Berita tentang Rid yang membunuh putra Duke San Angela tidak hanya diketahui oleh rakyat biasa saja, melainkan para bangsawan juga mengetahui tentang hal itu, khususnya bangsawan tingkat atas seperti para Duke dan keluarga kerajaan.
Di kediaman Duke San Minerva.
Terlihat Duke Darwin sedang mengobrol dengan seseorang lewat kristal komunikasi yang dipegang di tangannya.
"Yah, aku bersyukur bukan kamu yang ditunjuk untuk membunuh Rid Archie, Florian. Jika kamu yang ditunjuk untuk membunuh Rid Archie, aku yakin kamu saat ini telah tiada. Kekuatannya benar-benar di luar nalar, bagaimana bisa dia masih selamat meskipun telah dikepung oleh banyak 'subjek' seperti itu ?,"
"Yah, memang sangat disayangkan kalau kita kehilangan Enzo. Tuan James juga pasti sangat bersedih dengan kematian Enzo. Tapi dengan ini kita jadi bisa menjebak Rid Archie dan membuatnya berhadapan dengan hukum kerajaan. Meskipun dia bisa selamat dari penyerangan di hutan Hevea, mustahil dia bisa selamat dari hukum kerajaan ini. Apalagi hukum yang akan diterima oleh orang yang membunuh bangsawan tingkat atas adalah hukuman mati. Dengan ini, Rid Archie sudah berakhir," ucap Duke Darwin saat berkomunikasi dengan senior Florian lewat kristal komunikasi.
-
Di kediaman Duke San Lucia.
Terlihat Duke Louis tengah berada di suatu ruangan sambil membaca beberapa kertas di meja yang sepertinya merupakan dokumen yang harus dia kerjakan. Saat dia sedang membaca dokumen itu, sebuah kristal komunikasi yang ada di mejanya itu tiba-tiba bercahaya terang. Duke Louis tahu kalau ada yang sedang menghubunginya lewat kristal komunikasi itu, dia pun langsung mengambil kristal komunikasi itu dan menjawab panggilan tersebut.
"Halo,"
"Tidak ada sesuatu yang mencurigakan di tempat itu ?,"
"Baiklah, kerja bagus. Setelah ini aku ingin meminta kamu untuk memeriksa beberapa tempat yang aku sebutkan ini,"
"Hmmm kenapa aku menyuruhmu untuk melakukan ini ? Itu karena ada seseorang yang ingin aku bebaskan. Jika aku tidak membebaskan orang itu, putriku nanti akan sedih," ucap Duke Louis saat berkomunikasi dengan seseorang di kristal komunikasi itu.
-
Di kediaman Duke San Quentine.
Terlihat Duke Remy juga sedang mengerjakan beberapa dokumen di suatu ruangan di kediamannya. Lalu tiba-tiba kristal komunikasi yang ada di mejanya itu bercahaya terang. Duke Remy pun langsung mengambil kristal itu untuk menjawab panggilan dari kristal tersebut.
"Ya, ini aku. Apa kamu sudah membawa dokumen-dokumen itu bersamamu ?,"
"Begitu ya, kerja bagus. Setelah ini, aku ingin memintamu untuk menyelundupkan dokumen-dokumen ini ke tempat yang akan aku sebutkan ini,"
"Kenapa aku melakukan ini ? Tidak ada alasan khusus, aku hanya merasa kalau kemungkinan ada sesuatu yang menghebohkan yang akan terjadi besok," ucap Duke Remy saat berkomunikasi dengan seseorang di kristal komunikasi itu.
-
Di istana kerajaan San Fulgen.
Terlihat Ratu Kayana, Raja Albert, dan Caroline sedang berada di suatu ruangan di istana kerajaan. Mereka sama-sama sedang membaca surat kabar tentang Rid.
"Ini tidak mungkin, kakak Rid tidak mungkin melakukan ini. Aku memang belum lama mengenalnya tapi aku tahu kalau dia adalah orang yang baik. Dia saja menyelamatkanku saat akademi diserang beberapa waktu yang lalu," ucap Caroline.
"Aku juga berpikir begitu. Saat bertemu dengannya di akademi, aku berpikir kalau dia merupakan anak yang baik, apalagi dia merupakan teman dari Charles dan Chloe. Mustahil Charles dan Chloe mau berteman dengan Rid jika dia bukan merupakan anak yang baik," ucap Ratu Kayana.
"Mungkin saja selama ini dia menyamar sebagai anak yang baik untuk mengelabui orang-orang. Jika memang dia anak yang baik, mustahil dia bisa dengan mudahnya membantai banyak orang termasuk putra Duke San Angela. Insiden ini membuktikan untuk jangan mempercayai tampilan luar seseorang. Tidak disangka orang yang disebut sebagai 'pahlawan' di akademi aslinya adalah pembunuh banyak orang," ucap Raja Albert.
"Pokoknya aku tidak percaya tentang surat kabar ini. Aku besok akan pergi ke gedung pengadilan kerajaan untuk melihat sendiri apa yang terjadi," ucap Caroline.
"Sepertinya aku juga akan pergi. Kalau begitu, kita pergi bersama, Carol," ucap Ratu Kayana.
"Silahkan saja jika kalian mau pergi. Aku tidak ikut karena aku masih memiliki beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan," ucap Raja Albert.
-
Kembali ke penjara San Sabaneta.
Duke James terlihat terkejut saat melihat wajah seorang tahanan lain yang juga ditahan di ruangan yang sama denganku.
"Kau kan.....kenapa kau bisa ada disini ?," tanya Duke James yang terkejut.
Keterkejutan Duke James membuatnya berhenti memukuliku
"Sepertinya kamu sudah lupa, padahal kamu sendiri yang mengirimku kesini. Tidak hanya aku, tapi beberapa orang yang berada disini juga merupakan orang-orang yang dikirim olehmu, James," ucap tahanan itu.
"Berani sekali 'bangsawan jatuh' sepertimu memanggilku dengan hanya menggunakan nama saja. Aku merupakan seorang Duke jadi panggil aku dengan menggunakan gelarnya juga," ucap Duke James.
"Untuk apa aku melakukan hal itu setelah apa yang sudah kamu lakukan waktu dulu ? Kalian semua setuju kan ?," tanya tahanan itu.
Lalu, tiba-tiba tahanan-tahanan yang berada di ruang tahanan yang lain mulai ikut bersuara.
"Itu benar!,"
"Keparat kau, James,"
"Aku bersumpah untuk membunuhmu, James," ucap tahanan-tahanan yang lain.
Situasi di tempat itu pun mulai gaduh dengan adanya tahanan-tahanan lain yang ikut bersuara. Para pengawas yang menjaga lantai ini pun menertibkan tahanan-tahanan itu.
"Diam kalian!," ucap salah satu pengawas.
Tidak lama setelah itu, situasi pun mulai kembali normal.
"Aku pikir kalian semua sudah membusuk di penjara ini tapi ternyata kalian masih hidup di tempat ini. Ah benar juga, aku baru ingat kalau hukuman yang diberikan kepada kalian adalah hukuman seumur hidup. Meskipun sudah ditahan di tempat ini, kalian masih berisik seperti biasanya," ucap Duke James.
"Dan kau masih brengsek seperti biasanya, James. Bagaimana bisa kau berpikiran untuk membunuh Yang Mulia Ratu ? Yang Mulia Ratu adalah orang yang baik, berbeda denganmu yang brengsek," ucap tahanan yang satu ruangan denganku.
"Justru karena dia merupakan orang yang baik makanya dia perlu untuk dibunuh. Itu karena dia tidak bisa dimanfaatkan," ucap Duke James.
"Meski begitu, aku tidak yakin kalau kau bisa membunuh beliau. Sepertinya kau lupa kalau Yang Mulia Ratu dijuluki sebagai penyihir terkuat di kerajaan ini," ucap tahanan itu.
"Tentu saja aku tahu itu dan aku sudah mempersiapkannya dengan matang. Aku yakin kalau rencana ini akan berhasil karena bukan hanya aku saja yang menjalankan rencana ini, tetapi banyak bangsawan lainnya yang ikut menjalankan rencana ini," ucap Duke James.
"Aku yakin yang ikut rencanamu itu adalah para bangsawan sampah. Mereka masih saja ada di kerajaan San Fulgen. Yah melihat kalau kau juga masih ada di kerajaan ini, maka tidak heran kalau bangsawan-bangsawan sampah masih tetap ada. Daripada itu, aku tidak menyangka kalau kamu tidak menyangkal tentang rencana pembunuhan itu dan bahkan kamu menjelaskan tentang alasan kenapa kamu ingin membunuh Yang Mulia Ratu. Bukankah dengan begitu, jadi banyak orang yang tahu tentang rencanamu ? Bukankah itu berbahaya untukmu ?," ucap tahanan itu.
"Aku tidak peduli meskipun kalian tahu tentang rencanaku. Memangnya apa yang bisa kalian perbuat dengan itu ? Kalian saja tidak bisa keluar dari tempat ini. Dan juga aku tidak khawatir meskipun para pengawas penjara ini tahu, soalnya aku bisa mengatur agar mereka tetap diam dan tidak memberitahu tentang rencana itu," ucap Duke James.
"Seperti biasa kau memang seorang yang brengsek," ucap tahanan itu.
"Aku terima itu sebagai pujian. Sekarang aku harus kembali ke kediamanku, aku tidak mau berlama-lama di tempat ini setelah mengetahui kalau ada kalian di tempat ini," ucap Duke James.
"Kembali saja jika memang kau ingin kembali," ucap tahanan itu.
Setelah itu, Duke James pun melihat ke arahku.
"Sampai jumpa besok di pengadilan, Rid Archie. Aku tidak sabar melihat dirimu ketika divonis mendapatkan hukuman mati. Kematianmu akan membuat rencana ini berjalan dengan lancar," ucap Duke James.
Aku pun tersenyum mendengar perkataan Duke James, lalu aku menjawab perkataan Duke James.
"Saya sudah bilang kan sebelumnya kalau mungkin saja malah anda sendiri yang divonis mendapatkan hukuman mati di pengadilan besok, tuan Duke," ucapku.
Setelah aku mengatakan itu, Duke James pun melihatku dengan tatapan tajam.
"Sepertinya kamu sudah menjadi gila setelah dipukuli terus-menerus. Kamu tenang saja, kematianmu nanti akan membebaskanmu dari kegilaan itu," ucap Duke James.
Setelah mengatakan itu, Duke James pun pergi meninggalkan ruang tahanan ini. Disusul oleh Marquess Marcelo dan orang-orang yang sebelumnya menemaninya. Kemudian, pengawas yang berjaga di lantai ini pun mulai menutup pintu ruang tahanan kembali dan mengunci pintunya.
"Haaaahhh, akhirnya berakhir juga. Ngomong-ngomong, terima kasih karena telah menyelamatkanku, tuan. Jika tuan tidak berbicara dengan tuan Duke, mungkin aku akan tetap dipukuli olehnya," ucapku kepada tahanan yang satu ruangan denganku.
"Tidak apa-apa. Lagipula aku tidak tahan ingin berbicara dengannya. Sudah lama aku tidak melihat wajah brengseknya. Daripada itu, apa kamu baik-baik saja, luka di tubuhmu itu sangat banyak karena dipukuli oleh mereka," ucap tahanan itu.
"Aku tidak apa-apa, tuan tidak perlu khawatir," ucapku.
"Baiklah," ucap tahanan itu.
"Kelihatannya tuan mengenal tuan Duke San Angela ya," ucapku.
"Tentu aku mengenalnya, lagipula dia yang membuat aku ditahan seperti ini," ucap tahanan itu.
"Sampai membuat tuan Duke melakukan hal seperti ini kepada tuan, memangnya siapa tuan sebenarnya ?," tanyaku.
"Aku hanyalah seorang mantan bangsawan bodoh yang dengan mudahnya terkena jebakan si brengsek itu," ucap tahanan itu.
"Mantan bangsawan ? Apa tuan adalah mantan bangsawan tingkat atas ? Jika memang begitu, maafkan aku karena tidak berbicara secara formal sebelumnya," ucapku.
"Tidak apa-apa. Lagipula aku saat ini hanyalah mantan bangsawan. Kamu tidak perlu berbicara secara formal. Ngomong-ngomong, Kamu sendiri siapa, nak ?," tanya tahanan itu.
"Aku hanyalah seorang murid biasa dari San Fulgen Akademiya," ucapku.
"San Fulgen Akademiya ya. Aku dengar tadi kamu telah membunuh putra James. Karena hal itulah yang membuat kamu ditahan seperti ini. Apa benar seperti itu, memangnya apa yang terjadi ?," tanya tahanan itu.
"Aku memang membunuh putra dari tuan Duke San Angela, tidak hanya itu, aku juga membunuh putra dari tuan Marquess Marcelo dan beberapa orang lainnya. Aku membunuh mereka karena pada awalnya mereka berniat untuk membunuhku. Seperti yang dikatakan oleh tuan Duke tadi, mereka berniat membunuhku untuk memudahkan rencana mereka untuk membunuh Yang Mulia Ratu dan seluruh keluarga San Lucia. Alasannya karena saat ini aku merupakan pasangan kekasih dari putri Duke San Lucia yaitu putri Irene dan mereka ingin memutus hubunganku dengan Irene secara paksa yaitu dengan membunuhku," ucapku.
"Putri Irene ? maksudmu si putri es ?," tanya tahanan itu.
Tahanan itu terlihat sedikit terkejut.
"Itu benar, tuan, kelihatannya tuan tahu tentang julukan Irene," ucapku.
"Sebelum aku ditahan di tempat ini, putri dari Duke San Lucia sudah mendapatkan julukan putri es, jadi aku tahu tentang itu. Terus kenapa mereka berniat untuk memutus hubunganmu dengan putri es secara paksa ?," ucap tahanan itu.
Aku lalu menjelaskan tentang rencana yang akan dilakukan mereka dari penjelasan yang dikatakan Enzo sebelumnya. Tahanan yang mendengar perkataanku pun terkejut.
"Sungguh gila, aku tidak menyangka mereka merencanakan hal ini," ucap tahanan itu.
"Iya, aku juga tidak menyangkanya. Tetapi ada suatu hal yang membuatku bingung dalam rencana itu. Aku mengerti mereka berniat untuk membunuh Yang Mulia Ratu agar bisa melengserkannya dari posisinya sebagai kepala pemerintahan di kerajaan ini. Dengan melengserkan Yang Mulia Ratu, mereka dapat memegang kendali penuh atas kerajaan ini. Namun aku tidak mengerti kenapa mereka berniat untuk membunuh seluruh keluarga San Lucia juga," ucapku.
"Sepertinya kamu tidak tahu tentang ini. Alasan kenapa mereka ingin membunuh seluruh keluarga San Lucia itu karena keluarga San Lucia memiliki kedekatan dengan keluarga kerajaan sejak dulu. Bisa dibilang, kedekatan antara keluarga mereka selayaknya seperti saudara. Dan juga, ada peraturan dari kerajaan ini yang menyatakan jika Yang Mulia Ratu terbunuh atau mendadak mengundurkan diri karena suatu masalah, maka yang menjadi kepala pemerintahan pengganti untuk kerajaan ini adalah keluarga San Lucia. Tapi keluarga San Lucia hanya berperan sebagai kepala pemerintahan pengganti sampai dilantiknya Ratu selanjutnya dari keluarga kerajaan. Anggota keluarga kerajaan yang mungkin akan menjadi Ratu selanjutnya apabila Yang Mulia Ratu Kayana mengundurkan diri adalah putri Chloe. Jadi keluarga San Lucia akan berperan sebagai kepala pemerintahan pengganti sampai putri Chloe siap dan bersedia dilantik menjadi Ratu yang baru," ucap tahanan itu.
"Tapi, bukankah masih ada Raja Albert yang bisa menggantikan Yang Mulia Ratu apabila Yang Mulia Ratu mengundurkan diri karena suatu masalah ?," tanyaku.
"Logikanya memang seharusnya seperti itu. Karena kerajaan ini dipimpin oleh seorang Ratu, seharusnya Raja lah yang menggantikannya jika Ratu mengundurkan diri karena suatu masalah. Tapi peraturan kerajaan sudah memutuskan seperti itu. Mungkin jika keluarga San Lucia berhalangan untuk menjadi kepala pemerintahan pengganti, maka Raja Albertlah yang akan menjadi kepala pemerintahan pengganti tersebut," ucap tahanan itu.
"Hmmm begitu ya," ucapku.
Kemudian aku memikirkan sesuatu setelah mendengar perkataan tahanan itu.
"Kenapa mereka hanya ingin membunuh Yang Mulia Ratu dan keluarga San Lucia saja ? Kenapa Raja Albert tidak menjadi target mereka ? Apa mungkin Raja Albert juga terlibat dengan semua ini ?," pikirku.
Saat aku sedang memikirkan itu, tiba-tiba tahanan itu mengajakku berbicara lagi.
"Padahal kamu besok akan menjalani sidang pengadilan yang mungkin akan membuatmu mendapatkan hukuman mati karena telah membunuh putra James, tapi kamu terlihat santai sekali ya," ucap tahanan itu.
"Yah daripada memikirkannya terus, lebih baik dibawa santai saja," ucapku.
"Hahaha, kamu anak yang menarik. Aku tahu kalau kamu punya rencana kan untuk sidang pengadilan besok ? Makanya kamu terlihat santai seperti ini," ucap tahanan itu.
"Kenapa tuan berpikiran seperti itu ?," tanyaku.
"Itu karena kamu terlihat yakin saat mengatakan kalau mungkin James lah yang akan mendapatkan hukuman mati di sidang pengadilan besok. Apakah itu berarti kamu akan membeberkan rencana pembunuhan yang dilakukan James di sidang pengadilan besok ?," tanya tahanan itu.
"Tidak, aku tidak akan melakukan itu karena aku tidak memiliki bukti yang kuat, tuan. Aku tidak memiliki rencana apapun untuk sidang pengadilan besok. Meski begitu, aku merasa kalau seseorang akan merencanakan sesuatu di sidang pengadilan besok," ucapku.
-
Sementara itu, di akademi.
Terlihat nona Karina sedang berjalan menuju gerbang akademi sambil membawa tas berukuran sedang di tangannya. Lalu, tiba-tiba nona Violetta berlari menghampiri nona Karina.
"Nona Karina," ucap nona Violetta dengan suara yang sedikit keras.
Nona Karina pun menoleh.
"Ada apa, Violetta ?," tanya nona Karina.
"Apa nona Karina sudah tahu tentang kabar menghebohkan hari ini ?," tanya nona Violetta.
"Tentu saja sudah. Karena kabar yang terbit hari ini sangat menghebohkan, aku yakin seluruh orang di kerajaan ini sudah tahu tentang itu. Jadi apa kamu datang kesini untuk membicarakan tentang kabar itu yang memberitakan soal Rid ?," tanya nona Karina.
"Iya. Aku yakin Rid sama sekali tidak bersalah, sepertinya ada suatu kesalahpahaman di surat kabar itu," ucap nona Violetta.
"Aku juga berpikir seperti itu," ucap nona Karina.
"Untuk itulah, Rid harus diselamatkan, nona," ucap nona Violetta.
"Kelihatannya kamu sangat khawatir dengan Rid ya. Apa kamu takut kalau kamu tidak bisa berlatih tanding lagi dengan Rid apabila Rid mendapatkan hukuman ?," tanya nona Karina.
"Iya, itu benar. Aku takut tidak bisa berlatih tanding lagi dengannya apabila dia mendapatkan hukuman," ucap nona Violetta.
"Kamu jujur sekali ya. Kamu tidak perlu khawatir tentang itu karena Rid tidak akan kenapa-kenapa. Aku bisa jamin soal itu," ucap nona Karina.
"Apa nona Karina akan menyelamatkan Rid ?," tanya nona Violetta.
"Iya. Untuk itulah sekarang aku akan pergi untuk menyelamatkannya," ucap nona Karina.
"Begitu ya, pantas saja nona Karina nampak bergegas untuk pergi. Maaf karena telah menghentikanmu, nona," ucap nona Violetta.
"Tidak apa-apa. Apa ada yang ingin kamu bicarakan lagi, Violetta ?," tanya nona Karina.
"Tidak ada, nona," ucap nona Violetta.
"Kalau begitu aku pergi dulu. Aku mungkin akan kembali ke akademi di hari Selasa," ucap nona Karina.
"Baik, nona," ucap nona Violetta.
"Pastikan untuk selalu menjaga akademi ini, Violetta. Karena besok atau lusa, mungkin seluruh kerajaan ini akan mengalami kekacauan yang hebat," ucap nona Karina sambil mengambil sesuatu dari saku pakaiannya.
Sesuatu yang di ambil oleh nona Karina itu merupakan batu kristal yang sama dengan yang diberikannya kepada Rid kemarin. Nona Karina pun menatap batu kristal itu dengan senyum di wajahnya.
"Sepertinya perubahan besar akan terjadi di kerajaan ini," ucap nona Karina.
-Bersambung