, apa Yang Mulia Ratu ada perlu dengan saya ?," tanyaku.

"Tidak ada, aku hanya penasaran dengan siapa kamu mengobrol karena kamu terlihat asik mengobrol dengan mereka. Siapa mereka, Rid ?," tanya Ratu Kayana.

"Biar saya perkenalkan, Yang Mulia Ratu, mereka adalah teman-teman dan tetangga saya ketika saya masih tinggal di Desa Aston. Lalu beliau adalah kepala desa di desa Aston, namanya paman Bill," ucapku sambil memegang pundak paman Bill.

"Salam hormat, Yang Mulia Ratu," ucap paman Bill sambil membungkuk memberi hormat.

Orang-orang dari desa Aston lainnya pun juga ikut membungkuk untuk memberi hormat.

"Sudah-sudah, kalian tidak perlu membungkuk untuk memberi hormat," ucap Ratu Kayana.

Lalu paman Bill dan yang lainnya pun menuruti perkataan Ratu Kayana.

"Desa Aston ya, suatu desa yang berada di wilayah San Minerva. Desa itu merupakan salah satu dari desa-desa yang dipimpin oleh Viscount Ivan. Jadi kamu berasal dari desa Aston ya, Rid," ucap Ratu Kayana.

"Iya, Yang Mulia Ratu," ucapku.

"Ternyata anda tahu tentang desa kami ya, Yang Mulia Ratu. Saya cukup terkejut padahal desa kami hanyalah desa yang kecil," ucap paman Bill.

"Sebagai Ratu dari kerajaan ini, sudah kewajiban bagiku untuk mengetahui seluruh wilayah di kerajaan ini hingga ke desa-desanya," ucap Ratu Kayana.

"Begitu ya, saya minta maaf karena telah meremehkan pengetahuan anda, Yang Mulia Ratu," ucap paman Bill sambil membungkuk.

"Sudah, tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, Rid, apa kamu sudah selesai mengobrol dengan mereka ? Jika kamu sudah selesai, kepala akademi akan mengantarmu untuk kembali ke akademi. Tapi jika belum, kamu selesaikan saja obrolanmu terlebih dahulu, lagipula kamu sudah lama tidak berjumpa dengan mereka kan ?," tanya Ratu Kayana.

"Baik, Yang Mulia Ratu. Saya masih ada sesuatu yang ingin dibicarakan dengan mereka, bolehkah saya meminta tambahan waktu untuk berbicara dengan mereka ?," tanyaku.

"Aku sih tidak keberatan, bagaimana dengan anda, kepala akademi ?," tanya Ratu Kayana.

"Saya juga tidak keberatan," ucap nona Karina.

"Kepala akademi juga bicara begitu. Bicaralah terlebih dahulu dengan mereka sampai kamu puas, Rid, karena setelah kamu kembali ke akademi, kamu mungkin akan membutuhkan waktu yang lama agar bisa bertemu dengan mereka kembali," ucap Ratu Kayana.

"Baik, Yang Mulia Ratu," ucapku.

"Kalau begitu aku permisi dulu karena masih ada beberapa urusan yang harus diselesaikan di sekitar gedung pengadilan. Maaf kalau aku telah mengganggu pembicaraan kalian," ucap Ratu Kayana.

"Tidak apa-apa, Yang Mulia Ratu, anda tidak perlu minta maaf," ucapku.

"Baiklah, kalau begitu aku permisi dulu," ucap Ratu Kayana.

"Silahkan, Yang Mulia Ratu," ucapku sambil membungkuk.

Paman Bill dan orang-orang desa Aston lainnya juga ikut membungkuk. Sementara Ratu Kayana dan yang lainnya pergi kembali menuju area gedung pengadilan. Disaat Ratu Kayana dan yang lainnya pergi menuju area gedung pengadilan, Duke Louis keluar dari rombongan Ratu Kayana dan pergi menghampiriku.

"Paman Louis ? Kenapa anda kesini ? bukannya anda tadi pergi bersama Yang Mulia Ratu ?," tanyaku.

"Aku kesini hanya untuk menyampaikan sesuatu saja. Setelah kamu berbicara dengan teman dan tetanggamu, bisakah kamu meluangkan waktu untuk berbicara denganku ? Setelah ini aku akan pergi ke gereja Sancta Lux untuk melihat keadaan para prajuritku tapi setelah itu aku akan kembali kesini, jika kamu sudah selesai bicara dengan mereka namun aku belum kembali ke gedung pengadilan, bisakah kamu menungguku ?," tanya Duke Louis.

"Baiklah, paman, aku akan menunggu anda dan meluangkan waktu untuk berbicara dengan anda," ucapku.

"Terima kasih, Rid," ucap Duke Louis.

"Sama-sama, paman," ucapku.

"Kalau begitu, aku permisi dulu. Aku harus menyusul Yang Mulia Ratu," ucap Duke Louis.

"Silahkan, paman," ucapku.

Lalu Duke Louis pun pergi menyusul Ratu Kayana, sementara aku melanjutkan pembicaraanku dengan orang-orang dari Desa Aston. Saat sudah menyusul rombongan Ratu Kayana, Duke Louis langsung menghampiri Ratu Kayana dan mengobrol dengannya.

"Permisi, Yang Mulia Ratu, bolehkan saya izin pergi untuk memeriksa keadaan beberapa prajurit saya yang saat ini sedang berada di gereja Sancta Lux ?," tanya Duke Remy.

"Gereja Sancta Lux ? Ah benar juga, anda bilang kalau beberapa prajurit anda terluka setelah melawan iblis yang keluar dari wilayah gedung pengadilan," ucap Ratu Kayana.

"Iya, Yang Mulia Ratu," ucap Duke Louis.

"Baiklah, jika anda ingin pergi kesana, aku mengizinkannya, tuan Louis," ucap Ratu Kayana.

"Terima kasih, Yang Mulia Ratu. Kalau begitu saya permisi dulu," ucap Duke Louis.

"Iya," ucap Ratu Kayana.

Duke Louis pun pergi meninggalkan rombongan Ratu Kayana. Ratu Kayana pun melihat ke arah Duke Louis yang pergi. Setelah itu dia menoleh ke orang-orang yang berada di belakangnya.

"Apa ada dari kalian yang memiliki urusan yang sama seperti tuan Louis ? Aku tidak keberatan membiarkan kalian pergi apabila kalian memiliki urusan," ucap Ratu Kayana.

"Saya, Yang Mulia Ratu. Saya meminta izin untuk pergi mencari para prajurit saya. Saya sejak tadi belum menemukan mereka dan saya juga tidak tahu mereka ada dimana. Saya khawatir apabila mereka terluka tanpa sepengetahuan saya," ucap Duke Remy sambil mengangkat tangannya.

"Silahkan, tuan Remy, aku mengizinkannya," ucap Ratu Kayana.

"Terima kasih, Yang Mulia Ratu," ucap Duke Remy.

"Iya," ucap Ratu Kayana.

Duke Remy lalu pergi meninggalkan rombongan.

"Ada lagi ? Kepala akademi dan tuan Oliver, apa kalian tidak memiliki urusan ?," tanya Ratu Kayana.

"Saya tidak memiliki urusan, Yang Mulia Ratu. Tapi kalau diizinkan, bolehkah saya memeriksa sekitar gedung pengadilan ini ? Saya hanya ingin melihat-lihat saja," ucap nona Karina.

"Baiklah, lagipula saat ini diskusi juga sedang dihentikan. Jika anda mau melihat-lihat, silahkan saja, kepala akademi," ucap Ratu Kayana.

"Baik, Yang Mulia Ratu. Kalau begitu, saya permisi," ucap nona Karina.

"Iya," ucap Ratu Kayana.

Lalu nona Karina pun pergi meninggalkan rombongan.

"Kalau saya tidak memiliki urusan, Yang Mulia Ratu. Saya akan menemani anda saja," ucap komandan Oliver.

"Baiklah. Aku berencana untuk pergi ke dalam gedung pengadilan untuk memeriksa dengan detail tentang kerusakan yang terjadi di dalam gedung itu," ucap Ratu Kayana.

"Kalau begitu saya ikut, Yang Mulia Ratu," ucap komandan Oliver.

Lalu Ratu Kayana, komandan Oliver dan yang lainnya pun pergi ke dalam gedung pengadilan. Saat sudah sampai di dalam gedung pengadilan, Caroline memutuskan untuk melihat-lihat bagian dalam gedung pengadilan, jadi dia berpisah dengan Ratu Kayana. Sementara Ratu Kayana dan komandan Oliver, saat ini sedang berada di tengah ruangan pengadilan, tepatnya di tempat yang terdapat kursi untuk terdakwa. Saat Ratu Kayana dan komandan Oliver sedang memeriksa tempat itu, tiba-tiba muncul cahaya terang dari saku pakaian milik komandan Oliver. Ratu Kayana yang melihat cahaya itu langsung menoleh ke arah komandan Oliver.

"Sepertinya ada yang menghubungi saya lewat kristal komunikasi, Yang Mulia Ratu. Saya meminta izin untuk menerima panggilan ini," ucap komandan Oliver.

"Iya," ucap Ratu Kayana.

Lalu komandan Oliver pun menerima panggilan dari kristal komunikasi itu, sementara Ratu Kayana tetap fokus melihat-lihat dinding atau objek yang rusak di ruang tengah gedung pengadilan itu.

Beberapa menit kemudian, komandan Oliver pun menghampiri Ratu Kayana untuk memberikan laporan.

"Yang Mulia Ratu, saya baru mendapatkan laporan dari Asier," ucap komandan Oliver.

"Asier ? Jadi yang menghubungi anda barusan adalah Asier ya," ucap Ratu Kayana.

"Iya, Yang Mulia Ratu," ucap komandan Oliver.

"Laporan apa yang Asier berikan ?," tanya Ratu Kayana.

"Saat Asier datang ke kediaman tuan James, dia tidak menemukan nona Claret di kediaman itu. Dia dan pasukannya sudah mencari ke seluruh ruangan yang ada di kediaman itu namun dia tetap tidak dapat menemukannya. Bahkan para prajurit tuan James juga tidak tahu kemana perginya nona Claret," ucap komandan Oliver.

"Hmmmm, kemana perginya beliau ya ? Apa mungkin beliau sudah tahu kalau rencana suaminya sudah terkuak dan beliau memutuskan pergi melarikan diri ?," tanya Ratu Kayana.

"Mungkin seperti itu, Yang Mulia Ratu. Sepertinya nona Claret juga terlibat dalam rencana itu, jika beliau tidak terlibat, seharusnya beliau tidak perlu melarikan diri," ucap komandan Oliver.

"Sepertinya begitu," ucap Ratu Kayana.

"Lalu, ada satu laporan lagi yang diberikan oleh Asier, Yang Mulia Ratu. Tetapi saya tidak tahu apakah saya harus melaporkan ini atau tidak," ucap komandan Oliver.

"Katakan saja, tuan Oliver. Memangnya apa isi laporan itu sampai anda sendiri tidak tahu harus melaporkan laporan itu atau tidak ?," tanya Ratu Kayana.

"Karena laporan ini berisi tentang suami anda, Yang Mulia Ratu, yaitu Raja Albert," ucap komandan Oliver.

"Suamiku ? Apa isi laporan tersebut ?," tanya Ratu Kayana.

"Setelah Asier tidak menemukan nona Claret di kediamannya, Asier dan pasukannya fokus untuk mencari bukti atau dokumen mencurigakan di kediaman itu. Lalu dia menemukan salah satu dokumen dan dia pun mulai membacanya. Di dokumen itu, tercantum kalau suami anda yaitu Raja Albert, juga terlibat dalam rencana pembunuhan anda dan seluruh keluarga San Lucia," ucap komandan Oliver.

"Apa ?!?!," ucap Ratu Kayana yang terkejut.

-Bersambung