Chereads / Peace Hunter / Chapter 273 - Chapter 273 : Tuduhan Duke Remy

Chapter 273 - Chapter 273 : Tuduhan Duke Remy

Caroline yang tiba-tiba memelukku membuatku terkejut. Tidak hanya aku saja, Ratu Kayana, nona Karina, komandan Asier, komandan Oliver dan sebagian orang yang berada di halaman parkir pun juga terkejut. Sementara Duke Remy, hakim Roswald dan sisanya hanya melihat saja tanpa memberikan ekspresi terkejut.

Setelah beberapa saat memelukku, Caroline pun melepaskan pelukannya.

"Aku minta maaf karena tiba-tiba memelukmu, kakak Rid. Aku hanya merasa lega setelah melihat kakak Rid baik-baik saja setelah terkena serangan tuan Duke James yang berubah menjadi iblis. Sebelumnya aku sangat cemas karena memikirkan keadaan kakak Rid. Aku pikir kakak Rid akan terluka atau bahkan tewas setelah terkena serangan dari tuan Duke James yang dahsyat itu. Aku terus memikirkan itu karena kakak Rid terkena serangan itu akibat berusaha melindungiku," ucap Caroline.

"Sekarang kamu tidak perlu memikirkan tentang itu lagi, Carol. Aku memang terkena serangan itu karena melindungimu, tapi aku baik-baik saja meski terkena serangan itu. Coba kamu lihat keadaanku saat ini, apa ada luka di tubuhku ?," tanyaku.

Caroline lalu memeriksa tubuhku dengan teliti.

"Di tubuhmu tidak ada satupun luka, kakak Rid," ucap Caroline.

"Benar, karena itu kamu tidak perlu memikirkan tentang itu lagi," ucapku.

"Baik, kakak Rid. Maaf kalau terlambat mengatakan ini, tetapi aku mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkanku. Ini kedua kalinya kakak Rid menyelamatkanku," ucap Caroline.

"Sama-sama, Carol," ucapku.

"Maaf kalau tidak bisa memberi hadiah meskipun kakak Rid sudah menyelamatkanku. Tetapi anggap saja kalau pelukan yang tadi aku berikan merupakan hadiah untuk kakak Rid. Yah meskipun pelukan itu tidak akan cukup untuk dibilang sebagai hadiah," ucap Caroline.

"Kamu tidak perlu memberikanku hadiah hanya karena aku telah menyelamatkanmu. Aku menyelamatkanmu bukan karena ingin mendapatkan hadiah. Tetapi karena kamu telah memberikan hadiah sebuah pelukan, aku berterima kasih atas hadiahnya," ucapku.

"Sama-sama, kakak Rid," ucap Caroline.

Caroline pun tersenyum ke arahku. Sementara itu, Ratu Kayana terus melihat ke arah Caroline.

"Bagus sekali, Carol. Aku tidak menyangka kalau kamu dengan sendirinya mendekati Rid. Apa kamu tertarik dengannya ? Apa kamu suka dengannya ? Aku tidak masalah apabila kamu menyukai orang sepertinya, malah akan lebih baik lagi jika kamu bisa menikahinya," pikir Ratu Kayana dengan wajah yang antusias.

Setelah Ratu Kayana memikirkan tentang hal itu, Ratu Kayana langsung mengucapkan sesuatu.

"Hmmmm tetapi saat ini Carol masih berusia 11 tahun sedangkan Rid kemungkinan berusia sekitar 18-19 tahun. Perbedaan umurnya tidak terlalu jauh tapi terlalu dini bagi Carol untuk menikah. Aku baru akan menyetujuinya untuk menikah apabila dia sudah lulus dari akademi, jadi kemungkinan dia akan menikah di usia 21 tahun," ucap Ratu Kayana.

Ucapan Ratu Kayana itu terdengar oleh komandan Oliver.

"Apa yang anda katakan, Yang Mulia Ratu ? Anda ingin menikahkan putri Caroline dengan tuan muda Rid ? Bukankah anda tahu kalau saat ini tuan muda Rid sedang berpacaran dengan putri Irene ?," tanya komandan Oliver.

"Aku tahu itu. Tapi mereka saat ini masih saling berpacaran saja, mereka belum bertunangan sama sekali. Jadi masih ada kesempatan bagi Carol untuk bisa menikah dengan Rid, bahkan Chloe pun juga masih punya kesempatan. Kalaupun pada akhirnya Rid menikah dengan Irene, masih ada kesempatan bagi Carol dan Chloe untuk bisa menjadi istri Rid yang lain. Lagipula di dunia ini, laki-laki dapat diperbolehkan untuk mempunyai banyak istri, bahkan perempuan saja dapat diperbolehkan untuk mempunyai banyak suami. Yah meskipun laki-laki diperbolehkan untuk mempunyai banyak istri, aku tetap tidak mengizinkan suamiku untuk mencari istri baru," ucap Ratu Kayana.

"Kalau memang begitu, maka saya akan menyuruh Elaina untuk mendapatkan hati tuan muda Rid juga. Putri saya tentu tidak akan kalah dalam melawan kedua putri anda, Yang Mulia Ratu," ucap komandan Oliver.

"Oh, coba saja kalau bisa, tuan Oliver," ucap Ratu Kayana.

Ratu Kayana dan komandan Oliver saling bertatapan seakan mereka berdua mau saling bertarung. Sementara itu, komandan Asier yang sejak tadi mendengar mereka berdua yang sedang berdebat pun mulai ikut berbicara.

"Permisi, Yang Mulia Ratu, komandan Oliver, kalian berdua sejak tadi terus berdebat tentang putri kalian yang mau kalian nikahkan dengan Rid. Saat ini, Rid tengah berpacaran dengan adik saya, Irene. Tentu saya berharap kalau hubungan Rid dan adik saya akan panjang hingga mereka menikah. Setelah mereka menikah, saya tidak keberatan apabila Rid menikah lagi dan mendapatkan istri baru meskipun telah menikah dengan Irene. Tetapi permasalahannya, apakah Irene setuju apabila Rid mendapatkan istri baru dan apakah Rid memang mau untuk menikah lagi dan mendapatkan istri baru ? Jika Irene tidak setuju atau Rid tidak mau menikah lagi, bukankah sia-sia saja bagi kalian berdua untuk berdebat seperti itu ?," tanya komandan Asier.

Ratu Kayana dan komandan Oliver pun terdiam selama beberapa saat.

"Apa yang kamu katakan benar juga, Asier," ucap Ratu Kayana.

"Benar. Meski kami memaksa putri kami untuk mendapatkan hati tuan muda Rid, itu akan sia-sia saja apabila Rid tidak tertarik untuk menambah pasangan," ucap komandan Oliver.

"Meski begitu, aku masih berharap kalau Rid mau menerima kedua putriku. Rid merupakan calon menantu ideal untukku karena aku belum menentukan calon menantu lain yang sehebat dengan Rid," ucap Ratu Kayana.

"Saya juga berpikir begitu, Yang Mulia Ratu," ucap komandan Oliver.

Ratu Kayana dan komandan Oliver pun merenung, sementara komandan Asier hanya terdiam melihat mereka berdua. Kemudian, hakim Roswald pun datang menghampiri mereka bertiga dengan ditemani oleh Duke Louis.

"Yang Mulia Ratu...,Hmmm, apa yang terjadi dengan Yang Mulia Ratu, komandan Asier ?," tanya hakim Roswald yang bingung dengan Ratu Kayana yang sedang merenung.

"Yang Mulia Ratu hanya sedang merenung memikirkan masa depan kedua putrinya, Yang Mulia," ucap komandan Asier.

"Apakah komandan Oliver juga demikian ? karena beliau juga ikut merenung," ucap hakim Roswald.

"Benar, Yang Mulia. Beliau juga sama seperti Yang Mulia Ratu, sedang merenung memikirkan masa depan putrinya," ucap komandan Asier.

"Begitu ya. Hmmmmm... permisi, Yang Mulia Ratu, komandan Oliver, kita memang saat ini sudah mengalahkan para iblis yang menyerang gedung pengadilan dan sekitarnya, tetapi masih ada masalah dan kasus yang belum selesai, yaitu soal rencana pembunuhan Yang Mulia Ratu dan seluruh keluarga San Lucia. Tidak hanya itu, masih banyak kasus lain yang menimpa Duke San Angela, Duke San Minerva dan juga Marquess Marcelo," ucap hakim Roswald.

Setelah mendengar perkataan hakim Roswald, Ratu Kayana dan komandan Oliver pun kembali seperti biasa.

"Benar juga, meski kita sudah mengalahkan para iblis itu, masih ada kasus yang harus kita selesaikan," ucap Ratu Kayana.

"Sepertinya penyerangan iblis itu untuk membuat kita melupakan dalam menyelesaikan kasus itu," ucap komandan Oliver.

"Kelihatannya begitu. Jadi apa yang ingin anda lakukan tentang kasus itu, tuan Roswald ?," tanya Ratu Kayana.

"Pertama-tama, mari kita mulai dengan saling berdiskusi terlebih dahulu," ucap hakim Roswald.

-

Beberapa menit kemudian.

Saat ini kami sedang melakukan diskusi di halaman parkir gedung pengadilan. Sebagian besar orang yang sebelumnya berlindung di halaman parkir gedung pengadilan sudah pergi meninggalkan area gedung pengadilan. Beberapa dari mereka ada yang pergi ke gereja Sancta Lux untuk mengobati luka mereka dan sisanya pergi ke tempat tinggal mereka masing-masing. Jadi saat ini bisa dibilang kalau halaman parkir gedung pengadilan dalam keadaan yang lumayan sepi karena hanya ada kami dan beberapa prajurit yang menjaga tempat diskusi kami.

Kami melakukan diskusi dengan duduk di sebuah kursi dan terdapat meja panjang di hadapan kami. Kursi dan meja panjang itu adalah benda buatan yang terbuat dari sihir milik Ratu Kayana. Orang-orang yang duduk di kursi untuk berdiskusi adalah aku, Duke Remy, Duke Louis, nona Karina, komandan Asier, komandan Oliver, wakil komandan Sara, hakim Roswald dan juga Ratu Kayana. Caroline juga ikut duduk di kursi yang berada di sebelahku meski kelihatannya dia tidak akan ikut dalam diskusi kali ini.

"Mina belum kembali kesini, ayahanda ?," tanya komandan Asier.

"Belum. Tadi Mina bilang lewat kristal komunikasi kalau dia sudah mengalahkan iblis yang berada di luar area gedung pengadilan. Dan dia juga bilang kalau dia dan para anak buahnya akan langsung pergi ke gereja Sancta Lux karena beberapa anak buahnya ada yang terkena serangan ~Dark Magic~. Mungkin dia akan kembali kesini setelah menyembuhkan beberapa anak buahnya itu," ucap Duke Louis.

"Begitu ya," ucap komandan Asier.

Sementara itu, hakim Roswald yang sedang memegang beberapa dokumen dan bukti yang didapatkan pun mulai berbicara.

"Sekarang, mari kita langsung mulai saja diskusinya. Pertama-tama, tuan Duke Remy, apa anda tidak mengetahui atau terlibat dalam rencana yang dijalankan oleh tuan Duke James dan tuan Duke Darwin ? Saya menanyakan hal ini karena selama ini anda lumayan dekat dengan tuan Duke James dan tuan Duke Darwin, jadi saya curiga kalau mungkin anda juga terlibat dalam rencana itu," ucap hakim Roswald.

"Saya bersumpah kalau saya tidak terlibat dalam rencana yang dijalankan oleh mereka berdua, Yang Mulia. Saya sendiri terkejut ketika mengetahui kalau mereka berdua merencanakan sesuatu yang gila sepertibitu. Memang sebelumnya saya lumayan dekat dengan mereka berdua, malah saya juga ikut menuduh tuan Louis sebagai pelaku pembunuhan para Elf yang mayatnya ditemukan di wilayah San Lucia. Saya ikut menuduh tuan Louis karena mereka berdua lah yang pada awalnya menuduh tuan Louis. Karena saya lumayan dekat dengan mereka berdua jadinya saya percaya dengan perkataan mereka untuk menuduh tuan Louis. Tapi ternyata merekalah pelaku utama dalam pembunuhan para Elf itu. Mereka membunuh para Elf itu dan mengambil jantung para Elf itu untuk digunakan sebagai bahan subjek percobaan. Selain itu, mereka juga membuang jasad para Elf itu di wilayah San Lucia agar orang-orang yang berada di wilayah San Lucia khususnya tuan Louis selaku Duke San Lucia lah yang dicurigai telah membunuh para Elf itu,"

"Saya tahu apa yang saya lakukan dengan menuduh tuan Louis adalah suatu kesalahan. Untuk itu saya ingin meminta maaf kepada tuan Louis karena telah menuduh anda sebagai pelaku pembunuhan para Elf. Saya juga bersedia menerima hukuman atas kesalahan saya itu," ucap Duke Remy.

Kami pun terdiam mendengar perkataan Duke Remy. Kemudian kami melihat ke arah Duke Louis yang sedang terdiam sambil terus melihat ke arah Duke Remy. Duke Louis terlihat sedang memikirkan sesuatu. Tidak lama kemudian, Duke Louis pun mulai berbicara.

"Baiklah, saya akan memaafkan anda, tuan Remy. Tolong jangan melakukan perbuatan seperti itu lagi dengan menuduh orang tanpa bukti," ucap Duke Louis.

"Terima kasih banyak, tuan Louis. Saya berjanji kalau saya tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi," ucap Duke Remy.

"Untuk hukuman atas perbuatan anda, saya tidak memiliki wewenang untuk memberikan anda hukuman. Saya serahkan itu kepada Yang Mulia Roswald dan Yang Mulia Ratu. Meski mereka berdua tidak memberikan anda hukuman pun saya tidak keberatan dan akan menghormati keputusan mereka," ucap tuan Louis.

Lalu hakim Roswald terdiam beberapa saat, setelah itu dia mulai berbicara kembali.

"Hukuman untuk tuan Duke Remy bisa kita kesampingkan terlebih dahulu. Bagaimana menurut anda, Yang Mulia Ratu ?," tanya hakim Roswald.

"Saya terserah apa kata anda saja, tuan Roswald," ucap Ratu Kayana.

"Baiklah, Yang Mulia Ratu. Karena tuan Duke Remy mengaku kalau dia tidak mengetahui dan terlibat dalam rencana tuan Duke James dan tuan Duke Darwin, maka untuk saat ini tuan Duke Remy dinyatakan tidak bersalah. Namun untuk membuktikan kalau tuan Duke Remy memang benar-benar tidak bersalah, kami harus memeriksa kediaman tuan Duke Remy terlebih dahulu untuk memastikan kalau tuan Duke Remy benar-benar tidak bersalah. Anda tidak keberatan kan, tuan Duke Remy ?," tanya hakim Roswald.

"Saya tidak keberatan, Yang Mulia. Silahkan periksa seluruh kediaman saya," ucap Duke Remy.

"Kalau begitu, izinkan saya untuk memeriksa kediaman anda secepatnya, tuan Duke Remy," ucap hakim Roswald.

"Silahkan, Yang Mulia," ucap Duke Remy.

"Yang Mulia Ratu, saya meminta Yang Mulia Ratu untuk mengerahkan pasukan 'Snow Owl' untuk memeriksa kediaman tuan Duke Remy. Karena pasukan 'Snow Owl' merupakan pasukan yang berjaga dan mengawasi wilayah timur kerajaan San Fulgen yaitu wilayah San Quentine, maka keputusan yang tepat adalah mengerahkan pasukan 'Snow Owl' untuk memeriksa kediaman tuan Duke Remy," ucap hakim Roswald.

"Yah, anda benar. Karena kediaman tuan Remy berada di dalam wilayah pengawasan mereka maka sudah sepantasnya untuk menugaskan mereka. Kalau begitu, tuan Oliver, tolong hubungi Ivana dan minta dia serta para prajuritnya untuk memeriksa kediaman dari tuan Remy. Periksa seluruh kediaman Duke Remy dan cari dokumen atau bukti-bukti mencurigakan yang berkaitan dengan tuan James, tuan Darwin, subjek percobaan atau apapun itu. Jika para prajurit tuan Remy menahan dan melarang para prajurit 'Snow Owl' untuk memeriksa kediaman tuan Remy, bilang kepada para prajurit tuan Remy kalau yang mengutus prajurit 'Snow Owl' untuk memeriksa kediaman Duke Remy adalah aku sendiri. Jika mereka masih melarang meskipun sudah diberitahu kalau aku sendiri yang mengutus para prajurit 'Snow Owl', bilang kepada Ivana untuk langsung memaksa masuk saja. Aku mengizinkan para prajurit 'Snow Owl' untuk melakukan tindakan tegas kepada para prajurit tuan Remy yang terus melarang para prajurit 'Snow Owl' untuk memeriksa kediaman tuan Remy," ucap Ratu Kayana.

-Bersambung