Surat kabar yang diterbitkan oleh Diganta terus menjadi perbincangan seluruh orang yang berada di kerajaan San Fulgen. Ada dari mereka yang tidak percaya dengan pembunuhan putra Duke San Angela dan mengutuk pelaku pembunuhan tersebut, ada juga dari mereka yang senang ketika melihat dan mengetahui kabar tersebut. Mereka yang senang ini berasal dari kalangan yang membenci keluarga bangsawan khususnya keluarga Duke San Angela. Mereka menganggap pelaku yang berani membunuh putra Duke San Angela merupakan seorang pahlawan. Dan sisanya tidak begitu peduli dengan kabar yang beredar itu.
-
Di desa Aston yang berada di wilayah San Minerva.
Paman Isaac baru saja kembali dari ibukota San Estella dengan menggunakan kereta kuda. Saat sampai di desa, paman Isaac bergegas turun dari kereta kudanya itu dan langsung berlari memanggil para warga desa.
"Semuanya, aku baru saja mendapatkan berita buruk!," ucap paman Isaac.
Para warga desa pun berkumpul setelah mendengar paman Isaac berteriak memanggil mereka.
"Berita buruk apa, Isaac ?," tanya paman Bill yang langsung bergegas menghampirinya.
"Ini tentang Rid," ucap paman Isaac.
"Ada apa dengan Rid ?," tanya paman Bill.
"Rid telah membunuh putra Duke San Angela," ucap paman Isaac.
"Apa ?!?!," ucap paman Bill yang terkejut.
Tidak hanya paman Bill, seluruh warga desa yang mendengar tentang itu pun terkejut.
"Tidak hanya itu, dia juga membantai banyak prajurit Duke San Angela. Untuk berita lengkapnya, silahkan baca surat kabar ini," ucap paman Isaac.
Paman Isaac pun membagi-bagikan surat kabar yang dia beli di ibukota. Para warga desa itu pun langsung membaca surat kabar itu setelah menerimanya dari paman Isaac.
"Ini benar-benar tidak bisa dipercaya," ucap paman Dean.
"Itu benar, paman. Tidak mungkin Rid bisa berbuat seperti ini. Selama tinggal di desa ini, Rid adalah orang yang baik dan dia juga selalu membantuku yang merupakan temannya," ucap Eric.
"Iya, aku juga tidak percaya akan hal ini. Mungkin saja Rid sedang dijebak oleh para bangsawan itu. Kalian tahu kan kalau Rid sebelumnya disebut sebagai pahlawan karena menyelamatkan pangeran Charles, putri Chloe dan putri Caroline saat ada yang menyerang akademi ? Mungkin saja ada beberapa bangsawan yang iri dengan popuralitas Rid mengingat dia hanyalah rakyat biasa yang berasal dari desa," ucap paman Isaac.
"Yah aku yakin juga seperti itu. Beberapa bangsawan memang ada yang berkelakuan busuk dan menghina kita yang hanya merupakan rakyat biasa," ucap paman Dean.
"Daripada itu, kelihatannya Rid akan menjalani sidang pengadilan untuk menentukan hukumannya besok. Bagaimana jika kita semua hadir di sidang pengadilan itu ? Kita harus mendesak pengadilan itu agar tidak menjatuhkan hukuman kepada Rid," ucap paman Bill.
"Itu ide yang bagus, kepala desa. Namun aku tidak tahu apakah kita diperbolehkan untuk hadir di pengadilan itu atau tidak," ucap paman Isaac.
-
Di suatu bangunan yang terletak di kota San Angela.
Terlihat komandan Asier dan wakil komandan Sara sedang berada di salah satu ruangan yang berada di bangunan itu. Komandan Asier saat ini tengah membaca surat kabar yang memuat berita tentang Rid. Setelah beberapa saat membaca, komandan Asier pun menutup surat kabar itu.
"Kelihatannya insiden ini merupakan sesuatu yang sudah direncanakan. Aku tidak tahu kenapa bisa ada prajurit Duke yang bertugas di hutan itu, seharusnya prajurit Duke hanya bertugas untuk melindungi Duke dan menjaga kediamannya, terapi saat insiden itu terjadi, mereka malah ada di hutan Hevea,"
"Sara bilang kalau mereka datang ke hutan itu untuk membunuh monster yang menyerang kenalan Duke San Angela saat melewati hutan itu. Tapi Sara bilang dia tidak menemukan satupun mayat monster di hutan itu. Komandan Luka yang berada di hutan itu menjelaskan kepada Sara kalau monster-monster itu kemungkinan hancur tidak bersisa mengingat beberapa area di hutan itu juga telah hancur. Yah itu memang penjelasan yang masuk akal, tetapi aku tetap merasa aneh akan hal ini. Bagaimana jika sebenarnya para prajurit Duke San Angela itu pada awalnya memang ingin membunuh Rid tapi pada akhirnya Rid mampu melawan balik mereka dan bahkan menghabisi mereka,"
"Jika prajurit Duke San Angela itu diperintah untuk membunuh Rid, itu berarti yang memerintah mereka adalah Duke San Angela sendiri. Ayahanda memang mencurigai beliau bersama Duke San Minerva dan Duke San Quentine sejak lama. Apalagi saat ayahanda dituduh sebagai penyebab hancurnya hubungan kerajaan San Fulgen dan kerajaan Seleria, itu membuat ayahanda merasakan kalau mereka bertiga sedang merencanakan sesuatu,"
"Jika memang Duke San Angela mengutus para prajuritnya untuk membunuh Rid, untuk apa beliau membunuh Rid ? Rid hanyalah rakyat biasa dan dia juga bukanlah keturunan bangsawan ataupun orang terpandang. Atau mungkin, beliau mengincar Rid karena Rid memiliki hubungan dengan Irene ? Apa mungkin target mereka yang sebenarnya itu adalah Irene ?," pikir komandan Asier.
Setelah memikirkan tentang itu, tiba-tiba komandan Asier langsung menggebrak meja yang ada depannya. Suara gebrakan meja yang sangat keras itu membuat wakil komandan Sara terkejut.
"A-ada apa, komandan ?," tanya wakil komandan Sara.
"Tidak ada apa-apa. Maaf telah membuatmu terkejut," ucap komandan Asier.
"Begitu ya, aku kira komandan marah karena akulah yang telah menahan Rid Archie yang merupakan pacar adik komandan," ucap wakil komandan Sara.
"Aku tidak marah akan hal itu. Lagipula kamu sudah melakukan tugasmu dengan baik karena apa yang sudah kamu lakukan sudah sesuai dengan peraturan yang ada," ucap komandan Asier.
"Syukurlah," ucap wakil komandan Sara.
"Ngomong-ngomong, Sara, aku ingin memastikan suatu hal. Kamu sebelumnya bilang kalau kamu menahan Rid karena dia telah berbohong tentang membunuh para bandit yang menyerang mereka. Tapi nyatanya tidak ditemukan mayat bandit satupun, yang ada hanyalah mayat para prajurit Duke San Angela. Benar seperti itu kan ?," tanya komandan Asier.
"Itu benar, komandan. Setelah Rid Archie bilang kalau dia itu membunuh para bandit yang menyerangnya, dia langsung menyuruh kami untuk memeriksa sekitar hutan untuk mencari mayat bandit tersebut. Pada awalnya aku dan para prajurit Frost Wolf berniat untuk memeriksa mayat itu sendiri, tapi komandan Luka mencegahku dan dia bilang kalau para prajuritnya saja yang memeriksa mayat-mayat itu. Aku pun setuju dengan hal itu,"
"Lalu sekitar beberapa menit kemudian, para prajurit Duke San Angela kembali dengan membawa beberapa mayat yang mengenakan seragam prajurit Duke San Angela. Mereka bilang tidak ada satupun mayat para bandit yang mereka temukan. Setelah mendengar itu, aku pun memojokkan Rid dan bilang kalau dia telah berbohong. Tapi setelah itu aku langsung menyuruh para prajurit Frost Wolf untuk memeriksa langsung, karena mungkin saja para prajurit San Angela tidak memeriksanya dengan teliti. Tapi saat para prajurit Frost Wolf telah kembali, mereka berkata kalau mereka juga tidak menemukan mayat bandit dan hanya menemukan mayat para prajurit Duke San Angela. Mereka dapat mengenali itu dari seragam yang dikenakan para mayat itu," ucap wakil komandan Sara.
"Hmmmm begitu ya," ucap komandan Asier.
"Memangnya ada apa, komandan ?," tanya wakil komandan Sara
"Tidak ada apa-apa. Daripada itu, besok aku akan pergi ke pengadilan kerajaan San Fulgen. Ada sesuatu yang harus aku saksikan dan lakukan disana," ucap komandan Asier.
-
Kembali ke penjara San Sabaneta, di ruang tahanan tempat Rid berada.
Saat ini aku sedang dipukuli dan ditendang oleh dua orang. Dua orang itu merupakan Marquess Marcelo yang merupakan ayah dari Javier dan Duke James yang merupakan ayah dari Enzo. Mereka berdua lah yang ingin bertemu denganku dengan tujuan untuk menghajarku. Tidak hanya mereka berdua saja yang datang, karena ada beberapa orang yang menunggu di luar ruang tahanan. Tetapi yang masuk ke dalam ruang tahanan dan menghajarku hanyalah mereka berdua.
Pukulan dan tendangan yang dilakukan kedua orang itu membuat tubuhku saat ini dipenuhi oleh banyak luka. Karena di penjara ini tidak bisa menggunakan sihir, aku pun juga tidak bisa menggunakan sihir penyembuhan untuk memulihkan tubuhku. Sepertinya keseluruhan penjara ini sudah dipasang suatu Artifact yang membuat seluruh orang yang berada di penjara ini tidak bisa menggunakan sihir karena bukan aku saja yang tidak bisa menggunakan sihir, Marquess Marcelo dan Duke James juga terlihat tidak menggunakan satupun sihir saat mereka sedang menghajarku. Pukulan dan tendangan yang dilayangkan mereka kepadaku itu murni serangan fisik tanpa tambahan sihir sedikitpun.
"Rakyat jelata sialan, beraninya kau membunuh anakku hingga hangus seperti itu," ucap Marquess Marcelo sambil menendang kepalaku.
"Itu kesalahan anda sendiri karena telah membesarkan anak anda menjadi seorang yang barbar seperti itu, tuan Marquess. Jika saja anda membesarkan anak anda dengan benar, saya yakin anak anda akan bisa hidup dengan tenang dan tentu saja saat ini mungkin dia masih hidup," ucapku.
"Berani sekali kau mengomentari caraku dalam membesarkan anakku sendiri. Apa kau tidak tahu kalau aku merupakan seorang Marquess ? Berani sekali rakyat jelata sepertimu berbicara seperti itu kepada Marquess sepertiku," ucap Marquess Marcelo sambil terus memukul dan menendang tubuhku.
Setelah cukup lama Marquess Marcelo memukul dan menendang tubuhku, Duke James pun menghentikan tindakan Marquess Marcelo.
"Sudah cukup, tuan Marcelo. Jika diteruskan, dia akan mati," ucap Duke James.
"Tidak apa-apakan ? Lagipula besok dia juga akan mati," ucap Marquess Marcelo.
"Jika anda yang membunuhnya sendiri, anda yang akan dihukum nanti. Serahkan saja kematiannya kepada pengadilan," ucap Duke James.
"Baiklah, tuan Duke," ucap Marquess Marcelo.
Marquess Marcelo pun berhenti memukul dan menendang tubuhku. Marquess Marcelo pun mundur ke tempat Duke James yang sedang berdiri di dekat pintu ruang tahanan. Saat Marquess Marcelo sudah berdiri di samping Duke James, kali ini giliran Duke James yang menghampiriku. Setelah Duke James berhasil menghampiriku, Duke James langsung mencengkeram daguku dan mendekatkan wajahku ke wajahnya.
"Meskipun aku sudah memukul dan menendang tubuhmu berkali-kali, aku masih belum puas. Aku akan melakukan sesuatu yang lain sebagai ganjaran karena kamu telah membunuh putraku satu-satunya. Mungkin selanjutnya aku akan membunuh kedua orang tuamu dengan keji," ucap Duke James.
"Sayang sekali sepertinya anda tidak akan bisa melakukan itu, tuan Duke. Kedua orang tua saya telah meninggalkan saya sejak kecil dan saya tidak tahu keberadaan mereka dimana. Setelah itu saya tinggal bersama kakek saya tapi kakek saya saat ini telah meninggal jadi percuma saja anda berniat melakukan itu," ucapku.
"Hah, pantas saja kelakuanmu kurang ajar seperti ini. Kamu tidak pernah dididik oleh orang tua kandungmu sendiri dan itu membuatmu menjadi kurang ajar seperti ini," ucap Marquess Marcelo.
"Sepertinya itu tidak ada hubungannya, tuan Marquess. Buktinya anak anda saja yang masih memiliki orang tua, tetap menjadi orang yang kurang ajar dan tidak beradab," ucapku.
"Keparat kurang ajar!," ucap Marquess Marcelo.
Marquess Marcelo lalu menghampiriku dan berniat untuk menyerangku. Tetapi saat beliau mau melakukan itu, tiba-tiba aku dipukul dengan sangat kuat oleh Duke James tepat di perutku. Pukulan itu membuatku memuntahkan cukup banyak darah dari mulutku.
"Sadarilah situasimu saat ini, bocah. Apa menurutmu kau masih bisa berbicara seperti itu di situasi ini ?," tanya Duke James.
"Tuan Duke ?," ucap Marquess Marcelo yang terkejut melihat tindakan Duke James.
"Anda diam saja disitu, tuan Marcelo. Biar saya saja yang memukulnya apabila dia mengoceh lagi," ucap Duke James.
"Baiklah, tuan," ucap Marquess Marcelo.
Kemudian Duke James kembali mencengkeram daguku dan mendekatkan wajahnya lagi.
"Meskipun orang tuamu tidak ada, kamu masih memiliki orang-orang terdekat yang kamu cintai kan ? Seperti contohnya, orang-orang yang berasal dari tempat tinggalmu dulu. Aku memang belum mengetahui dengan rinci dimana kamu tinggal, tapi aku tahu kalau kamu berasal dari suatu desa di kerajaan San Fulgen. Aku yakin tempat asalmu akan dipublikasikan besok saat di pengadilan. Begitu aku mengetahui tempat asalmu, aku akan langsung menghancurkan tempat asalmu itu, membunuh beberapa orang disana dan sebagian lagi akan kujadikan budak. Bagaimana ? ini akibatnya karena kamu telah membunuh putraku. Bahkan orang-orang terdekatmu akan terkena akibat dari ulahmu itu," ucap Duke James.
Setelah mendengar perkataan Duke James, aku langsung menyemprotkan darah di mulutku ke arah wajah Duke James. Duke James pun menghentikan cengkramannya di daguku dan langsung mundur begitu darah itu terkena wajahnya.
"Saya sarankan anda tidak melakukan itu, tuan Duke. Jika anda melakukan itu, saya akan membunuh anda," ucapku..
Aku mulai marah setelah mendengar perkataan Duke James. Aku pun menatap Duke James dengan tatapan yang tajam.
"Bocah kurang ajar, beraninya kau menatapku seperti itu" ucap Duke James sambil mengelap darah di wajahnya.
Setelah membersihkan darah di wajahnya, Duke James langsung menghampiriku lagi dan kembali memukulku terus-menerus.
"Kau bilang kau akan membunuhku ? Bagaimana bisa kau membunuhku padahal besok kau akan mendapatkan hukuman mati dari pengadilan ? Jika kau telah dijatuhi hukuman mati, maka selesailah sudah. Orang yang sudah mati tidak akan bisa membunuh orang lain," ucap Duke James sambil terus memukulku.
Setelah beberapa kali memukulku, Duke James pun berhenti. Dia lalu memperhatikanku yang masih sadar meskipun sudah dipukuli berulang kali olehnya.
"Padahal kau sudah dipukuli dan ditendang berulang kali, tubuhmu juga sudah dipenuhi banyak luka saat ini, tapi kenapa kau masih sadar ? Apa-apaan kau ini ? Apa kau ini sebuah tembok hidup ?," tanya Duke James.
Setelah dihajar oleh Duke James, aku menatap kembali ke arah Duke James.
"Sepertinya anda yakin sekali kalau saya akan mendapatkan hukuman mati di pengadilan besok, tuan Duke. Tapi, bagaimana jika anda sendiri yang justru mendapatkan hukuman mati di pengadilan besok ?," tanyaku.
"Hah, apa yang kau katakan ? Pengadilan yang akan berlangsung besok adalah pengadilan untukmu karena kau merupakan seorang kriminal. Aku bukanlah kriminal jadi aku tidak akan dihukum mati, justru aku merupakan ayah dari korban yang sudah kau bunuh!," ucap Duke James yang nampak marah.
"Memang aku sendiri yang membunuh Enzo, aku akui itu. Tetapi aku hanya melindungi diriku sendiri karena Enzo duluan yang mencoba untuk membunuhku," ucapku.
"Mana mungkin Enzo melakukan itu. Kau jangan mengarang-ngarang cerita, bocah," ucap Duke James.
"Anda tidak perlu berbohong seperti itu, tuan Duke. Padahal anda sendiri yang menyuruh Enzo untuk membunuh saya," ucapku.
Duke James pun terdiam setelah aku mengatakan hal itu.
"Sebelum Enzo mati, dia memberitahu saya tentang rencana yang mau anda lakukan," ucapku.
Duke James masih terdiam saat mendengarku berbicara.
"Tuan Duke, anda berniat untuk membunuh Yang Mulia Ratu dan seluruh keluarga San Lucia kan ?," tanyaku.
Duke James masih terdiam saat aku bertanya tentang hal itu, tetapi raut wajahnya terlihat sangat terkejut. Begitupun juga dengan Marquess Marcelo.
"Kelihatannya benar kalau anda berencana untuk melakukan itu, itu terlihat jelas dari raut wajah anda. Jika rencana ini ketahuan oleh keluarga San Lucia atau bahkan Yang Mulia Ratu sendiri, saya yakin anda akan langsung dihukum mati saat itu juga, tuan Duke," ucapku.
Duke James masih terdiam tetapi beberapa saat kemudian, tiba-tiba dia mulai tertawa.
"Hahahaha, begitu ya. Jadi kau sudah tahu tentang rencana itu. Jadi kenapa kalau kau tahu ?," tanya Duke James.
Duke James menghampiriku lagi dan memukulku kembali secara terus-menerus
"Meskipun kau tahu tentang rencana itu, tidak ada yang bisa kau perbuat, karena kau tidak punya bukti apa-apa, bocah. Jika kau berniat memberitahu tentang rencana itu hanya dengan perkataanmu saja, orang-orang tidak akan mempercayaimu dan hanya menganggap itu sebagai bualan dan fitnah belaka. Dan juga, orang yang mengetahui tentang rencana itu hanyalah kau seorang saja. Setelah kau dihukum mati, tidak akan ada orang lain yang mengetahui tentang rencana itu," ucap Duke James.
Duke James terus memukulku tanpa henti. Saat Duke James terus memukulku, tiba-tiba seorang tahanan yang satu ruangan denganku ikut berbicara.
"Siapa bilang jika hanya dia saja yang tahu tentang rencanamu. Aku juga tahu tentang rencana itu karena kamu mengakuinya sendiri setelah dia membicarakan tentang rencana itu," ucap tahanan itu.
Duke James pun menoleh ke arah tahanan itu. Awalnya Duke James melihat adanya tahanan lain yang berada di ruangan yang sama denganku, tetapi beliau tidak memperdulikan dan memperhatikan dengan jelas tahanan itu. Tetapi kali ini, Duke James memperhatikan dengan jelas siapa tahanan itu. Duke James pun terkejut setelah melihat wajah tahanan itu.
"Kau kan ....," ucap Duke James.
-Bersambung