30 menit kemudian, di seberang jalan yang berada di depan gerbang gedung pengadilan.
"Sepertinya sudah waktunya bagi kita untuk pulang," ucap paman Bill.
"Kamu benar, kepala desa. Lagipula kita juga sudah cukup lama mengobrol dan Rid juga harus langsung kembali ke akademi," ucap paman Dean.
"Sudah waktunya bagi kita untuk berpisah ya. Terima kasih ya karena telah datang untuk menyemangatiku dalam menjalani sidang itu," ucapku.
"Sudah kubilang untuk tidak perlu dipikirkan, Rid. Lagipula kamu adalah bagian dari para penduduk desa Aston dan juga almarhum kakekmu dulunya juga suka membantuku. Jadi untuk membalas kebaikannya, aku harus membantu cucunya," ucap paman Bill.
"Itu benar," ucap paman Dean.
"Begitu ya, pokoknya terima kasih, kalian semua," ucapku.
"Pertahankan prestasimu di akademi, Rid. Kamu sekarang sudah menjadi murid terkuat di akademi kan ? Pertahankanlah prestasimu itu," ucap paman Bill.
"Itu benar, jangan sampai prestasimu itu turun, Rid," ucap paman Isaac.
"Dan juga pertahankan hubunganmu dengan putri dari tuan Duke San Lucia, Rid. Kapan lagi ada kesempatan untuk menjadi pasangan dari putri seorang Duke, aku iri kepadamu," ucap Eric.
"Aku juga," ucap teman-teman Eric.
"Ahahaha, kita lihat saja kedepannya, Eric. Terima kasih ya atas dukungan kalian semua, aku akan melakukan yang terbaik," ucapku.
"Kalau begitu, kami pergi dulu ya, Rid. Kami harus pergi ke tempat kami menaruh kereta kuda. Kami tidak bisa menaruh kereta kuda di halaman parkir gedung pengadilan karena halaman parkir itu hanya ditujukan bagi orang-orang penting atau bangsawan. Tapi kami tidak masalah akan hal itu, lagipula jarak kami menaruh kereta kuda juga tidak terlalu jauh dari gedung pengadilan," ucap paman Isaac.
"Begitu ya, hati-hati dalam perjalanannya ya, paman dan kalian semua," ucapku.
"Sampai jumpa, Rid," ucap paman Bill dan yang lainnya.
"Iya, sampai jumpa juga, kalian semua," ucapku.
Paman Bill dan warga desa Aston lainnya pun pergi meninggalkanku. Beberapa dari mereka terus melambaikan tangannya kepadaku sambil berjalan pergi. Aku pun membalas lambaian tangan mereka. Setelah jarak antara mereka dan aku sudah lumayan jauh, aku pun memutuskan untuk kembali ke depan gedung pengadilan. Saat sampai di depan gedung pengadilan, aku melihat nona Karina yang sedang berdiri sambil bersandar di dinding yang berada di samping pintu depan gedung pengadilan. Aku pun memutuskan untuk menghampirinya. Nona Karina terlihat mengetahui kalau aku sedang menghampirinya, beliau pun langsung melihat ke arahku.
"Bagaimana ? Apa kamu sudah mengobrol dengan orang-orang dari kampung halamanmu, Rid ?," tanya nona Karina.
"Sudah, nona," ucapku.
"Kalau begitu, apa kamu mau kembali ke akademi sekarang ?," tanya nona Karina.
"Apa aku bisa nanti saja kembali ke akademinya, nona Karina ? Soalnya tadi pa- maksudnya tuan Duke Louis memintaku untuk berbicara dengannya terlebih dahulu setelah berbicara dengan orang-orang dari kampung halamanku. Tuan Duke Louis bilang kalau beliau mau pergi ke gereja Sancta Lux terlebih dahulu, jadi aku disuruh menunggu terlebih dahulu sampai beliau kembali karena beliau ingin berbicara denganku," ucapku.
"Begitu ya. Baiklah, tidak apa-apa. Lagipula jarak gedung pengadilan ini dan akademi lumayan dekat, jadi kalaupun kita pulang saat malam hari, tidak akan memakan waktu yang lama bagi kita untuk sampai di akademi," ucap nona Karina.
"Terima kasih, nona Karina," ucapku.
"Tidak perlu berterima kasih. Lagipula kakak menyuruhku untuk mengantarmu kapanpun kamu siap untuk kembali ke akademi. Jadi mau kamu kembali sekarang atau nanti, tidak masalah untukku," ucap nona Karina.
"Nona Karina selalu menyebut Yang Mulia Ratu sebagai 'kakak' saat anda sedang berbicara denganku ya. Padahal anda nampak berbicara dengan Yang Mulia Ratu dengan formal ketika sedang ada banyak orang," ucapku.
"Mana mungkin aku menyebut dia dengan 'kakak' ketika sedang ada banyak orang. Aku menyebut dia 'kakak' ketika sedang berbicara berdua denganmu karena kamu sudah tahu tentang hubunganku dengan Yang Mulia Ratu. Sudahlah, mari kita abaikan soal ini. Daripada itu, kamu bilang kalau kamu masih akan berbicara dengan tuan Louis, kan ?," tanya nona Karina.
"Iya, nona," ucapku.
"Kalau begitu aku mau berjalan-jalan ke luar gedung pengadilan terlebih dahulu. Jika kamu sudah berbicara dengan tuan Louis tetapi aku masih belum datang, kamu tunggu saja disini," ucap nona Karina.
"Baik, nona," ucapku.
"Kalau begitu, aku pergi dulu," ucap nona Karina.
"Hati-hati di jalan, nona," ucapku.
Lalu nona Karina pun pergi ke luar wilayah gedung pengadilan.
-
10 menit kemudian.
Aku melihat Duke Louis dan para prajuritnya baru saja kembali ke gedung pengadilan. Komandan wanita yang bernama Mina pun juga ada di rombongan tersebut. Mereka kembali ke gedung pengadilan dengan berjalan kaki, mungkin karena jarak gedung pengadilan dengan gereja Sancta Lux cukup dekat jadi mereka tidak perlu menaiki kereta kuda. Duke Louis sepertinya melihatku yang sedang menunggunya, beliau pun langsung menghampiriku.
"Apa kamu sudah menunggu lama, Rid ?," tanya Duke Louis.
"Tidak, paman. Apa paman sudah selesai memeriksa keadaan para prajurit paman ?," tanyaku.
"Iya, sudah. Beberapa dari mereka awalnya terluka karena terkena serangan ~Dark Magic~, namun mereka sudah disembuhkan oleh para Priest di gereja Sancta Lux," ucap Duke Louis.
"Begitu ya, syukurlah kalau mereka sudah disembuhkan," ucapku.
"Iya," ucap Duke Louis.
Setelah itu, Duke Louis menoleh ke belakang. Terlihat ada komandan Mina dan para prajuritnya yang sedang berada di belakang Duke Louis.
"Kalian semua tunggu di halaman parkir saja. Aku masih ada yang harus dibicarakan dengan Rid," ucap Duke Louis.
"Baik, tuan Duke. Kalian semua, ayo pergi," ucap komandan Mina.
"Baik, komandan," ucap para prajurit Duke San Lucia.
Komandan Mina dan para prajurit San Lucia pun pergi menuju halaman parkir gedung pengadilan.
"Nah sekarang, kita bisa mengobrol berdua, Rid," ucap Duke Louis.
"Apa yang mau paman bicarakan berdua denganku ?," tanyaku.
"Aku hanya ingin menyampaikan terima kasih karena kamu telah menyelamatkan seluruh keluargaku," ucap Duke Louis sambil sedikit membungkuk.
Aku pun terkejut melihat Duke Louis yang melakukan itu.
"Angkat kepala anda, paman. Anda tidak perlu berterima kasih, lagipula aku tidak melakukan apa-apa," ucapku.
"Tidak, tentu ini semua karenamu. Karena kamu berhasil membunuh orang-orang yang berusaha membunuhmu di hutan Hevea, aku jadi mengetahui kalau ternyata kedua Duke merencanakan pembunuhan terhadap seluruh keluargaku dan juga Yang Mulia Ratu. Jika saja kamu tidak berhasil membunuh mereka semua dan malah kamu yang terbunuh, aku tidak akan pernah tahu tentang rencana itu. Seluruh keluargaku dan Yang Mulia Ratu akan terus menjalani hidup yang tenang tanpa mengetahui kalau sebenarnya kami semua sebentar lagi akan dibunuh. Jadi aku mengucapkan terima kasih karena kamu telah menyelamatkan seluruh keluargaku secara tidak langsung," ucap Duke Louis.
"Apa yang anda katakan sama persis dengan yang dikatakan oleh Yang Mulia Ratu, paman. Yang Mulia Ratu juga berkata seperti itu saat mengucapkan terima kasih kepadaku," ucapku.
"Begitu ya. Pokoknya aku mengucapkan terima kasih dan juga, aku bersyukur karena kamulah yang menjadi pacar dari Irene, Rid. Jika yang menjadi pacar Irene adalah orang lain, mungkin dia tidak akan selamat jika terjebak dalam rencana pembunuhan seperti yang terjadi di hutan Hevea. Aku tidak menyangka mereka berniat untuk membunuh kamu yang merupakan pacar Irene saat ini agar Irene bisa kembali mengikuti ~Matchmaking Battle~ dan setelah itu mereka berniat membunuh kami semua di acara itu," ucap Duke Louis.
"Iya, aku juga tidak menduga kalau mereka berniat merencanakan hal itu, merencanakan untuk membunuh seluruh keluarga San Lucia dan Yang Mulia Ratu. Tetapi setidaknya sekarang anda bisa sedikit tenang, paman. Karena Yang Mulia Ratu berniat membatalkan acara itu dan Duke James, Duke Darwin dan Marquess Marcelo pun juga telah tewas. Yah meski situasinya belum aman karena mungkin masih ada dalang utama yang menjalankan rencana itu," ucapku.
"Iya, kamu benar. Kalaupun acara ~Matchmaking Battle~ itu tetap diadakan, Irene juga tidak akan mengikuti acara itu. Karena saat ini Irene telah berpacaran denganmu," ucap Duke Louis.
Aku hanya tersenyum saja mendengar perkataan Duke Louis.
"Karena kamu telah menyelamatkan seluruh keluargaku, aku berniat untuk memberikanmu hadiah, Rid. Apa ada sesuatu yang kamu inginkan ?," tanya Duke Louis.
"Hadiah ? Sepertinya tidak perlu, paman. Tadi Yang Mulia Ratu juga berniat untuk memberiku hadiah dan sekarang paman yang ingin memberiku hadiah. Aku terlalu banyak mendapatkan hadiah. Hadiah uang yang aku terima dari Yang Mulia Ratu karena berkontribusi dalam melawan orang-orang yang menyerang akademi saja masih tersisa banyak. Jika aku mendapatkan hadiah uang lagi, aku bingung untuk apa aku memakai uang-uang itu. Aku juga tidak memiliki sesuatu yang aku diinginkan," ucapku.
"Meski begitu, aku tidak tenang apabila tidak memberikanmu hadiah, Rid. Padahal kamu sudah menyelamatkan seluruh keluargaku, tetapi aku malah tidak memberikanmu hadiah. Pokoknya aku akan tetap memberikanmu hadiah, jadi kamu harus menerimanya," ucap Duke Louis.
"Ehh, tapi....," ucapku.
"Tidak ada tapi-tapi, aku akan tetap memberikanmu hadiah," ucap Duke Louis yang sedikit memaksa.
"B-baiklah, paman. Kalau begitu bolehkah aku memikirkan tentang hadiahnya terlebih dahulu ?," tanyaku.
"Silahkan, pikirkan hadiah apa yang kamu inginkan," ucap Duke Louis.
Lalu aku pun memikirkan tentang hadiah apa yang aku inginkan. Tidak lama kemudian, aku pun tahu hadiah apa yang aku inginkan.
"Aku sudah tahu hadiah apa yang aku inginkan, paman," ucapku.
"Hadiah apa itu ?," tanya Duke Louis.
"Tapi aku ingin menanyakan satu hal terlebih dahulu. Meskipun aku menginginkan hadiah ini, tetapi apa tidak apa-apa kalau hadiah ini tidak diberikan kepadaku melainkan kepada orang lain ?," tanyaku.
"Hadiahnya bukan untukmu, tetapi untuk orang lain ? Memangnya kamu ingin memberikan hadiah ini kepada siapa ?," tanya Duke Louis.
"Aku ingin memberikan hadiah ini kepada para warga yang berada di desa Aston, kampung halamanku. Aku ingin paman memberikan hadiah berupa kebutuhan pokok kepada warga disana," ucapku.
"Untuk para warga di desa Aston ya, desa itu berada di wilayah San Minerva bukan ?," tanya Duke Louis.
"Iya. Apa mungkin tidak bisa ya, paman ? Karena anda merupakan Duke San Lucia, jadi anda tidak bisa memberikan kebutuhan pokok ke wilayah yang berada di luar wilayah anda seperti San Minerva," ucapku.
"Tidak, itu bisa dilakukan, Rid. Lagipula kebutuhan pokok yang diberikan itu hanyalah sebuah hadiah yang sekali diberikan dan bukanlah sebuah pemberian rutin, jadi tidak masalah meskipun aku yang merupakan Duke San Lucia memberikan kebutuhan pokok ke desa Aston yang berada di wilayah Minerva. Namun permasalahannya, apa kamu yakin soal itu, Rid ? Hadiah ini seharusnya diberikan kepadamu, tetapi kamu malah meminta untuk diberikan ke orang lain," ucap Duke Louis.
"Ya, aku yakin, paman. Ini sebagai balas budi kepada mereka karena mereka semua telah baik kepadaku, bahkan setelah almarhum kakekku meninggal. Jadi aku memutuskan untuk memberikan mereka hadiah yang sebelumnya ditujukan kepadaku. Meskipun kehidupan warga di desa Aston lumayan bercukupan, mereka pasti akan tetap senang apabila mendapatkan hadiah itu," ucapku.
"Begitu ya. Yah asalkan kamu setuju dan senang dengan hadiah yang kuberikan, itu sudah cukup. Aku tidak peduli kamu ingin memberikan hadiah ini kepada siapa. Kalau begitu, aku akan memberikan hadiah berupa kebutuhan pokok kepada para warga di kampung halamanmu, Rid. Aku akan memberikannya paling lambat seminggu dari hari ini," ucap Duke Louis.
"Terima kasih, paman," ucapku.
"Tidak perlu berterima kasih. Lagipula ini adalah hadiah untukmu karena kamu telah menyelamatkan seluruh keluargaku," ucap Duke Louis.
Aku pun tersenyum mendengar itu. Setelah itu, aku dan Duke Louis pun kembali mengobrol.
Sementara itu, tidak jauh dari lokasi Rid dan Duke Louis, terlihat Duke Remy baru saja kembali bersama para prajuritnya. Lalu setelah itu Duke Remy pun mulai berbicara dengan para prajuritnya. Sesekali Duke Remy melirik ke arah Rid dan Duke Louis.
"Apa yang sedang mereka bicarakan ? Karena jarakku cukup jauh dari mereka berdua, aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan," pikir Duke Remy.
Duke Remy berusaha untuk mendengar percakapan Rid dan Duke Louis, namun beliau tetap tidak bisa mendengar percakapan itu.
"Ya sudahlah kalau memang aku tidak bisa mendengar percakapan mereka. Daripada itu, saat Yang Mulia Ratu menghampiri Rid Archie yang sedang mengobrol dengan banyak orang sebelumnya, aku mendapatkan informasi yang menarik. Jadi Rid Archie berasal dari salah satu desa di wilayah San Minerva yang bernama desa Aston ya," pikir Duke Remy sambil tersenyum.
-Bersambung