Chereads / Peace Hunter / Chapter 253 - Chapter 253 : Kabar Tentang Rid

Chapter 253 - Chapter 253 : Kabar Tentang Rid

Pukul 15.30, di gerbang Akademi.

Terlihat Charles dan senior Florian baru saja turun dari kereta kuda yang ditumpangi mereka. Mereka berdua baru saja kembali dari istana kerajaan untuk menemui Yang Mulia Ratu dan Yang Mulia Raja..

"Kelihatannya baru kami saja yang sampai di akademi. Yah itu masuk akal soalnya kami hanya pergi ke istana kerajaan yang jaraknya tidak begitu jauh dari akademi. Jadi perjalanan yang kami lakukan cukup singkat dibanding mereka yang pergi ke kediaman Duke ," pikir Charles.

Lalu Charles dan senior Florian pun menurunkan barang bawaan mereka dari kereta kuda itu. Mereka membawa banyak sekali barang yang sepertinya itu adalah oleh-oleh yang mereka beli di ibukota San Estella.

"Terima kasih karena telah menemaniku ke istana kerajaan, Charles," ucap senior Florian.

"Sama-sama, senior," ucap Charles.

"Setelah ini kamu boleh kembali ke asramamu, Charles. Aku ingin memberikan proposal yang sudah ditandatangani ini ke nona Karina terlebih dahulu," ucap senior Florian.

"Baiklah, senior. Tetapi bagaimana dengan barang bawaanmu ini, senior ? Bukankah lebih baik kamu menaruhnya di asramamu terlebih dahulu ?," tanya Charles.

"Aku akan menaruh barang-barang ini di gerbang akademi terlebih dahulu. Barang-barang ini tidak akan hilang karena ada prajurit yang menjaganya. Setelah memberikan proposal ini ke nona Karina, baru aku kembali kesini untuk membawa barang-barangku ke asrama," ucap senior Florian.

"Begitu ya. Baiklah, senior, kalau begitu aku pergi dulu," ucap Charles.

"Iya," ucap senior Florian.

Charles pun pergi menuju asramanya sambil membawa barang-barangnya. Lalu senior Florian pun mulai menaruh barang-barangnya di gerbang akademi.

"Prajurit, aku ingin menitip barang-barangku disini," ucap senior Florian.

"Baik, tuan muda Florian. Tetapi bukankah lebih baik untuk menaruhnya di asrama anda, tuan muda ? Kami akan membantu membawakannya apabila anda ingin membawanya," ucap salah satu dari prajurit yang menjaga gerbang akademi.

"Tidak perlu, nanti aku yang akan membawanya sendiri. Aku titip disini terlebih dahulu karena aku sedang ada urusan," ucap senior Florian.

"Baik, tuan muda," ucap senior Florian.

Setelah itu, senior Florian pun berjalan untuk menemui nona Karina. Namun saat senior Florian sedang berjalan, tiba-tiba ada sebuah cahaya terang menyinari saku pakaiannya. Lalu senior Florian mengambil sesuatu dari saku pakaiannya itu. Sesuatu yang bersinar terang dari saku pakaiannya itu ternyata adalah kristal komunikasi. Kristal komunikasi yang bersinar terang menandakan kalau ada panggilan dari kristal komunikasi itu. Senior Florian pun langsung membalas panggilan itu.

"Halo,"

"Ada perlu apa, ayahanda ?,"

"Apa ?!?!? Enzo telah tewas ?!?!," ucap senior Florian.

-

Disaat yang sama di kediaman Duke San Lucia.

Terlihat Irene dan senior Nadine tengah bersiap untuk menaiki kereta kuda yang akan mereka tumpangi untuk kembali ke akademi. Terlihat pula juga komandan Asier dan Duke Louis yang sedang mengantar kepergian mereka.

"Hati-hati di jalan, Irene, Nadine," ucap Duke Louis.

"Iya," ucap Irene.

"Irene, jika nantinya kamu berkesempatan untuk datang berkunjung kesini lagi, jangan lupa untuk membawa Rid bersamamu," ucap komandan Asier.

"Baik, kakak. Tetapi jika kesempatan itu tidak datang, kakak bisa menunggu saat kami berdua sudah menjadi murid tahun keempat. Karena ujian terakhir di tahun keempat akan diadakan disini, jadi pastinya Rid akan datang kesini," ucap Irene.

"Itu benar juga, tetapi bisa saja Rid tidak mengikuti ujian terakhir itu. Bagaimana jika dia mengambil ujian khusus yaitu melawan salah satu dari komandan prajurit San Fulgen seperti aku lalu dia berhasil menyelesaikan ujian khusus itu dan langsung lulus dari akademi," ucap komandan Asier.

"Hmmm benar juga. Jika Rid mengikuti ujian itu, aku yakin Rid bisa menyelesaikan ujian itu," ucap Irene.

"Kamu yakin sekali ya dengan pacarmu itu, padahal jika dia mengikuti ujian itu, dia harus melawan salah satu dari komandan prajurit San Fulgen. Melawan komandan prajurit itu sangat sulit bagi murid akademi," ucap komandan Asier.

"Itu karena aku telah memperhatikan Rid selama ini. Rid tidak pernah kalah saat bertarung dengan lawannya. Tidak hanya para murid, bahkan dia juga pernah bertarung dengan para penyerang yang menyerang akademi sebelumnya dan dalam pertarungannya itu dia selalu menang tanpa mengalami luka yang parah. Karena hal itu, aku tidak bisa membayangkan bagaimana Rid bisa kalah," ucap Irene.

"Kalau begitu, jika Rid mengikuti ujian khusus itu dan akulah yang terpilih untuk melawannya. Menurutmu, siapa yang akan menang ?," tanya komandan Asier.

"Bukan maksudku untuk meremehkanmu, kak, tapi aku yakin kalau Rid lah yang akan menang," ucap Irene.

"Hatiku jadi sakit mendengar adikku sendiri bicara seperti ini. Ya sudahlah, jika kamu seyakin itu kepada Rid, aku semakin yakin kalau Rid adalah orang yang bisa diandalkan dan cocok dengan dirimu. Titipkan salamku kepadanya ketika kamu bertemu dengan Rid," ucap komandan Asier.

"Baik," ucap Irene.

Lalu Irene dan senior Nadine mulai menaiki kereta kuda itu.

"Kalau begitu aku pamit dulu, kakak, ayahanda," ucap Irene.

"Iya, sampai jumpa, Irene," ucap Duke Louis dan komandan Asier.

"Kakak Asier, tuan Duke, saya juga pamit," ucap senior Nadine.

"Iya, sampai jumpa, Nadine," ucap Duke Louis dan komandan Asier.

Kereta kuda itu mulai bergerak secara perlahan. Lalu kereta kuda itu pun bergerak keluar dari kediaman Duke San Lucia. Sementara itu, komandan Asier dan Duke Louis terus melihat ke arah kereta kuda yang terus melaju menjauh dari kediaman Duke.

"Irene sepertinya telah berubah ya," ucap Duke Louis.

"Iya. Setelah mengalami suatu kejadian di masa kecilnya yang dimanfaatkan oleh para bangsawan yang lain dan juga setelah ibunda mengalami kondisi seperti ini, Irene cenderung bersikap dingin dengan orang yang ada di sekitarnya. Tetapi, kelihatannya saat ini dia telah berubah. Yah meskipun wajahnya masih suka memasang ekspresi yang dingin, tetapi aku tahu kalau sikapnya tidak sedingin dulu. Mungkin dia telah berubah semenjak bertemu dengan Rid. Sepertinya kita harus berterima kasih kepada Rid jika kita bertemu dengannya lagi," ucap komandan Asier.

"Iya, kamu benar, Asier. Nah sekarang ayo kita masuk ke dalam, lagipula kereta kuda yang ditumpangi mereka juga sudah menjauh," ucap Duke Louis.

"Baik, ayahanda," ucap komandan Asier.

Saat komandan Asier bersiap untuk kembali ke dalam kediaman, tiba-tiba sebuah sinar terang muncul di saku pakaiannya. Sinar terang itu berasal dari kristal komunikasi yang menerima panggilan dari seseorang. Komandan Asier pun mengambil kristal itu dari sakunya dan langsung menjawab panggilan itu.

"Halo,"

"Iya, ada apa ?,"

"Hmm Rid ? Ah benar juga, aku mendengar kabar kalau dia saat ini sedang pergi ke kota San Angela untuk mengantar sebuah proposal. Apa kamu bertemu dengannya, Sara ?,"

"Apa kamu bilang ?!?! Kamu sedang tidak bercanda kan ?!?!," ucap komandan Asier saat menjawab panggilan itu.

Duke Louis yang mendengar komandan Asier sedang dihubungi seseorang pun penasaran dengan apa yang dibicarkan komandan Asier dengan orang itu.

"Ada apa, Asier ? Aku dengar kamu tadi membicarakan tentang Rid ?," tanya Duke Louis.

"Iya, ayah. Aku memang sedang membicarakan tentang Rid dengan wakilku. Ada sesuatu yang terjadi dengan Rid," ucap komandan Asier.

"Sesuatu yang terjadi dengan Rid ? Apa itu ? Apa yang terjadi dengan, Rid ?," tanya komandan Asier.

"Aku mendapatkan kabar kalau Rid sedang ditahan karena telah membunuh putra dari Duke San Angela," ucap komandan Asier.

"Apa ?!?!," ucap Duke Louis yang terkejut.

-

Malam harinya, sekitar pukul 8 malam di gerbang akademi.

Terlihat ada 3 kereta kuda yang baru saja tiba di gerbang akademi. Kereta kuda itu pun mulai menurunkan penumpangnya masing-masing.

"Irene!," ucap Chloe yang baru saja turun dari kereta kudanya.

Begitu dia melihat Irene dia langsung menyapanya.

"Chloe ?," ucap Irene.

"Kebetulan sekali kita sampai berbarengan ya," ucap Chloe yang langsung menghampiri Irene.

"Iya. Bagaimana dengan perjalananmu ? Apakah ada masalah ?," tanya Irene.

"Tidak ada masalah apa-apa. Bagaimana denganmu ?," tanya Chloe.

"Aku juga sama," ucap Irene.

"Begitu ya. Kita sudahi dulu obrolan kita kali ini, aku mau menurunkan barang bawaanku terlebih dahulu," ucap Chloe.

"Baiklah, aku juga sama," ucap Irene.

Lalu Irene dan Chloe mulai menurunkan barang bawaan mereka masing-masing dari kereta kuda. Setelah menurunkan barang bawaan mereka, mereka berdua pun mulai berjalan untuk kembali ke asrama. Tetapi, saat mereka hendak berjalan kembali ke asrama, ada seseorang yang memanggil mereka.

"Halo Chloe, Irene, kebetulan sekali ya kita tiba berbarengan," ucap senior Vanina.

Irene dan Chloe pun menoleh ke belakang.

"Senior Vanina ? Jadi kereta kuda yang satunya lagi ditumpangi oleh kamu dan putri Amelia ya, senior. Dan apa-apaan barang bawaan yang kamu bawa itu ?," tanya Chloe.

Chloe melihat senior Vanina sedang membawa barang yang sangat banyak. Barang-barang itu bahkan sudah bisa untuk dibawa menggunakan kedua tangan senior Vanina.

"Yah kebetulan ada banyak barang menarik yang ingin aku beli di kota San Quentine, jadi barang-barang ini merupakan barang yang sudah berhasil ku beli. Ada juga oleh-oleh untuk kalian loh," ucap senior Vanina.

"Begitu ya, kelihatannya senior Vanina benar-benar menikmati perjalanan kali ini," ucap Chloe.

-

Di asrama murid akademi.

Terlihat Chloe yang sudah mau masuk ke dalam asramanya, sedangkan Irene masih berada di depan pintu asramanya.

"Kalau begitu aku masuk ke asramaku duluan ya, Irene. Selamat malam," ucap Chloe.

"Iya, selamat malam juga, Chloe," ucap Irene.

Lalu Chloe pun masuk ke dalam asramanya, sementara Irene masih berdiri di depan pintu asramanya. Kemudian, Irene pun melihat ke asrama Rid.

"Kelihatannya Rid belum pulang, aku juga tidak merasakan auranya di dalam. Mungkin dia telat untuk pulang karena sedang jalan-jalan di kota San Angela terlebih dahulu," pikir Irene.

Lalu Irene pun berniat untuk masuk ke dalam asramanya. Saat dia hendak membuka kunci pintu asramanya, tiba-tiba dia mendengar suara seseorang yang memanggilnya.

"Irene!," ucap suara itu.

Irene tahu kalau suara itu berasal dari luar asrama karena tidak ada satu orang pun di lorong asrama tempat dia berdiri saat ini. Irene pun langsung melihat ke luar asrama dan Irene melihat ada senior Nadine yang sedang berdiri di bawah tepatnya di halaman asrama. Kemudian Irene pun membalas panggilan yang dilakukan oleh senior Nadine.

"Ada apa, Nadine ?," tanya Irene.

"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu, bisakah kamu turun ke sini ?," tanya senior Nadine.

"Baiklah," ucap Irene.

Kemudian, Irene pun langsung turun untuk menemui senior Nadine. Tidak berselang lama, Irene pun berhasil menemui senior Nadine dan kali ini mereka berdua sedang bertatapan muka.

"Ada apa, Nadine ?," tanya Irene.

"Aku baru saja mendapatkan kabar dari tuan Duke Louis. Sebelumnya aku tidak membawa kristal komunikasi saat pergi ke San Lucia karena kristal komunikasinya kutinggalkan di asramaku, jadi aku baru mendapatkan kabar ini saat aku kembali ke asramaku. Tuan Duke Louis memberikan kabar tentang Rid," ucap senior Nadine.

"Kabar tentang Rid ? Tunggu, kenapa ayahandaku tiba-tiba memberikan kabar tentang Rid ? Apa Rid datang ke San Lucia ?," tanya Irene.

"Bukan, tuan Duke Louis mendapatkan kabar ini dari kakak Asier dan kakak Asier mendapatkan kabar ini dari wakil komandan pasukannya yang berpatroli di wilayah San Angela. Duke Louis memberitahuku kalau ada sesuatu yang terjadi dengan Rid saat Rid sedang menuju kota San Angela," ucap senior Nadine.

"Ada sesuatu yang terjadi dengan Rid ? Katakan padaku, Nadine, apa yang terjadi dengan Rid ?," tanya Irene.

-

Keesokan harinya.

Seluruh wilayah kerajaan San Fulgen dihebohkan dengan beredarnya surat kabar yang diterbitkan oleh 'Diganta'. Surat kabar itu memuat berita tentang 'Insiden Pembunuhan Putra Duke San Angela' dan 'Insiden Pembantaian di Hutan Hevea'. Kedua berita yang dimuat oleh surat kabar itu membuat heboh semua orang yang membacanya. Terlebih karena pelaku yang terlibat dalam kedua insiden itu merupakan seorang yang dijuluki 'pahlawan' dalam insiden penyerangan akademi beberapa waktu lalu, yaitu Rid Archie. Surat kabar itu juga menjelaskan kalau Rid Archie saat ini tengah ditahan di penjara terbesar dan terketat di kerajaan San Fulgen yang berada di ibukota San Estella, yaitu penjara San Sabaneta karena insiden itu. Rid Archie akan ditahan di tempat itu sampai sidang pengadilan kerajaan memutuskan hukuman apa yang pantas diterimanya. Sidang pengadilan itu akan dilaksanakan keesokan harinya yaitu di hari Senin. Meski begitu, dengan kejahatan yang dia lakukan, terlebih sampai membunuh putra seorang Duke yang merupakan bangsawan tingkat atas, hukuman yang akan diterima oleh Rid Archie sudah dapat diprediksi. Hukuman yang akan Rid Archie terima nantinya kemungkinan besar adalah hukuman mati.

-Bersambung