Chereads / Peace Hunter / Chapter 262 - Chapter 262 : Rencana Kejahatan Besar Yang Terungkap part 3

Chapter 262 - Chapter 262 : Rencana Kejahatan Besar Yang Terungkap part 3

"Apa yang mereka berdua katakan ? Mereka punya bukti tentang insiden yang terjadi di hutan Hevea ?," tanya Duke James.

"Tidak hanya itu, mereka juga punya bukti tentang aktivitas mencurigakan kita berdua. Dan yang terpenting, mereka punya bukti tentang percobaan dan para 'subjek' ?," tanya Duke Darwin.

Duke James dan Duke Darwin sangat terkejut mendengar apa yang dikatakan kedua wanita itu. Wajah mereka pun nampak pucat. Sementara itu, hakim Roswald melihat ke arah kedua wanita itu. Terlihat kedua wanita itu membawa beberapa barang dan dokumen yang sepertinya adalah bukti-bukti yang ditemukan.

"Begitu ya, jadi kalian datang kesini untuk mengantarkan bukti-bukti kepada komandan Asier dan Duke San Lucia. Kalau begitu, aku izinkan kalian untuk masuk ke ruang pengadilan ini dan memberikan bukti-bukti itu kepada komandan Asier dan Duke San Lucia," ucap hakim Roswald.

"Terima kasih, Yang Mulia," ucap kedua wanita itu.

Kedua wanita itu pun mulai berjalan ke arah tempatku duduk. Tapi mereka tidak menuju ke arahku, melainkan menuju tempat komandan Asier dan Duke Louis yang duduk di depanku. Aku mengenal salah satu dari kedua wanita itu karena salah satu dari kedua wanita itu adalah wakil komandan Sara. Aku mengenalnya saat dia datang ke hutan Hevea dan menginterogasiku setelah kejadian itu terjadi. Tetapi aku tidak mengenal wanita yang satunya, tetapi jika dilihat dari seragamnya yang mengenakan seragam mirip prajurit kerajaan, sepertinya wanita itu merupakan prajurit milik Duke Louis. Lalu kedua wanita itu pun akhirnya sampai di tempat komandan Asier dan Duke Louis. Kedua wanita itu langsung menyerahkan beberapa barang dan dokumen kepada komandan Asier dan Duke Louis.

"Aku tidak menyangka kalau kamu yang akan datang sendiri kesini, Sara," ucap komandan Asier sambil menerima barang yang diberikan wakil komandan Sara.

"Ketika prajurit yang kamu perintahkan untuk mencari bukti-bukti sudah kembali. Mereka memintaku untuk mengantarkan bukti-bukti ini," ucap wakil komandan Sara.

"Begitu ya. Terima kasih karena telah mengantarkan bukti ini, Sara," ucap komandan Asier.

"Sama-sama, komandan," ucap wakil komandan Sara.

Lalu komandan Asier membuka wadah plastik yang berisi bukti-bukti yang dibawa wakil komandan Sara. Komandan Asier memperhatikan bukti-bukti itu dengan teliti.

"Ini bukti yang sangat menarik," ucap komandan Asier.

"Jika ada yang ingin kamu tanyakan terkait bukti-bukti itu, tanyakan saja kepadaku, komandan. Aku sudah diberi penjelasan mengenai bukti-bukti itu dari mereka yang menemukannya," ucap wakil komandan Sara.

"Oke, Sara," ucap komandan Asier.

Disaat yang sama wanita prajurit yang bersama wakil komandan Sara juga memberikan wadah plastik yang berisi bukti-bukti kepada Duke Louis.

"Terima kasih karena telah mengantarkan ini, Mina," ucap Duke Louis.

"Sama-sama, tuan Duke," ucap wanita prajurit itu.

"Jadi nama wanita itu adalah Mina ya," pikirku setelah mendengarkan percakapan mereka.

Duke Louis lalu mulai membuka wadah plastik itu untuk melihat bukti-bukti yang sudah ditemukan.

"Jika ada yang mau tuan Duke tanyakan mengenai bukti-bukti itu, bisa ditanyakan kepada saya," ucap wanita itu.

"Baik, Mina," ucap Duke Louis.

Duke Louis dan komandan Asier pun terus memperhatikan bukti-bukti itu dengan serius. Sementara hakim Roswald terlihat sedang membaca buku sambil menunggu Duke Louis dan komandan Asier memberikan bukti-bukti itu kepadanya. Ratu Kayana saat ini terlihat sedang berada di samping nona Karina setelah sebelumnya beliau berada di belakang Duke James dan Duke Darwin yang sedang duduk di kursi terdakwa. Ratu Kayana dan nona Karina terlihat sedang fokus mengobrol. Sementara Duke James dan Duke Darwin sejak tadi hanya terdiam dengan wajah pucat mereka. Sesekali mereka berdua saling berbisik.

Setelah cukup lama komandan Asier dan Duke Louis melihat bukti-bukti itu, komandan Asier pun mulai berdiri.

"Kalau begitu aku duluan yang akan memberikan bukti-bukti ini, ayahanda," ucap komandan Asier.

"Iya," ucap Duke Louis.

Lalu komandan Asier berjalan ke depan menuju hakim Roswald.

"Maafkan saya karena telah membuat anda menunggu lama, Yang Mulia," ucap komandan Asier.

"Tidak apa-apa, lagipula sidang yang dilakukan hari ini memang dikhususkan untuk kasus yang berkaitan dengan Rid Archie. Jadi tidak ada sidang lain setelah sidang kasus ini," ucap hakim Roswald sambil menutup buku yang beliau baca.

"Kalau begitu terima kasih, Yang Mulia. Saya akan memberikan bukti ini kepada Yang Mulia. Sebelumnya saya minta maaf apabila saya memberikan bukti ini dengan cara yang tidak sopan karena saya akan melemparnya ke Yang Mulia," ucap komandan Asier.

"Tidak apa-apa, aku tidak mempermasalahkannya," ucap hakim Roswald.

"Baiklah. Kalau begitu tangkap ini, Yang Mulia," ucap komandan Asier.

Komandan Asier lalu melemparkan wadah plastik yang berisi bukti-bukti yang dia dapatkan ke hakim Roswald. Hakim Roswald pun berhasil menangkap wadah plastik itu dengan sempurna menggunakan tangan kanannya, padahal wadah plastik itu lumayan besar. Hakim Roswald lalu memeriksa bukti-bukti yang ada di wadah plastik itu.

"Ini kan....," ucap hakim Roswald.

"Ya, itu benar. Bukti-bukti yang ditemukan oleh para prajuritku adalah pakaian kotor yang berlumuran tanah dan darah. Pakaian kotor itu terlihat seperti semacam pakaian bandit. Pakaian itu ditemukan terkubur di wilayah hutan Hevea,"

"Sebelumnya saat diinterogasi oleh wakil komandanku, Rid bilang kalau dia dan putra Duke San Angela diserang oleh sekelompok bandit di hutan itu. Rid bilang kalau dia telah membunuh bandit-bandit yang menyerang mereka. Tentu wakil komandanku tidak percaya begitu saja dengan perkataannya itu, dia lalu memutuskan untuk mengecek kebenarannya sendiri dengan mengutus beberapa prajuritnya untuk mengecek di sekitar hutan itu untuk mencari tahu apakah benar ada mayat bandit di sekitar itu yang sudah dibunuh oleh Rid. Tetapi komandan Luka tiba-tiba mengajukan diri untuk melakukan pengecekan sendiri. Beliau lalu menyuruh beberapa prajuritnya untuk memeriksa sekitar hutan menggantikan prajurit yang diperintah oleh wakil komandanku. Tentu wakil komandanku setuju saja dengan usulan itu. Beberapa prajurit komandan Luka lalu memeriksa sekitar hutan dan mereka berkata kalau mereka tidak menemukan satu pun mayat bandit di hutan itu dan malah menemukan mayat prajurit Duke San Angela. Itu berarti Rid telah berbohong tentang alasannya itu. Tapi, kenapa sekarang prajuritku bisa menemukan pakaian bandit yang sudah berlumuran darah dan tanah ini terkubur di hutan itu ? Apakah itu berarti komandan Luka lah yang telah berbohong saat itu ? Kelihatannya beliau telah mengganti pakaian orang-orang yang berpakaian bandit itu dengan pakaian seragam prajurit Duke San Angela untuk menjebak Rid," ucap komandan Asier.

Setelah komandan Asier berbicara seperti itu, tiba-tiba komandan Luka langsung berdiri dari kursinya.

"Beraninya kau memfitnahku seperti ini, komandan Asier. Memang kamu membawa pakaian bandit yang sudah kotor dan berlumuran darah, tetapi bisa saja pakaian itu adalah pakaian dari bandit yang baru saja sudah prajuritmu bunuh dan bukan bandit yang terlibat langsung di hutan Hevea," ucap komandan Luka.

"Ya, kamu ada benarnya, komandan Luka. Bisa saja bukti pakaian bandit yang kubawa berasal dari bandit yang baru saja prajuritku bunuh. Tetapi aku masih punya bukti lainnya. Bisakah anda menunjukkan bukti itu, Yang Mulia ? Meskipun bukti itu sedikit tidak nyaman untuk dilihat," ucap komandan Asier.

"Baiklah, aku akan menunjukannya," ucap hakim Roswald.

Lalu hakim Roswald mengambil bukti yang dibilang oleh komandan Asier di dalam wadah dan mulai menunjukannya. Sebagian besar orang yang berada di ruang pengadilan itu pun terkejut ketika hakim Roswald menunjukan bukti itu. Sebagian besar orang yang melihat bukti itu pun ketakutan dan bergidik ngeri. Karena bukti yang ditunjuk oleh hakim Roswald adalah potongan lengan dari bahu hingga tangan yang sedang memegang pedang. Potongan lengan itu dilumuri oleh banyak darah dan tanah, beberapa bagian dari potongan lengan itu pun ada yang sudah membusuk tetapi yang anehnya potongan lengan itu sama sekali tidak berbau busuk. Mungkin bau busuk di potongan lengan itu sudah dihilangkan oleh suatu sihir.

"Maaf karena membuat kalian tidak nyaman dengan bukti yang prajuritku temukan ini," ucap komandan Asier.

"Apa-apaan kau, komandan Asier ? Kenapa kau membawa bukti seperti itu ?," tanya komandan Luka.

"Bukti ini ditemukan terkubur di hutan Hevea. Tentu saja bukti yang ditemukan ini untuk membuktikan kalau apa yang terjadi di hutan Hevea adalah perbuatan kalian. Apa kamu tidak melihat kalau di bagian bahu pada potongan lengan itu masih terdapat potongan pakaian yang masih melekat di potongan lengan itu ?," tanya komandan Asier.

"Iya, aku melihatnya. Tapi potongan pakaian yang masih melekat itu tidak terlihat seperti pakaian seragam prajuritku, malah terlihat seperti pakaian biasa yang sepertinya dikenakan oleh bandit. Apa kau ingin memfitnahku lagi dengan berkata kalau ucapan Rid Archie lah yang benar dan aku lah yang berbohong ? Tapi bukti yang kamu punya itu tidaklah berarti karena bisa saja potongan lengan itu berasal dari bandit yang baru saja dibunuh dan bukan yang terlibat pada insiden di hutan Hevea," ucap komandan Luka.

"Itu memang benar, bisa saja kalau potongan lengan ini berasal dari bandit yang baru saja dibunuh. Tetapi tidakkah kamu mengamati pedang yang sedang dipegang oleh potongan lengan ini ?," tanya komandan Asier.

Mendengar perkataan komandan Asier, komandan Luka pun mulai memperhatikan pedang yang dipegang potongan lengan itu.

"Apa ?!?! Bagaimana bisa ?!?!?," ucap komandan Luka yang terkejut.

Komandan Luka pun terkejut setelah melihat pedang yang dipegang potongan lengan itu.

"Kamu menyadarinya kan, komandan ? Pedang yang dipegang oleh potongan lengan itu merupakan pedang yang sering digunakan oleh prajurit Duke San Angela. Prajurit kerajaan ataupun prajurit Duke yang merupakan prajurit biasa tidak diberikan senjata kontrak dan hanya diberikan senjata tanpa kontrak. Tetapi desain senjata yang diberikan kepada para prajurit kerajaan ataupun prajurit Duke itu sama semua, yang membedakan hanyalah warna dari senjata itu. Dan warna pedang yang dipegang oleh potongan lengan itu menunjukan kalau pedang itu merupakan pedang yang dipakai oleh prajurit San Angela. Kenapa pedang prajurit San Angela bisa dipakai oleh seorang bandit ? Apakah prajurit San Angela memberikan senjatanya kepada para bandit atau sebenarnya prajurit San Angela lah yang menyamar sebagai bandit dan memicu terjadinya insiden yang terjadi di hutan Hevea ?," tanya komandan Asier.

Mendengar penjelasan komandan Asier, komandan Luka pun terdiam dengan wajah pucat. Dia tidak berusaha membantah penjelasan komandan Asier.

"Mungkin kamu beranggapan kalau bisa saja potongan lengan itu awalnya tidak menggenggam pedang itu dan menganggap kalau aku lah yang sengaja membuat potongan lengan itu menggenggam pedang itu. Tetapi dilihat dari genggamannya yang kuat, sepertinya pemilik potongan lengan ini sedang bersiap untuk menyerang menggunakan pedang itu, tetapi lengannya lebih dulu terpotong. Lengan yang telah terpotong itu membuat lengannya menjadi kaku dan sudah tidak bisa digerakkan lagi, maka dari itu pedang itu masih berada dalam genggaman tangan itu. Jadi tidak mungkin aku yang membuat potongan lengan itu menggenggam pedang karena sulit untuk membuat potongan lengan yang sudah kaku itu untuk menggenggam pedang jika aku yang melakukan itu. Potongan lengan itu sudah menggenggam pedang itu sejak ditemukan. Jika kamu masih tidak percaya dengan adanya bukti sebuah potongan lengan ini, masih ada bukti potongan lengan yang lain yang juga sedang memegang senjata. Dan tentu saja senjata yang potongan lengan itu pegang merupakan senjata para prajurit Duke San Angela," ucap komandan Asier.

Komandan Luka pun terdiam dengan wajah pucatnya. "Kenapa kamu hanya diam saja, komandan ? Apa kamu tidak mau membantah apa yang aku ucapkan barusan ?," tanya komandan Asier.

Komandan Luka masih tetap terdiam meski ditanya oleh komandan Asier.

"Kelihatannya kamu masih akan tetap diam ya, komandan. Kalau begitu, bagaimana menurut anda, Yang Mulia ? Apakah dengan bukti-bukti yang saya berikan itu sudah cukup untuk membuktikan siapa yang sebenarnya bersalah pada insiden yang terjadi di hutan Hevea ?," tanya komandan Asier.

"Iya, penjelasan yang kamu katakan tadi sangat masuk akal, komandan Asier. Senjata-senjata yang dipegang oleh potongan lengan ini memang merupakan senjata yang sering digunakan oleh para prajurit San Angela, tetapi pakaian yang masih melekat di potongan lengan ini bukanlah pakaian seragam prajurit San Angela. Dari penjelasan yang dikatakan Rid Archie saat di hutan Hevea, dia bilang kalau dia membunuh bandit yang menyerang mereka di hutan itu. Tapi prajurit komandan Luka tidak menemukan adanya mayat bandit di hutan itu dan hanya menemukan mayat para prajurit Duke. Itu berarti potongan lengan ini merupakan potongan lengan para bandit yang telah dibunuh oleh Rid Archie, karena pakaian yang melekat di potongan lengan ini merupakan pakaian biasa. Lalu, adanya senjata prajurit San Angela yang dipegang oleh potongan lengan ini, itu membuktikan kalau prajurit San Angela menyamar sebagai bandit lalu menyerang Rid Archie di hutan Hevea. Bukti-bukti ini mendukung bukti percakapan yang berasal dari batu kristal milik kepala akademi. Pada bukti percakapan itu, disebutkan kalau memang Rid Archie lah yang diserang dalam insiden itu dan Rid Archie memutuskan membunuh mereka semua sebagai aksi perlindungan diri,"

"Oleh karena itu, dengan adanya bukti-bukti ini, Rid Archie kembali lagi dinyatakan tidak bersalah dalam insiden itu. Sementara itu, komandan Luka sebagai komandan prajurit Duke San Angela, karena telah merencanakan pembunuhan terhadap warga sipil, berbohong dalam interogasi dan telah menghilangkan beberapa bukti saat insiden berlangsung, maka aku nyatakan kalau komandan Luka dinyatakan bersalah dalam insiden ini. Beberapa prajurit yang terlibat dalam insiden itu akan diselidiki lebih lanjut untuk menentukan apakah mereka bersalah atau tidak. Lalu hukuman untuk komandan Luka akan aku berikan setelah keseluruhan sidang ini selesai. Apabila komandan Luka keberatan dengan hasil ini, komandan Luka bisa mengajukan banding dengan memberikan bukti-bukti yang kuat,"

"Untuk sekarang, para prajurit sekalian, tolong bawa komandan Luka ke ruangan terdakwa terlebih dahulu karena setelah ini sidang akan berganti ke kasus lain. Jangan lupa untuk menjaga dia agar tidak melarikan diri," ucap hakim Roswald.

"Siap, Yang Mulia," ucap para prajurit yang ada di ruangan itu.

Beberapa prajurit itu lalu pergi ke tempat duduk komandan Luka, lalu mereka pun bersiap untuk membawa komandan Luka pergi ke ruangan terdakwa. Sementara komandan Luka hanya diam saja setelah mendengar perkataan hakim Roswald. Dia tidak berusaha untuk membantah perkataan hakim Roswald. Bahkan sekarang dia tidak berusaha melawan saat mau dibawa oleh para prajurit itu.

"K-kenapa ini bisa terjadi ?," tanya komandan Luka.

Komandan Luka masih tidak percaya kalau dia dinyatakan bersalah oleh hakim Roswald. Lalu komandan Asier pun menghampiri komandan Luka yang sedang dibawa oleh beberapa prajurit.

"Sayang sekali ya, komandan. Aku yakin kamu sudah memerintahkan para anak buahmu untuk menutupi atau menghilangkan bukti-bukti terkait insiden itu, tetapi tetap saja bukti itu dapat ditemukan oleh para prajuritku," ucap komandan Asier.

"B-bagaimana bisa kau menemukan bukti itu ? Padahal aku sudah menyuruh anak buahku untuk menghilangkan dan menghancurkan bukti-bukti itu," ucap komandan Luka.

"Entahlah, bukan aku yang menemukan bukti itu, melainkan prajurit yang aku perintahkan. Mungkin saja mereka bisa menemukan bukti itu karena anak buahmu lalai dalam menghilangkan bukti itu, atau mungkin saja kalau ada salah satu anak buahmu yang berkhianat dan anak buahmu itu sengaja mengubur bukti itu agar mudah ditemukan. Jika memang begitu, sepertinya anak buahmu itu masih waras karena dia tidak mau terlibat dalam rencana jahat yang sedang kalian rencanakan," ucap komandan Asier.

Komandan Luka pun terdiam lalu dia pun perlahan berjalan meninggalkan komandan Asier untuk menuju ruang terdakwa. Sementara komandan Asier terus melihat ke arah komandan Luka.

"Jika saja saat insiden itu terjadi aku tidak mengambil libur, mungkin kamu sudah 'kalah' saat itu juga, komandan," ucap komandan Asier.

Komandan Luka pun akhirnya telah dimasukan ke ruangan terdakwa, sementara komandan Asier kembali ke tempat duduknya. Aku yang melihat komandan Asier sudah duduk di tempat duduknya pun langsung mengucapkan terima kasih kepadanya.

"Terima kasih karena telah menolongku, kakak Asier. Bahkan sampai mengumpulkan bukti-bukti seperti itu," ucapku.

"Tidak apa-apa, Rid. Lagipula aku melakukan ini juga untuk adikku. Jika kamu ditahan atau mendapatkan hukuman mati, nanti Irene akan sedih," ucap komandan Asier.

Sementara itu, wakil komandan Sara yang saat ini sedang duduk di samping kananku pun mulai mengajakku bicara.

"Aku ingin minta maaf, Rid Archie. Karena aku tidak teliti saat menginterogasimu, aku jadi membuatmu mengalami hal seperti ini," ucap wakil komandan Sara.

"Tidak apa-apa, wakil komandan. Aku tidak terlalu memikirkan soal itu, jadi tenang saja," ucapku.

"Baiklah kalau begitu," ucap wakil komandan Sara.

Lalu sidang pun dilanjutkan kembali.

"Berdasarkan bukti-bukti pendukung yang diberikan oleh komandan Asier, maka bisa disimpulkan kalau bukti percakapan yang ada di batu kristal yang dimiliki oleh kepala akademi adalah bukti yang valid dan tidak terbantahkah. Dengan begitu, Duke San Angela dan Duke San Minerva telah terbukti sebagai orang yang merencanakan pembunuhan terhadap seluruh keluarga San Lucia dan Yang Mulia Ratu, dan rencana mereka diawali dengan mereka yang berniat untuk membunuh Rid Archie terlebih dahulu. Tetapi sebelum itu, aku ingin melihat terlebih dahulu bukti-bukti yang dibawa oleh Duke San Lucia. Karena kelihatannya ada kejahatan lain yang telah dilakukan oleh mereka," ucap hakim Roswald.

"Itu benar, Yang Mulia," ucap Duke Louis sambil berjalan menuju hakim Roswald.

"Maafkan aku karena memberikan bukti ini dengan cara yang tidak sopan tapi tolong terimalah ini, Yang Mulia," ucap Duke Louis.

Duke Louis pun melemparkan wadah plastik yang berisi bukti-bukti itu. Hakim Roswald pun menangkap wadah itu dengan sempurna menggunakan tangannya. Lalu hakim Roswald langsung melihat bukti-bukti itu. Beberapa bukti itu berisi dokumen yang mengharuskan hakim Roswald untuk membaca dokumen-dokumen itu. Ketika membaca salah satu dokumen, hakim Roswald pun terkejut.

"Tunggu, dokumen ini....," ucap hakim Roswald.

Duke Louis pun melihat ke arah hakim Roswald. Duke Louis tahu dokumen apa yang sedang dibaca oleh hakim Roswald.

"Itu benar, Yang Mulia. Dokumen itu merupakan dokumen tentang percobaan yang dilakukan oleh mereka. Percobaan itu adalah sumber utama dari insiden tewasnya beberapa Elf yang mayatnya ditemukan di wilayah San Lucia. Elf yang tewas itu ditemukan dengan lubang di dada kirinya yang berarti jantung dari Elf itu telah diambil. Jantung Elf itulah yang menjadi bahan dalam percobaan itu. Mereka mengambil jantung Elf itu agar dapat digunakan oleh manusia yang mereka pilih sebagai 'subjek' dalam percobaan itu. Dan orang yang bertanggung jawab karena telah membuat percobaan itu adalah.....Marquess Rovinj, Marquess Marcelo Buston," ucap Duke Louis.

Sebagian besar orang yang berada di ruang pengadilan itu pun terkejut mendengar hal itu, termasuk dengan Marquess Marcelo yang namanya baru saja disebut. Marquess Marcelo sangat terkejut ketika mendengar namanya disebut.

"Apa ?!?! A-aku ?!?!," tanya Marquess Marcelo yang terkejut.

Sementara itu, Duke Remy justru tersenyum setelah mendengar itu apa yang dikatakan Duke Louis.

-Bersambung