Disaat yang sama, di area luar hutan Hevea.
Terlihat ada banyak orang yang berkumpul di luar hutan Hevea. Kemudian, datang seorang perempuan yang mengenakan jubah panjang dengan ditemani oleh beberapa prajurit yang mengenakan seragam dengan lambang serigala kecil yang terpasang di seragam mereka. Mereka merupakan prajurit dari pasukan 'Frost Wolf'. Perempuan yang berada di depan para prajurit itu merupakan wakil Komandan 'Frost Wolf', Sara Veldavana.
"Apa yang terjadi di hutan ini dan kenapa ada sebuah sangkar besar yang terbuat dari listrik yang berada di hutan itu ?," tanya wakil komandan Sara sambil melihat ke arah hutan Hevea.
Wakil komandan Sara lalu berjalan menghampiri seseorang yang dikenalnya yang berada di kerumunan orang itu.
"Komandan Luka, kenapa anda bisa ada disini ?," tanya wakil komandan Sara ke seseorang yang berada di depannya.
Orang yang berada di hadapan wakil komandan Sara adalah Luka Saric. Dia merupakan komandan prajurit Duke San Angela.
"Kamu sendiri kenapa ada disini, wakil komandan ?," tanya komandan Luka.
"Justru saya datang kesini karena saya sedang berpatroli dan menjaga keamanan wilayah San Angela yang merupakan wilayah penjagaan pasukan kami. Saya melihat ada yang aneh dengan hutan itu, maka dari itu saya datang kesini. Sedangkan anda sendiri kenapa berada disini padahal anda merupakan seorang komandan prajurit Duke, bukankah anda seharusnya menjaga tuan Duke saat ini di kediamannya ?," tanya wakil komandan Sara.
"Aku kesini karena sedang mengawasi para prajuritku yang sedang membasmi para monster dan hewan liar yang berada di hutan itu. Apakah kamu lihat sangkar besar yang terbuat dari sihir listrik itu ? Sangkar itu merupakan sangkar yang dibuat oleh prajuritku agar hewan liar dan monster yang ingin kami basmi tidak kabur ke luar hutan," ucap komandan Luka.
"Hewan liar dan monster ? Jika memang begitu, seharusnya anda menghubungi kami untuk melakukan pembasmian di hutan itu karena tugas itu merupakan tugas kami," ucap wakil komandan Sara.
"Apa kamu tahu kenapa kami melakukan pembasmian ini ? Itu karena ada kenalan tuan Duke yang diserang oleh monster ketika melewati hutan ini. Setelah mendengar kalau kenalannya diserang oleh monster, beliau langsung memberi perintah pada para prajuritnya untuk membasmi monster-monster itu," ucap komandan Luka.
"Ada seseorang yang diserang oleh monster ketika melewati hutan ini dan itu merupakan kenalan dari tuan Duke ? Saya tidak pernah mendengar tentang hal itu. Dan juga, kenapa tuan Duke lebih memilih untuk memberi perintah kepada kalian dibandingkan kami ?," tanya wakil komandan Sara.
"Entahlah, mungkin beliau tidak mempercayai kalian. Apalagi beliau sangat membenci komandan kalian itu. Ah ngomong-ngomong, dimana komandan kalian itu ? Aku tidak melihatnya," ucap komandan Luka.
"Komandan Asier sedang mengambil libur hari ini, jadi dia tidak bertugas untuk hari ini," ucap wakil komandan Sara.
"Nah lihat, komandan kalian saja selalu mengambil libur. Itulah alasan tuan Duke tidak mempercayai pasukan kalian, komandan kalian itu tidak bisa diandalkan," ucap komandan Luka.
"Beraninya kau," ucap para prajurit yang berada di belakang wakil komandan Sara.
Mereka berniat untuk menyerang komandan Luka tetapi wakil komandan Sara menghentikan mereka dengan menghalau mereka menggunakan tangannya.
"Hentikan," ucap wakil komandan Sara.
"Tapi dia sudah menjelekkan komandan, wakil komandan," ucap salah satu prajurit itu.
"Jika kita menyerang, itu akan membuat permusuhan antara 'Frost Wolf' dengan prajurit Duke San Angela. Kita tidak boleh melakukan itu," ucap wakil komandan Sara.
"Baiklah, wakil komandan," ucap prajurit itu.
"Sepertinya kalian sudah tenang. Pokoknya, jangan mengganggu apa yang sedang kami kerjakan saat ini," ucap komandan Luka.
"Baiklah, komandan. Tetapi, saya harap pembasmian itu berlangsung dengan cepat karena seperti yang anda tahu kalau hutan itu merupakan akses menuju kota San Angela. Dengan adanya pembasmian di hutan itu, apalagi dengan adanya sangkar yang besar itu, perjalanan menuju dan keluar dari kota San Angela menjadi terganggu. Bisa anda lihat ada beberapa kereta kuda yang terhenti di depan jalan masuk menuju hutan itu karena adanya sangkar besar itu," ucap wakil komandan Sara.
"Aku juga tahu tentang hal itu. Kamu tenang saja karena pembasmian ini tidak akan berlangsung lama," ucap komandan Luka.
Setelah komandan Luka mengatakan itu, wakil komandan Sara lalu melihat ke arah hutan itu. Dia pun terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Meskipun begitu, aku masih merasa aneh dengan semua ini. Jika komandan yang ada di posisiku saat ini, kira-kira apa yang akan dia lakukan ?," pikir wakil komandan Sara.
-
Kembali ke hutan Hevea, di tempat Rid dan Enzo berada.
"Sekarang waktunya bagiku untuk menginterogasimu, Enzo," ucapku.
Enzo yang sedang terduduk pun melihatku dengan wajah cemas.
"Menginterogasiku ? Kamu tidak akan mendapatkan jawaban apapun karena aku tidak akan menjawab semua pertanyaan yang kamu tanyakan," ucap Enzo.
"Begitu ya. Apa kamu yakin berbicara seperti itu di posisimu saat ini ?," tanyaku.
Aku langsung menusuk kaki kanan Enzo dengan pedangku sampai menembus ke tanah, sama seperti yang aku lakukan kepada Javier.
"Arrrrghhhhhh,"
Enzo pun berteriak kesakitan sambil memegang kakinya itu. Dia berusaha mencabut pedang yang menusuk kakinya itu dengan tangan kirinya tetapi aku langsung menembakkan sihir es ke tangan kirinya itu hingga berlubang. Enzo pun berteriak kembali. Karena lengan kanannya telah putus, dia tidak bisa memegangi tangan kirinya itu dengan tangan kanannya.
"Katakan padaku, Enzo, siapa yang menyuruhmu untuk membunuhku dan apa alasannya ?," tanyaku.
"Aku....tidak akan....menjawabnya," ucap Enzo.
Lalu aku menembakkan sihir es lagi dan kali ini aku arahkan ke pundaknya sampai berlubang.
"Arrrrggggghhhhhh,"
Enzo kembali berteriak sambil memegangi pundaknya itu dengan tangan kirinya. Darah pun mengalir deras dari luka-luka yang aku buat itu.
"Aku tidak bisa membaca pikiran Enzo saat ini, sepertinya dia menggunakan suatu alat sihir untuk mencegah agar pikirannya tidak bisa dibaca. Tetapi aku tidak tahu dimana dia menaruh alat itu. Oleh karena itu, satu-satunya cara agar aku bisa mengetahui jawabannya adalah dengan mendengar dari mulutnya secara langsung," pikirku.
"Apa kamu yakin untuk terus tidak menjawab pertanyaanku, Enzo ? Jika kamu tidak menjawab lagi, mungkin aku tidak hanya melubangi tubuhmu, melainkan aku juga akan memotong anggota tubuhmu seperti tangan kananmu itu," ucapku.
"Aku tetap tidak akan memberitahumu, Rid!," ucap Enzo.
Setelah mengatakan itu, aku langsung memegang pedangku yang menusuk kaki kanan Enzo. Aku lalu menggerakkan pedangku dan membuat kaki kanan Enzo langsung terputus saat sedang tertusuk.
"Arrrrghhhhhh,"
Enzo pun berteriak kembali dan saat ini dia berteriak dengan sangat kencang. Karena kaki kanannya telah tertusuk, aku pun mencabut pedangku kembali dan kali ini aku menusuk pedangku ke kaki kiri Enzo sampai menembus tanah. Enzo pun berteriak kembali saat aku menusuk pedangku ke kaki kirinya.
"Kamu kira ancamanku ini main-main ya, Enzo ? Cepat katakan siapa yang menyuruhmu untuk membunuhku dan apa alasannya, jika tidak, kali ini kaki kirimu yang akan aku potong," ucapku.
Mendengar itu, Enzo langsung menoleh ke arahku dengan wajah yang sangat ketakutan. Kondisi Enzo saat ini sangat memprihatinkan apalagi setelah kehilangan lengan kanan dan kaki kanannya.
"B-baiklah, b-baiklah, aku akan memberitahumu. Jadi jangan lakukan hal ini lagi. D-dan kalau bisa, t-tolong jangan bunuh aku, Rid," ucap Enzo.
"Baiklah, asalkan kamu menjawab pertanyaanku," ucapku.
Enzo pun terdiam sejenak, lalu dia pun mulai berbicara.
"O-orang yang menyuruhku untuk membunuhmu adalah senior Florian. Tidak hanya senior Florian, ayahandaku yang merupakan Duke San Angela juga menghubungiku lalu menyuruhku untuk membunuhmu. Orang-orang yang mencegat dan menyerangmu tadi juga diperintah dari orang yang sama,"
"U-untuk alasannya, aku pernah diberitahu oleh ayahandaku. Beliau ingin membunuhmu karena saat ini kamu sedang menjalin hubungan dengan Irene yang merupakan putri dari Duke San Lucia. A-aku tidak tahu kamu sudah tahu tentang ini atau belum, tetapi sebelum menjalin hubungan denganmu, Irene merupakan salah satu peserta suatu acara yang dibuat oleh Yang Mulia Raja untuk menentukan siapa yang akan menjadi pasangan pangeran Charles. Acara itu dinamakan ~Matchmaking Battle~. Para peserta di ~Matchmaking Battle~ akan saling bertarung entah itu dalam kekuatan ataupun pengetahuan, dan pemenang dari acara itu akan menjadi pasangan yang akan menikahi pangeran Charles. Syarat untuk menjadi peserta di acara ini adalah seorang perempuan yang merupakan seorang putri Duke dan belum mempunyai pasangan. Syarat itu dimiliki oleh Irene dan juga putri Amelia yang membuat mereka terpilih menjadi peserta acara itu. Tetapi, setelah Irene menjadi pasanganmu, Irene telah dinyatakan batal untuk menjadi peserta itu karena tidak memenuhi syarat yang membuat putri Amelia menjadi peserta tunggal acara itu. Itu berarti putri Amelia lah yang akan menjadi pasangan Charles nanti,"
"T-tetapi, ayahandaku tidak terima akan hal itu. Beliau ingin agar Irene tetap mengikuti ~Matchmaking Battle~. Maka dari itu beliau ingin membunuhmu agar Irene bisa kembali menjadi peserta ~Matchmaking Battle~. Ada alasannya kenapa beliau ingin agar Irene tetap mengikuti ~Matchmaking Battle~. ~Matchmaking Battle~ adalah acara yang sangat penting bagi kaum bangsawan karena acara itu berhubungan dengan pangeran Charles, jadi semua bangsawan terutama bangsawan tingkat atas pasti mendatangi acara itu salah satunya adalah keluarga kerajaan yang merupakan keluarga pangeran Charles dan keluarga dari keempat Duke. Keluarga San Lucia yang biasanya tidak hadir dalam acara semacam ini tentu saja akan hadir juga jika Irene menjadi peserta acara itu. Ayahandaku mengincar momen dimana keluarga San Lucia dan Yang Mulia Ratu datang bersamaan ke acara ini. I-itu karena beliau ingin membunuh seluruh keluarga San Lucia dan juga Yang Mulia Ratu secara bersamaan di acara itu," ucap Enzo.
Aku yang mendengar perkataan Enzo pun terkejut.
"Membunuh seluruh keluarga San Lucia dan juga Yang Mulia Ratu ?," tanyaku.
"A-aku sendiri pun terkejut ketika ayahandaku berkata seperti itu. A-aku tidak tahu kenapa beliau ingin membunuh seluruh keluarga San Lucia dan Yang Mulia Ratu, tetapi yang jelas menurutku membunuh mereka semua sekaligus di satu tempat yang sama adalah hal yang sangat sulit. Tapi beliau bilang untuk itulah kami para 'subjek' dibuat, kami dibuat untuk menjadi petarung yang akan melawan mereka. Mungkin tadi kamu sudah melawan dan membunuh beberapa 'subjek', tetapi bukan hanya itu saja 'subjek' yang dimiliki oleh kami. Masih banyak 'subjek' lainnya yang sedang dipersiapkan untuk rencana itu. Selain itu, bukan hanya ayahandaku yaitu Duke San Angela saja yang terlibat dalam rencana ini. Duke San Minerva juga terlibat, dan juga orang yang membuat para 'subjek' ini yaitu-," ucap Enzo.
Tetapi sebelum Enzo sempat menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba Enzo memuntahkan banyak darah dari mulutnya. Aku pun terkejut melihat itu.
"Sama seperti Javier, Enzo juga memuntahkan darah ketika hendak menyebutkan nama seseorang. Siapa sebenarnya nama orang yang hendak dia sebutkan itu ?," pikirku.
Setelah memuntahkan darah itu, Enzo pun memegangi lehernya.
"Ughhhh, a-apa yang terjadi ? Kenapa aku memuntahkan darah setelah membicarakan tentang-," ucap Enzo.
Dan lagi, Enzo kembali memuntahkan banyak darah dari mulutnya sebelum menyelesaikan perkataannya.
"Sepertinya orang yang hendak dikatakan oleh Enzo adalah orang yang sama dengan orang yang menyuruh Javier. Kelihatannya orang itu sangat waspada sekali karena orang itu membuat Javier dan Enzo memuntahkan darah setiap mereka hendak menyebut namanya. Sepertinya percuma saja mencoba mendapatkan nama orang yang hendak disebutkan oleh Enzo. Lagipula selain orang itu, aku sudah tahu siapa yang berniat untuk membunuhku," pikirku.
Enzo kembali memegangi lehernya dengan tangan kirinya. Dia terlihat sudah sangat lemas karena kehilangan banyak darah.
"Sudah cukup, Enzo. Aku sudah mendapatkan jawaban dari pertanyaanku," ucapku.
"Haaaahhh.....haaaahhhh....baiklah," ucap Enzo yang terengah-engah.
"Sekarang saatnya untuk mengakhiri ini," ucapku.
Kemudian, aku mencabut pedangku yang menusuk kaki kiri Enzo. Enzo pun berteriak kesakitan setelah aku cabut pedang itu.
Lalu aku memegang pedangku dengan pose seperti mau menebas sesuatu. Enzo yang melihatku sedang melakukan itu pun terkejut dengan wajah cemas.
"A-apa yang sedang kamu lakukan, Rid ?," tanya Enzo.
"Aku sedang bersiap untuk membunuhmu, Enzo," ucapku.
"M-membunuhku ? B-bukankah aku sudah bilang kalau jangan membunuhku apabila aku berhasil menjawab pertanyaanmu ?," tanya Enzo.
"Aku terkejut kamu mempercayai kata-kata itu, Enzo. Apa menurutmu aku akan membiarkanmu tetap hidup setelah apa yang terjadi barusan ? Aku sudah bilang sebelumnya kalau aku akan menghabisi kalian semua yang menyerangku," ucapku.
"K-kita ini teman di akademi kan, Rid ? K-kita selalu bersama saat pertama kali masuk ke akademi. A-apa kamu tega untuk membunuh temanmu sendiri ?," tanya Enzo.
"Kenapa kamu membawa tentang 'teman' saat ini ? Kamu saja tadi berusaha untuk membunuhku. Mungkin itu benar kalau kita merupakan teman di akademi, tetapi sekarang coba kita balik posisi kita saat ini. Aku akan menjadi orang yang memohon untuk tidak dibunuh dan kamu menjadi orang yang akan membunuh. Jika aku berkata hal yang sama sepertimu tadi, apa menurutmu kamu akan berhenti untuk membunuhku ? Jawabannya tentu 'tidak' kan ? Kamu akan tetap membunuhku meski aku adalah temanmu, maka dari itu aku akan melakukan hal yang sama," tanyaku.
Enzo pun terdiam mendengar kata-kataku. Wajahnya semakin pucat. Aku pun bersiap untuk membunuh Enzo, tetapi saat aku bersiap untuk menebasnya, Enzo lagi-lagi mulai berbicara lagi.
"A-aku sarankan kamu jangan membunuhku, Rid. Jika kamu melakukan itu, kamu akan diincar oleh ayahandaku. Ayahandaku pasti akan mengerahkan seluruh kekuatan untuk memburumu. Tidak hanya beliau saja, Duke San Minerva dan-," ucap Enzo.
Enzo kembali memuntahkan banyak darah saat hendak menyebut nama seseorang. Tetapi tidak lama kemudian, Enzo mulai berbicara kembali.
"Haaahhh....haaaahhh....mereka semua pasti akan memburumu jika kau membunuhku, Rid," ucap Enzo.
Mendengar perkataan Enzo, aku secara perlahan mulai memejamkan mataku.
"Lalu kenapa ?," tanyaku sambil memejamkan mata.
Setelah itu, aku pun mulai membuka mataku kembali secara perlahan. Enzo pun melihat ke arahku. Enzo sangat terkejut dan wajahnya nampak sangat pucat.
"Apa menurutmu aku takut dengan mereka ? Tidak peduli mereka itu bangsawan, para Duke ataupun pemimpin kerajaan ini, jika mereka berniat untuk mencelakaiku ataupun mencelakai orang-orang terdekatku, aku tidak akan segan-segan kepada mereka. Aku akan membunuh mereka semua," ucapku.
Enzo terus melihat ke arahku dengan wajah terkejutnya itu. Tidak hanya itu, seluruh tubuhnya pun mulai gemetar. Aku sesaat melihat ke arah Enzo, kemudian aku langsung bersiap untuk menebasnya.
"Selamat tinggal, Enzo," ucapku.
Kemudian aku langsung mengayunkan pedangku ke arah Enzo. Sebelum pedangku mengenai Enzo, Enzo sempat mengatakan sesuatu kepadaku.
"M-mata itu...k-kau.....j-jangan-jangan-," ucap Enzo.
Tetapi Enzo tidak sempat menyelesaikan perkataannya karena pedangku langsung memotong lehernya saat itu.
-Bersambung