"Singkatnya, Rid akan menjadi incaran seluruh gereja pusat Sancta Lux dan Holy Kingdom itu sendiri," ucap nona Karina.
Ratu Kayana pun terdiam setelah mendengar penjelasan dari nona Karina. Beliau terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Sepertinya lebih baik untuk tidak meminta Rid menyembuhkan orang-orang yang terkena serangan ~Dark Magic~, Yang Mulia Ratu. Jika memang apa yang dikatakan oleh kepala akademi adalah benar, itu pasti akan sangat merepotkan Rid ke depannya. Mustahil bagi Rid untuk mengatasi ini apabila dia harus berurusan dengan gereja pusat Sancta Lux dan Holy Kingdom," ucap komandan Asier.
"Itu benar, Yang Mulia Ratu," ucap komandan Oliver.
Ratu Kayana masih terdiam sambil memikirkan sesuatu.
"Tentu apa yang saya jelaskan tadi hanyalah kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila informasi tentang Rid yang bisa menyembuhkan luka yang diakibatkan oleh ~Dark Magic~ tersebar ke publik. Kemungkinan itu masih belum sepenuhnya akan terjadi. Meski begitu, tidak ada salahnya kita waspada terhadap adanya kemungkinan itu," ucap nona Karina.
Ratu Kayana yang awalnya hanya terdiam pun mulai berbicara.
"Sepertinya anda benar, kepala akademi. Meski kemungkinan itu belum pasti akan terjadi, tidak ada salahnya bagi kita untuk waspada. Selama ini Rid sudah kesulitan dalam menghadapi semua ini. Sebelumnya dia mau dibunuh oleh para prajurit tuan Darwin dan baru-baru ini dia mau dibunuh oleh orang-orang suruhan tuan James dan beberapa subjek. Jika aku membiarkan informasi tentang Rid tersebar ke publik, Rid akan tambah kesulitan. Sebagai Ratu kerajaan ini, aku tidak boleh membuat salah satu rakyatku kesulitan, apalagi rakyatku ini merupakan 'pahlawan akademi' dan 'pahlawan kerajaan San Fulgen',"
"Aku minta maaf Rid. Aku tidak jadi meminta bantuanmu untuk menyembuhkan orang-orang yang terluka akibat terkena ~Dark Magic~. Ini semua untuk keselamatanmu karena kemungkinan yang dibilang oleh kepala akademi bisa saja terjadi," ucap Ratu Kayana.
"Tidak apa-apa, Yang Mulia Ratu. Anda tidak perlu meminta maaf. Ngomong-ngomong, saya tahu kalau saya sebelumnya pernah dijuluki 'pahlawan akademi' karena menyelamatkan Charles, Chloe, dan Caroline serta membantu melawan orang-orang yang menyerang akademi, tetapi kenapa tiba-tiba saya dijuluki 'pahlawan kerajaan San Fulgen' ?," tanyaku.
"Bukankah itu sudah jelas ? Karena kamu berhasil mengungkap rencana kejahatan terbesar yang sedang dijalankan di kerajaan ini, rencana untuk membunuhku yang merupakan seorang Ratu dan seluruh keluarya San Lucia," ucap Ratu Kayana.
"Tapi saya tidak melakukan hal yang penting, Yang Mulia Ratu. Rencana mereka dapat terungkap juga karena perkataan Enzo yang terekam oleh batu kristal yang dimiliki nona Karina. Jika tidak ada batu kristal itu, perkataan Enzo tentang rencana mereka tidak dapat dibuktikan. Dan juga, bukti rekaman tentang rencana mereka juga dikuatkan oleh bukti yang ditemukan oleh paman Louis dan kakak Asier. Jadi saya sama sekali tidak melakukan hal yang penting sampai harus dijuluki 'pahlawan kerajaan San Fulgen'," ucapku.
"Memang rencana itu dapat terungkap karena perkataan dari putra tuan James yang terekam dari batu kristal yang dimiliki oleh kepala akademi. Bukti rekaman itu juga dikuatkan dengan bukti-bukti yang ditemukan oleh tuan Louis dan Asier. Tetapi, rencana dan bukti-bukti itu dapat terungkap juga karena dirimu. Jika kamu tidak mengalahkan mereka semua dan menginterogasi putra Marquess Marcelo dan juga putra tuan James, maka bukti rekaman itu tidak dapat kita miliki. Alasan tuan Louis dan Asier bergerak untuk mendapatkan bukti-bukti itu juga karena mereka berdua ingin menolongmu yang sedang ditahan dan dituduh sebagai pelaku dalam insiden di hutan Hevea,"
"Andai saja kamu terbunuh dalam insiden itu, maka bukti rekaman tentang perkataan putra Marquess Marcelo dan putra tuan James serta bukti yang ditemukan oleh tuan Louis dan juga Asier tidak akan bisa kita miliki. Andai saja kamu terbunuh saat itu, kita semua tidak akan pernah tahu tentang rencana itu. Aku dah seluruh keluarga San Lucia akan terus menjalani kehidupan dengan normal tanpa tahu kalau kita semua sedang menjadi target yang akan dibunuh suatu saat nanti. Jadi semua ini dapat terungkap karenamu, Rid. Tidaklah berlebihan apabila menjulukimu sebagai 'Pahlawan kerajaan San Fulgen' karena kamu mencegah terjadinya pembunuhan di masa mendatang terhadap Ratu kerajaan ini dan seluruh keluarga San Lucia yang merupakan keluarga Duke tertua di kerajaan ini. Dengan terungkapnya rencana pembunuhan itu, kita semua jadi bisa waspada agar kami tidak menjadi target pembunuhan mereka," ucap Ratu Kayana.
"Begitu ya, saya tidak menyangka kalau apa yang saya lakukan akan membuat dampak besar seperti ini. Tetapi tetap saja julukan 'pahlawan kerajaan San Fulgen' bagi saya itu terlalu berlebihan," ucapku.
"Sudahlah kamu terima saja julukan itu, lagipula itu hanyalah sebuah julukan saja. Karena kamu sudah berkontribusi dalam mencegah terjadinya rencana itu, aku akan memberimu sebuah hadiah nanti. Aku memberikanmu hadiah karena kamu secara tidak langsung telah menyelamatkanku, jadi nanti tolong diterima ya, pahlawan," ucap Ratu Kayana.
"Baiklah, saya akan menerimanya nanti, Yang Mulia Ratu. Tetapi, tolong jangan menggoda saya dengan menyebut saya seperti itu, Yang Mulia Ratu," ucapku.
"Hahaha maaf," tawa Ratu Kayana.
"Selamat atas julukan barumu, tuan muda Rid," ucap komandan Oliver.
"Anda juga tolong jangan menggoda saya, komandan," ucapku.
Komandan Oliver pun tertawa, sementara nona Karina, Duke Remy, dan komandan Asier tersenyum melihatku.
"Sepertinya ayahandaku juga akan memberikanmu hadiah Rid, apalagi kamu mencegah terjadinya pembunuhan terhadap seluruh keluarga kami dengan terkuaknya rencana itu. Tetapi ngomong-ngomong, kalau saya tidak salah dengar tadi Yang Mulia Ratu bilang kalau Rid sebelumnya mau dibunuh oleh para prajurit Duke San Minerva, apa itu benar ?," tanya komandan Asier.
"Ya, itu benar," ucap Ratu Kayana.
"Saya baru mengetahui tentang itu," ucap komandan Asier.
"Saya juga, Yang Mulia Ratu," ucap komandan Oliver.
"Hanya aku dan kepala akademi saja yang tahu tentang itu, tentu saja dengan Rid juga. Alasan aku tidak memberitahu tentang adanya percobaan pembunuhan yang dilakukan para prajurit Duke San Minerva kepada Rid karena belum ada bukti kuat tentang percobaan pembunuhan itu, aku tidak mau disebut sebagai tukang fitnah dengan asal menyebarkan kabar tentang percobaan pembunuhan itu. Lagipula Rid juga berhasil membunuh para prajurit Duke San Minerva yang berusaha membunuhnya saat dia sedang melakukan ujian di wilayah Duke San Minerva," ucap Ratu Kayana.
"Jadi kamu bahkan berhasil membunuh para prajurit Duke San Minerva yang berusaha untuk membunuhmu ya, tuan muda Rid. Kamu benar-benar hebat," ucap komandan Oliver.
"Saya tidak hebat sama sekali, komandan Oliver. Dengan membunuh banyak orang seperti para prajurit Duke San Minerva, orang-orang suruhan Duke San Angela, Enzo, Javier dan lainnya, bukankah itu membuat saya menjadi seorang pembunuh ? Apa hebatnya menjadi seorang pembunuh ?," tanyaku.
"Memang benar kalau kamu telah membunuh orang-orang itu, tapi orang-orang yang kamu bunuh adalah orang-orang yang berusaha untuk membunuhmu, bukan orang tidak bersalah. Menurutku membunuh orang seperti mereka tidak menjadikanmu seorang pembunuh yang harus ditakuti, lagipula kamu hanya membela diri. Kamu tetap hebat karena berhasil membunuh mereka semua, tuan muda Rid," ucap komandan Oliver.
"Begitu ya, terima kasih atas penjelasannya, komandan," ucapku.
"Tidak masalah,' ucap komandan Oliver.
"Baiklah, mari kita sudahi obrolan ini. Sebelumnya aku sudah bilang kalau aku tidak jadi untuk meminta bantuan Rid dalam menyembuhkan orang-orang yang terluka karena terkena serangan ~Dark Magic~. Dan aku memutuskan untuk merahasiakan tentang Rid yang bisa menyembuhkan luka akibat terkena serangan ~Dark Magic~. Apa kalian yang berada disini bersedia untuk merahasiakan tentang ini bersamaku ?," tanya Ratu Kayana.
"Kami bersedia, Yang Mulia Ratu," ucap nona Karina, Duke Remy, komandan Oliver, dan komandan Asier.
"Bagus, jangan sampai kalian menyebarkan tentang rahasia ini kepada siapapun. Meskipun kalian menyebarkan tentang rahasia Rid, kemungkinan besar tidak akan ada yang mempercayai kalian apalagi kalian tidak memiliki bukti kuat selain perkataan kalian sendiri kalau Rid bisa melakukan itu, tetapi aku harap kalian tetap menjaga rahasia ini,"
"Rid bebas untuk memberitahu tentang kemampuannya ini kepada siapapun sedangkan kalian tidak boleh memberitahu kepada orang lain meskipun orang itu adalah orang terdekat kalian. Apa kalian paham ?," tanya Ratu Kayana.
"Paham, Yang Mulia Ratu," ucap nona Karina, Duke Remy, komandan Oliver dan komandan Asier.
"Bagus kalau kalian paham. Daripada itu, aku memang mendapatkan info dari tuan Oliver kalau kalian berdua ada di dalam gedung ini, tapi aku juga mendapatkan informasi kalau Marquess Marcelo yang sudah berubah menjadi iblis juga berada di dalam gedung ini. Tetapi sejak tadi aku tidak melihat kalau dia menghampiri kita atau mencoba menyerang kita, apa itu berarti dia sudah dikalahkan oleh kalian berdua ?," tanya Ratu Kayana kepada nona Karina dan Duke Remy.
"Hanya kepala akademi saja yang mengalahkannya, Yang Mulia Ratu. Saya tidak membantu mengalahkannya karena saya tidak sadarkan diri setelah diserang oleh Marquess Marcelo," ucap Duke Remy.
"Itu benar, Yang Mulia Ratu. Saya sudah mengalahkan Marquess Marcelo," ucap nona Karina.
"Begitu ya. Jadi kalian berdua sebelumnya babak belur karena melawan Marquess Marcelo. Bagaimana dengan iblis lainnya yang berada di gedung ini ?," tanya Ratu Kayana.
"Sebelum saya melawan Marquess Marcelo, saya sempat mengalahkan beberapa iblis yang ada di gedung ini," ucap Duke Remy.
"Saya juga, Yang Mulia Ratu. Bisa dibilang, Marquess Marcelo adalah iblis terakhir yang sudah dikalahkan di gedung ini karena setelah saya berhasil mengalahkannya, tidak ada iblis lain yang berusaha menyerang," ucap nona Karina.
"Hmmm begitu ya. Tolong beritahu dimana anda mengalahkan Marquess Marcelo, kepala akademi. Saya ingin melihat sendiri tubuhnya yang sudah dikalahkan. Saya juga ingin berkeliling di dalam gedung ini untuk memastikan sendiri kalau semua iblis yang ada di gedung ini sudah dikalahkan," ucap Ratu Kayana.
"Baik, Yang Mulia Ratu. Saya akan mengantar anda," ucap nona Karina.
Lalu nona Karina pun mengantar Ratu Kayana menuju tempat nona Karina mengalahkan Marquess Marcelo. Aku, komandan Asier, komandan Oliver dan Duke Remy pun juga mengikuti Ratu Kayana. Sesampainya di tempat Marquess Marcelo, kami pun terkejut ketika melihat keadaan tubuh Marquess Marcelo yang memiliki luka tebasan besar dari perut hingga dadanya. Selain itu, bagian tubuh yang berada di sekitar luka tebasan itu pun meleleh. Kondisi Marquess Marcelo benar-benar sangat mengenaskan.
"Ternyata benar kalau Marquess Marcelo sudah dikalahkan. Kalau begitu aku ingin memeriksa seluruh gedung ini. Kalian semua ikut aku," ucap Ratu Kayana.
"Baik, Yang Mulia Ratu," ucapku, nona Karina, Duke Remy, komandan Asier dan komandan Oliver.
Kami semua pun mulai memeriksa seluruh gedung pengadilan untuk mencari apakah ada iblis yang masih hidup ada tidak.
-
30 menit kemudian.
Kami sudah menelusuri seluruh gedung pengadilan dan tidak menemukan adanya iblis yang masih hidup. Hanya ada beberapa iblis yang sudah tumbang tergeletak di lantai.
"Sepertinya semua iblis yang ada di dalam gedung ini sudah dihabisi. Iblis yang berada di luar gedung pengadilan pun juga sudah dihabisi," ucap Ratu Kayana.
"Iblis yang pergi ke luar wilayah gedung pengadilan pun juga sepertinya sudah dihabisi, Yang Mulia Ratu. Karena komandan Oliver sudah memerintahkan banyak prajurit untuk mengejar iblis yang pergi ke luar wilayah gedung pengadilan. Saya tadi juga melihat Mina yang merupakan komandan dari prajurit milik ayahanda pergi keluar dengan melompati pagar. Sepertinya ayahanda saya menyuruhnya untuk membantu para prajurit yang berada di luar wilayah gedung pengadilan. Dengan adanya Mina yang membantu, saya yakin para iblis itu sudah dihabisi juga," ucap komandan Asier.
"Begitu ya. Dengan begitu, kita bisa menganggap kalau kita sudah mengalahkan semua iblis yang tiba-tiba menyerang di tempat ini. Kalau begitu, sekarang lebih baik kita keluar dan berkumpul dengan yang lainnya," ucap Ratu Kayana.
"Baik, Yang Mulia Ratu,' ucap kami berlima.
Lalu kami berenam pun berjalan pergi meninggalkan gedung pengadilan.
"Ngomong-ngomong, Yang Mulia Ratu. Bagaimana dengan keadaan putri Caroline ? Tadi saya lihat kalau putri Caroline datang untuk melihat sidang dengan ditemani oleh komandan Oliver. Jika komandan Oliver ada disini, lalu siapa yang menemaninya ?," tanya nona Karina.
"Izinkan saya untuk menjawab, Yang Mulia Ratu," ucap komandan Asier.
"Silahkan, Asier," ucap Ratu Kayana.
"Putri Caroline saat ini sedang dilindungi oleh ayahanda saya dan wakil komandan saya, kepala akademi. Sebelumnya Mina juga ikut melindunginya, tetapi karena tadi saya lihat kalau Mina pergi ke luar wilayah gedung pengadilan, itu berarti hanya ayahanda saya dan wakil komandan saya yang menjaganya. Tetapi tidak hanya mereka berdua saja yang menjaga putri Caroline. Saat ini putri Caroline ada di area aman yang berada di halaman parkir gedung pengadilan yang terletak di sebelah kiri gedung pengadilan. Ada banyak prajurit yang menjaga area itu dan dipimpin langsung oleh Yang Mulia Roswald. Putri Caroline dipastikan aman di area itu," ucap komandan Asier.
"Begitu ya. Terima kasih karena telah menjawab pertanyaan saya, komandan Asier," ucap nona Karina.
"Sama-sama, kepala akademi," ucap komandan Asier.
"Aku tadi juga melihat Caroline berada di area itu saat aku berada di atas. Kita akan pergi ke area itu untuk berkumpul dengan mereka semua," ucap Ratu Kayana.
-
Kami terus berjalan meninggalkan gedung pengadilan. Setelah sampai di luar gedung pengadilan, kami langsung bergerak ke kanan untuk menuju area aman yang berada di halaman parkir. Setelah kami sampai di area itu, mereka semua yang berada di area itu pun langsung terkejut ketika melihat kami.
"Itu Yang Mulia Ratu, ada juga komandan Asier dan komandan Oliver bersamanya,"
"Jika mereka datang kesini, apa itu berarti semua iblis itu sudah dikalahkan ?," ucap orang-orang itu.
Lalu hakim Roswald pun datang menghampiri kami dan mulai berbicara dengan Ratu Kayana.
"Yang Mulia Ratu serta komandan Oliver dan komandan Asier, jika kalian datang kesini, apa itu berarti semua iblis yang menyerang gedung ini sudah dikalahkan ?," tanya hakim Roswald.
"Iya, itu benar, tuan Roswald. Semua iblis yang menyerang di gedung ini dan di sekitarnya sudah berhasil dikalahkan," ucap Ratu Kayana.
Komandan Oliver dan komandan Asier pun mengangguk.
"Terima kasih atas informasinya, Yang Mulia Ratu," ucap hakim Roswald.
"Sama-sama, tuan Roswald," ucap Ratu Kayana.
Kemudian, hakim Roswald menoleh ke arah kerumunan yang berkumpul di halaman parkir gedung pengadilan.
"Kalian semua dengar ? Yang Mulia Ratu bilang bahwa semua iblis yang menyerang gedung pengadilan dan area sekitarnya sudah berhasil dikalahkan. Itu berarti kita semua sudah aman dan kita tidak perlu untuk terus berlindung di area ini," ucap hakim Roswald.
Setelah mendengar perkataan hakim Roswald, orang-orang yang berkumpul di halaman parkir gedung pengadilan pun merasa tenang dan lega.
"Akhirnya para iblis itu sudah berhasil dikalahkan,"
"Seperti yang diharapkan dari komandan Asier dan komandan Oliver, mereka berdua pasti bisa mengalahkan iblis-iblis itu. Selain itu, Yang Mulia Ratu pasti juga ikut mengalahkan iblis-iblis itu,"
"Dengan begini, kita bisa tenang dan tidak takut diserang oleh iblis-iblis itu," ucap orang-orang itu.
Lalu mereka pun bersorak atas kalahnya para iblis yang menyerang gedung pengadilan ini. Saat mereka sedang bersorak, aku melihat Caroline berlari keluar dari kerumunan orang yang bersorak itu. Caroline berlari menuju ke arah kami.
"Sepertinya Caroline ingin berlari menghampiri Yang Mulia Ratu yang ada di depan kami. Kelihatannya Caroline sangat senang melihat ibunya kembali. Makanya dia berlari untuk menghampiri ibunya," pikirku saat melihat Caroline yang sedang berlari.
"Carol...," ucap Ratu Kayana.
Ratu Kayana pun juga melihat Caroline yang berlari ke arahnya. Beliau lalu merentangkan kedua tangannya seolah sedang bersiap untuk menangkap Caroline yang berlari ke arahnya. Tetapi, Caroline memang berlari ke arah Ratu Kayana, tetapi dia tidak menghampiri Ratu Kayana dan malah berlari melewatinya. Hal itu pun membuat Ratu Kayana terkejut dan beliau pun langsung menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang sebenarnya ingin dihampiri Caroline.
Caroline terus berlari dan ketika dia sudah berada tepat di depanku, tiba-tiba dia langsung melompat dan memelukku. Aku pun terkejut melihat Caroline yang tiba-tiba memelukku. Begitupun dengan Ratu Kayana, nona Karina, komandan Asier dan komandan Oliver yang juga melihat hal itu.
-Bersambung