"Daripada menanyakan soal itu, lebih baik anda memikirkan tentang apa yang harus dilakukan kepada dua orang Duke itu. Tidak, maksud saya adalah dua orang 'mantan' Duke itu," ucap nona Karina.
"Yah, kamu ada benarnya. Daripada membuang waktu untuk pembicaraan yang tidak penting, lebih baik kita segera selesaikan kasus ini,"
"Aku akan memulai dari kasus yang menimpa Rid Archie. Setelah mendengar suara percakapan yang dihasilkan dari batu kristal itu, aku memutuskan kalau Rid Archie yang sebelumnya merupakan pelaku dalam insiden pembunuhan yang terjadi di hutan Hevea dinyatakan tidak bersalah. Rid Archie memang terbukti melakukan pembunuhan terhadap para korban yang ada di hutan Hevea, namun apa yang dilakukan oleh Rid Archie adalah tindakan membela diri karena dirinyalah yang lebih dulu ingin dibunuh oleh mereka yang merupakan para korban di hutan Hevea. Sesuai hukum yang berlaku di kerajaan San Fulgen, Rid Archie dinyatakan tidak bersalah setelah tindakan membela dirinya telah terbukti. Oleh karena itu, Rid Archie akan dibebaskan saat ini juga. Para prajurit sekalian, tolong lepaskan borgol yang ada pada tangan Rid Archie," ucap hakim Roswald.
"Baik, Yang Mulia," ucap para prajurit yang berdiri di belakangku.
Salah seorang prajurit pun mendekatiku dan mengambil sebuah kunci dari saku pakaiannya. Prajurit itu pun lalu membuka borgol yang ada pada tanganku. Kemudian, borgol itu pun telah terlepas, prajurit itu lalu menaruh kembali kunci borgol itu beserta borgolnya juga ke saku pakaiannya. Setelah borgol itu terlepas, aku langsung memegangi tanganku yang sebelumnya diborgol.
"Akhirnya lepas juga, rasanya sangat tidak nyaman," ucapku.
Sementara itu, nona Karina terlihat sedang tersenyum saat melihat ke arahku.
"Silahkan berdiri, Rid Archie," ucap prajurit itu.
"Baik," ucapku.
Aku pun langsung berdiri dari kursi yang berada di tengah itu.
"Karena sekarang kamu sudah dibebaskan, kamu bisa berpindah terlebih dahulu ke kursi belakang untuk menunggu selesainya keseluruhan sidang ini," ucap prajurit itu.
"Baik," ucapku.
Aku pun bersiap untuk melangkah ke belakang menuju bangku penonton, tapi sebelum itu, aku memutuskan untuk berbicara dengan nona Karina yang ada di depanku terlebih dahulu.
"Aku sudah tahu kalau nona Karina sudah merencanakan sesuatu dengan memberikan batu kristal itu. Terima kasih karena telah membebaskanku, nona," ucapku.
"Tidak, justru aku yang berterima kasih. Karena berkatmu, rencana kejahatan yang besar ini dapat terungkap. Yang Mulia Ratu sepertinya juga ingin berterima kasih karena hal ini," ucap nona Karina.
Lalu aku menoleh ke arah Ratu Kayana yang sedang berdiri di dekat pintu masuk gedung pengadilan. Saat aku melihat ke arah Ratu Kayana, Ratu Kayana juga melihat ke arahku sambil tersenyum.
"Begitu ya. Kita sama-sama berterima kasih ya, nona," ucapku sambil menoleh kembali ke nona Karina.
"Ngomong-ngomong, nona, setelah ini aku akan menunggu di kursi belakang, bagaimana dengan nona ?," tanyaku.
"Aku akan tetap disini, silahkan saja jika kamu ingin pergi kesana," ucap nona Karina.
"Baik, nona, kalau begitu aku permisi dulu," ucapku.
Aku pun langsung berjalan menuju kursi belakang yang merupakan kursi penonton. Saat aku sedang berjalan, Duke James dan Duke Darwin melihat ke arahku dengan wajah yang marah. Aku pun juga melihat ke arah mereka dan aku melihat mereka sambil tersenyum. Tidak hanya mereka berdua saja, komandan Luka juga melihat ke arahku dengan ekspresi marah. Sementara Duke Remy tampak biasa saja saat melihat ke arahku.
Setelah melihat ke arah mereka yang berada di sisi kanan kursi penonton, lalu aku melihat ke arah depanku yang merupakan sisi kiri kursi penonton. Di kursi itu ada komandan Asier dan Duke Louis yang ada di kursi paling depan. Sepertinya Duke Louis sudah berhasil ditenangkan dan dibawa kembali ke kursinya oleh komandan Asier setelah sebelumnya hampir menyerang Duke James. Sementara Caroline dan komandan Oliver berada tepat di belakang Duke Louis dan komandan Asier. Saat melihat ke arah mereka, Caroline melambai-lambaikan tangannya saat melihatku.
"Kakak Rid, kemari. Disini ada kursi yang kosong" ucap Caroline.
Kursi kosong yang dimaksud oleh Caroline adalah kursi yang berada di sebelahnya. Sepertinya Caroline mendengar percakapan dari prajurit yang menyuruhku untuk menunggu di kursi penonton, makanya dia langsung menawariku kursi kosong itu. Aku pun langsung menghampiri Caroline setelah dia memberitahu itu dan langsung menduduki kursi itu.
"Kelihatannya kamu sudah lega ya, Rid," ucap komandan Asier yang berada di depanku.
"Iya, akhirnya aku bisa bersantai setelah kasusku telah selesai," ucapku.
"Aku sudah menduga kalau kakak Rid memang tidak bersalah di insiden itu," ucap Caroline.
"Tapi aku tidak menyangka kalau kepala akademi lah yang akan membantu membebaskan Rid. Padahal aku sudah menyuruh beberapa anak buahku untuk mencari bukti mencurigakan di Hutan Hevea dan ayahandaku juga sedang mencari bukti-bukti lain terkait aktivitas mencurigakan Duke San Angela. Aku juga tidak menyangka kalau bukti yang dimiliki oleh kepala akademi itu tidak hanya bisa membebaskan Rid tetapi juga mengungkap suatu rencana kejahatan besar yang sedang dijalankan di kerajaan ini. Siapa yang akan menyangka kalau mereka berdua berniat untuk membunuh seluruh keluarga kami dan bahkan Yang Mulia Ratu," ucap komandan Asier.
"Kamu benar, Asier. Aku tidak menyangka mereka berniat untuk membunuh Yang Mulia Ratu padahal mereka adalah seorang Duke yang otoritasnya berada langsung di bawah Yang Mulia Ratu," ucap komandan Oliver.
"Sepertinya kita harus berhati-hati mulai sekarang, komandan. Karena meskipun 2 orang itu sudah terungkap, masih ada 1 orang lagi yang belum terungkap dari percakapan itu," ucap komandan Asier.
"Kamu benar. Dari percakapan itu, sebelum putra Duke San Angela menyebutkan nama orang misterius itu, dia terdengar sedang muntah dan setelah itu percakapan pun berakhir. Tuan muda Rid, apakah kamu langsung membunuhnya sebelum dia menyelesaikan pembicaraannya ?," tanya komandan Oliver.
"Tidak, komandan. Enzo muntah darah dengan sendirinya sebelum dia menyebut nama orang yang misterius itu. Sebelumnya saya juga sempat menginterogasi Javier yang merupakan putra dari Marquess Marcelo. Saya bertanya tentang siapa yang menyuruhnya untuk membantu orang-orang itu dalam membunuhku. Ketika dia hendak menyebut nama orang itu, dia langsung muntah darah sama seperti yang dialami Enzo. Kelihatannya orang yang namanya ingin disebut oleh Enzo dan Javier merupakan orang yang sama dan orang itu sepertinya sangat waspada sampai membuat orang-orang yang menyebut namanya langsung mengalami muntah darah," ucapku.
"Begitu ya. Kelihatannya sulit sekali untuk mengetahui identitas orang itu," ucap komandan Oliver.
"Untuk sekarang lebih baik kita fokus untuk melindungi target yang akan dibunuh oleh mereka, komandan. Karena mereka berniat untuk membunuh seluruh keluarga kami, maka aku dan ayahandaku akan fokus untuk melindungi seluruh keluarga kami," ucap komandan Asier.
"Iya, itu benar. Karena masih ada 1 orang yang belum terungkap, ada kemungkinan kalau mereka masih akan tetap mengincar keluarga kami. Maka kami akan fokus untuk melindungi seluruh keluarga kami. Tidak akan kubiarkan mereka menyentuh seluruh keluarga kami," ucap Duke Louis.
Duke Louis terlihat sedang marah tapi beliau masih bisa menenangkan diri.
"Begitu ya, karena Asier dan tuan Duke San Lucia merupakan bagian dari keluarga San Lucia, maka tugas kalian adalah untuk melindungi keluarga kalian. Kalau begitu aku akan fokus untuk melindungi Yang Mulia Ratu karena itu merupakan tugasku. Yah meskipun kelihatannya Yang Mulia Ratu tidak butuh perlindunganku," ucap komandan Oliver sambil menoleh ke belakang, tepatnya ke arah Ratu Kayana yang sedang berdiri.
"Tunggu sebentar, bukankah yang lebih pantas untuk dilindungi itu adalah kakak Rid ? Karena seperti yang dibilang di percakapan tadi, alasan mereka ingin membunuh kakak Rid adalah karena saat ini kakak Rid sedang menjalin hubungan dengan putri Irene. Hal itu membuat putri Irene tidak bisa menjadi peserta ~Matchmaking Battle~ dan membuat rencana mereka terhalangi. Agar rencana mereka bisa berjalan lancar, maka mereka harus membunuh kakak Rid dan membuat hubungan kakak Rid dan putri Irene berakhir. Setelah hubungan mereka berakhir, otomatis putri Irene kembali lagi menjadi peserta ~Matchmaking Battle~ dan rencana mereka pun dapat berjalan sesuai skenarionya," ucap Caroline.
"Putri Caroline tenang saja, karena Rid sudah menjadi bagian dari keluarga San Lucia, maka Rid termasuk salah satu orang yang akan kami lindungi," ucap komandan Asier.
"Sejak kapan aku sudah menjadi bagian dari keluarga San Lucia ? Padahal aku saja belum menikah dengan Irene. Daripada itu, aku tidak masalah jika aku tidak dilindungi oleh orang-orang karena aku yakin kalau aku bisa melindungi diriku sendiri. Justru aku merasa tidak nyaman jika aku setiap saat harus dikelilingi orang-orang yang bertugas untuk melindungiku," ucapku.
"Aku paham sekali rasanya itu," ucap Caroline.
"Kenapa kamu bilang seperti itu, tuan putri ?," tanya komandan Oliver yang terkejut.
"Lagipula, karena skenario yang mereka rencanakan lewat ~Matchmaking Battle~ sudah terungkap, mustahil mereka akan menggunakan skenario itu lagi. Dan juga karena ada suatu skenario besar yang direncanakan di acara itu, ada kemungkinan kalau ~Matchmaking Battle~ akan dibatalkan secara keseluruhan. Jadi mereka tidak akan menggunakan skenario itu lagi. Ada kemungkinan kalau mereka yang belum terungkap akan menjalankan skenario baru yang mungkin saja kalau mereka berniat untuk menyerang langsung target yang akan mereka bunuh," ucapku.
"Apa yang dikatakan oleh tuan muda Rid benar, sepertinya setelah ini mereka bisa saja menyerang langsung target mereka. Kita tidak bisa tenang jika semua pelaku belum terungkap. Kita harus melindungi orang-orang yang menjadi target incaran mereka," ucap komandan Oliver.
"Iya. Aku dan ayahandaku akan tetap berusaha untuk melindungi seluruh keluarga San Lucia meskipun sulit karena anggota keluarga San Lucia tidak berada di satu tempat yang sama. Contohnya seperti Irene dan Nadine yang saat ini sedang berada di akademi karena mereka adalah murid di akademi itu," ucap komandan Asier.
"Kakak Asier tenang saja. Kakak Asier bisa fokus untuk melindungi anggota keluarga San Lucia yang berada di luar akademi, sementara aku yang akan melindungi Irene dan senior Nadine di akademi. Aku akan pastikan kalau aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi kepada mereka berdua," ucapku.
"Mendengar kamu berbicara seperti itu, sepertinya aku bisa tenang," ucap komandan Asier.
Setelah kami saling berbicara di kursi penonton itu, kami kembali melihat ke arah depan karena hakim Roswald terlihat akan mulai menindak kedua Duke itu.
"Para prajurit, tolong bawakan Duke San Angela dan Duke San Minerva ke hadapanku. Dan juga, tolong bawakan 1 kursi lagi karena saat ini kursi yang ada di tengah itu hanya 1," ucap hakim Roswald.
"Baik, Yang Mulia," ucap para prajurit itu.
Prajurit-prajurit itu pun membagi tugas, ada yang mengambil 1 kursi lagi dan ada juga yang memegangi Duke James dan Duke Darwin lalu membawakannya ke hadapan hakim Roswald. Beberapa prajurit sudah membawakan Duke Darwin ke hadapan hakim Roswald, tapi prajurit yang bertugas untuk membawa Duke James belum juga menyelesaikan tugas mereka. Karena mereka masih kesulitan untuk membebaskan Duke James dari tumbuhan yang melilit tubuhnya. Nona Karina yang melihat hal itu pun berniat untuk membatalkan sihirnya.
"Ah, aku minta maaf. Aku akan membatalkan sihirku," ucap nona Karina.
Nona Karina pun membatalkan sihirnya dan Duke James pun telah terbebas dari tanaman yang melilit tubuhnya. Duke James pun dibawa ke hadapan hakim Roswald. Terlihat Duke James sempat berontak ketika dibawa ke hadapan hakim Roswald tetapi para prajurit yang membawanya berhasil menenangkannya.
Beberapa saat kemudian, Duke James pun berhasil dibawa ke hadapan hakim Roswald. Dan saat ini, Duke James dan Duke Darwin sedang duduk di kursi dan dihadapan mereka ada hakim Roswald yang sedang melihat ke arah mereka.
"Merencanakan pembunuhan terhadap bangsawan lain terlebih bangsawan itu merupakan keluarga seorang Duke dan juga merencanakan pembunuhan terhadap pemimpin kerajaan ini yaitu Yang Mulia Ratu. Menurut hukum dan aturan yang berlaku di kerajaan ini, pelaku yang merencanakan itu akan dijatuhi hukuman mati," ucap hakim Roswald.
Beberapa orang yang berada di ruangan itu pun terkejut setelah mendengar perkataan hakim Roswald.
"Ti-tidak, kami berdua tidak bersalah, Yang Mulia. Kami ini hanya dijebak jadi kami tidak pantas mendapatkan hukuman mati," ucap Duke James.
"I-itu benar, Yang Mulia. Seharusnya yang mendapatkan hukuman adalah mereka yang menjebak kami. Berani sekali mereka menjebak kami yang merupakan seorang Duke," ucap Duke Darwin.
"Apa kalian punya bukti kalau mereka sedang menjebak kalian ? Jika punya bukti, silahkan ajukan kepadaku agar aku bisa memeriksanya dan menentukan apakah kalian memang sedang dijebak atau tidak," ucap hakim Roswald.
Duke James dan Duke Darwin pun langsung terdiam mendengar perkataan hakim Roswald.
"Kelihatannya kalian tidak mempunyai bukti apa-apa. Itu berarti kalian tetap dinyatakan bersalah. Sesuai hukum dan aturan yang berlaku di kerajaan ini, pelaku yang merencanakan pembunuhan terhadap bangsawan akan dijatuhi hukuman mati. Tetapi, aku ingin bertanya terlebih dahulu kepada Yang Mulia Ratu sebagai pemimpin dari kerajaan ini dan merupakan target pembunuhan mereka. Yang Mulia Ratu, apakah anda mempunyai hukuman lain yang ingin diberikan kepada mereka berdua ?," ucap hakim Roswald.
Duke James dan Duke Darwin pun menoleh ke belakang ke arah Ratu Kayana. Ratu Kayana yang awalnya berada di dekat pintu masuk gedung pengadilan, perlahan mulai berjalan ke depan ruang pengadilan. Lalu, Ratu Kayana pun berhenti tepat di belakang Duke James dan Duke Darwin.
"Aku tidak mempunyai hukuman lain untuk diberikan kepada mereka. Sesuai hukum dan aturan yang berlaku, hukuman mati adalah hukuman yang paling cocok untuk mereka," ucap Ratu Kayana.
Duke James dan Duke Darwin pun terkejut mendengar perkataan Ratu Kayana.
"To-tolong maafkan kami, Yang Mulia Ratu," ucap Duke James.
"M-maafkan kami, Yang Mulia Ratu. Kami tidak mau mendapatkan hukuman mati," ucap Duke Darwin.
"Kalian berdua lebih baik diam!. Kalian belum diizinkan untuk berbicara," ucap Ratu Kayana yang nampak marah.
Duke James dan Duke Darwin pun terkejut dan mereka berdua langsung terdiam setelah mendengar psrkataan Ratu Kayana.
"Begitu ya. Yang Mulia Ratu ingin agar mereka dihukum sesuai hukum yang berlaku yaitu hukuman mati. Ngomong-ngomong, Yang Mulia Ratu nampak tenang-tenang saja padahal mereka berdua baru saja terungkap ingin membunuh Yang Mulia Ratu," ucap hakim Roswald.
"Itu karena aku sudah mengetahui rencana mereka sebelum diungkap di sidang ini karena aku sudah diberitahukan lebih dulu oleh kepala akademi," ucap Ratu Kayana.
"Jadi begitu, kepala akademi sudah memberitahukan kepada anda lebih dulu. Sedangkan kepala akademi, padahal anda bisa saja langsung memberikan bukti itu ke gedung pengadilan sebelum sidang dimulai agar Rid Archie bisa segera dibebaskan. Tapi anda lebih memilih untuk memberikan bukti itu saat sidang sedang berlangsung. Sepertinya anda sengaja melakukan ini agar mereka berdua bisa langsung disidang saat ini juga," ucap hakim Roswald.
"Apa yang anda katakan itu benar, Yang Mulia. Aku memang sengaja melakukan itu," ucap nona Karina.
"Jadi benar ya," ucap hakim Roswald.
Setelah mendengar perkataan hakim Roswald dan nona Karina, Duke James mulai marah.
"Kurang ajar kau, Karina. Beraninya kau menjebak kami berdua," ucap Duke James.
"Apa yang anda katakan ? Jika memang aku menjebak kalian, maka buktikanlah dengan bukti yang kuat," ucap nona Karina.
"Aku memang tidak ada bukti tapi aku tahu kalau apa yang kau dan anak itu lakukan adalah suatu jebakan untuk menjebak kami. Memang dari suara yang keluar dari batu kristal itu merupakan suara putraku, tapi apa itu benar-benar putraku ?," tanya Duke James.
"Apa maksud anda ? Sudah jelas-jelas yang berbicara itu adalah putra anda," ucap nona Karina.
"Batu kristal itu hanya mengeluarkan suara tanpa mengeluarkan gambaran visual tentang apa yang terjadi disana. Jadi tidak bisa dipastikan kalau suara yang keluar dari bola itu adalah benar-benar suara putraku. Karena bisa saja kalian menggunakan sihir untuk meniru suara agar mirip dengan suara putraku. Atau kalian menggunakan sihir penyamaran untuk menyamarkan diri kalian sebagai putraku dan membuat suaranya juga sama persis dengan putraku," ucap Duke James.
"Sayangnya, aku tidak bisa menggunakan sihir itu. Rid pun juga sama. Jadi tidak mungkin kami menggunakan itu. Lagipula, suara yang keluar dari batu kristal itu adalah benar-benar suara anda sendiri. Anda tidak perlu mengelak lagi," ucap nona Karina.
"Apa yang dibilang oleh Duke San Angela ada benarnya. Ada kemungkinan kalau suara yang keluar dari batu kristal itu adalah suatu sihir yang berguna untuk meniru penampilan orang lain. Jadi belum tentu kalau suara yang keluar dari batu kristal itu adalah suara asli dari pemiliknya sendiri. Kalian memang bilang kalau kalian tidak bisa menggunakan sihir itu, tetapi ada kemungkinan kalau kalian berbohong soal hal itu. Sedangkan untuk Duke San Angela pun juga sama, beliau tidak bisa membuktikan kalau beliau sedang dijebak. Jika bukti itu hanya diucapkan lewat perkataan sendiri, bukti itu tidaklah valid. Jadi bisa dibilang situasi kalian saat ini sedang imbang, untuk melangkah ke tahap selanjutnya dibutuhkan bukti lainnya untuk menentukan mana dari kalian yang benar atau salah," ucap hakim Roswald.
Mendengar perkataan hakim Roswald, Duke James pun tersenyum.
"Jika seperti itu, bukankah lebih baik sidang ini dibatalkan saja ? Karena situasi saat ini sedang imbang dan kita sama-sama juga tidak memiliki bukti tambahan," ucap Duke James.
"Aku sudah menduga kalau batu kristal itu tidak cukup untuk memberikan suatu bukti. Sekarang situasinya benar-benar rumit," ucap nona Karina.
Saat situasi di ruang pengadilan itu sedang tegang, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Semua orang yang mendengar itu pun menoleh ke arah pintu yang terbuka itu yang merupakan pintu depan ruang pengadilan. Mereka penasaran siapa yang membuka pintu itu. Lalu terlihat ada 2 orang wanita yang berdiri di depan pintu itu. 2 orang wanita itu mengenakan seragam yang berbeda. Satu orang mengenakan seragam prajurit kerajaan dan dia juga mengenakan jubah panjang. Di seragam prajurit itu terdapat lambang serigala. Wanita itu adalah wakil komandan Sara. Sedangkan satu orang lagi mengenakan seragam prajurit yang mirip dengan seragam prajurit kerajaan namun seragam itu bukanlah seragam dari prajurit kerajaan. Wanita itu juga mengenakan jubah panjang sama seperti wakil komandan Sara.
"Maaf karena mengganggu jalannya sidang ini, tetapi saya kemari karena saya ingin memberikan bukti-bukti yang berkaitan dengan insiden di hutan Hevea kepada komandan Asier," ucap wakil komandan Sara.
"Saya juga minta maaf karena mengganggu jalannya sidang ini. Saya kemari karena saya ingin memberikan bukti-bukti terkait aktivitas mencurigakan yang dilakukan Duke San Angela kepada tuan Duke San Lucia. Tidak hanya itu saja, di bukti yang saya bawakan ini juga ada bukti tentang aktivitas mencurigakan Duke San Minerva, bukti tentang insiden pembunuhan Elf yang mayatnya ditemukan di wilayah San Lucia dan bukti tentang adanya percobaan yang melibatkan jantung para Elf yang tewas itu serta orang yang terlibat dalam percobaan itu," ucap wanita prajurit itu.
Duke James dan Duke Darwin pun sangat terkejut setelah mendengar pembicaraan kedua wanita itu. Tidak hanya mereka berdua, komandan Luka dan Marquess Marcelo pun juga sama terkejutnya. Sementara itu, Duke Remy tiba-tiba tersenyum setelah kedua orang itu menjelaskan maksud kedatangan mereka ke ruang pengadilan ini.
-Bersambung