Setelah shock melihat lengannya yang terputus, Javier langsung berteriak kesakitan.
"Arrrgggghhhh,"
Javier berteriak sambil memegang lengannya yang telah terputus itu. Setelah menebas lengan Javier, aku secara perlahan berjalan ke arah Javier sambil tetap memegang pedangku. Api masih berkobar dengan dahsyat di sekitar tempat ini. Tanah yang kupijaki pun juga terbakar yang membuat kakiku juga ikut terbakar. Tetapi setiap kakiku terbakar oleh api itu, aku langsung menyembuhkannya dengan sihir penyembuhan. Tidak hanya kakiku saja, setiap bagian tubuhku yang mulai terbakar langsung aku sembuhkan dengan sihir penyembuhan.
Saat aku berjalan perlahan ke arah Javier, aku melihat potongan tubuh dari para 'subjek' yang sedang terbakar di tanah. Beberapa potongan tubuh itu ada yang sudah hangus terbakar oleh api yang berasal dari sihir area milik Javier. Lalu, Javier yang sebelumnya sedang merintih kesakitan sambil memegang lengannya yang terputus pun menyadari kalau aku sedang berjalan ke arahnya. Dia pun menoleh ke arahku dengan wajah yang pucat.
"M-mau apa kau ??? J-jangan mendekat!," ucap Javier.
Javier terlihat panik dan berusaha menjauh dariku tapi aku dengan cepat menghampirinya dan menusuk kakinya dengan pedangku agar dia tidak melarikan diri.
"Arrrrrrggggghhhh," teriak Javier yang kesakitan.
Pedang itu menusuk kakinya hingga menembus ke dalam tanah lalu aku membiarkan pedangnya tetap menusuk kakinya itu.
"Biasanya kamu merupakan orang yang sangat sombong dan arogan ketika berhadapan denganku. Tadi saja kamu dengan arogan berusaha membunuhku. Tapi coba lihat sekarang, kenapa wajahmu menjadi pucat seperti itu ?," tanyaku.
Javier tidak berkata apa-apa kepadaku dan hanya melihatku saja dengan wajah pucat.
"Aku sebenarnya berniat untuk bertanya kepada Enzo tentang rencana pembunuhan terhadapku, tetapi sepertinya tidak ada salahnya juga apabila aku menanyakan tentang ini kepada Javier," pikirku.
"Javier, ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu. Tetapi sebelum itu, aku harus mengubah tempat ini terlebih dahulu karena aku merasa tidak nyaman berlama-lama di tempat ini," ucapku.
Kemudian aku langsung menghentakkan kakiku ke tanah.
~Ice Magic : Full Frost~
Setelah menghentakkan kakiku ke tanah, dalam sekejap area di sekitarku yang sebelumnya terbakar oleh api langsung membeku. Pepohonan, tanah, batu, bahkan api pun juga ikut membeku. Begitupun juga dengan potongan tubuh para 'subjek' yang sebelumnya terbakar tadi. Javier yang melihat itu pun langsung terkejut dengan wajah yang semakin pucat.
"A-apa-apaan ini ? B-bagaimana bisa kamu membekukan seluruh area yang sedang terbakar ini ?," tanya Javier yang terkejut.
"Kelihatannya kamu tidak tahu ya kalau suatu sihir yang normalnya merupakan kelemahan dari sihir tertentu bisa melawan balik sihir itu. Seperti yang terjadi saat ini, normalnya sihir es akan mencair apabila terkena sihir api tetapi kenapa sihir area apimu bisa membeku oleh sihir area esku ? Jawabannya mudah, karena sihir area es yang kugunakan saat ini lebih kuat dari sihir area apimu itu Sihir yang lebih kuat bisa melawan sihir yang merupakan kelemahannya. Jadi sihir area apimu bisa menghilang dan membeku karena terkena sihir esku. Yah wajar jika kamu tidak mengetahui tentang ini, kamu kan bukan murid akademi jadi kamu tidak pernah mempelajari tentang hal ini. Meskipun sebenarnya kamu bisa mempelajari tentang hal ini di rumah tetapi sepertinya kamu tidak tertarik untuk mempelajari hal ini dan hanya fokus untuk meningkatkan kekuatanmu untuk membalas dendam kepadaku," ucapku.
Javier pun terdiam ketika aku berkata seperti itu. Wajahnya masih terlihat pucat dan dia juga masih meringis kesakitan akibat pedangku yang masih menusuk di kakinya. Aku saat ini berdiri di hadapannya yang sedang terduduk dengan kaki tertusuk pedang.
"Karena aku sudah mengubah tempat ini, seperti yang aku bilang sebelumnya kalau ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu. Siapa yang menyuruhmu dan orang-orang itu untuk membunuhku dan apa alasannya ?," tanyaku kepada Javier.
Javier terdiam sebentar dengan wajah pucatnya. Beberapa saat terdiam, dia pun mulai menjawab pertanyaanku.
"A-aku tidak tahu," ucap Javier.
Mendengar itu, aku langsung menembakkan sebuah sihir es dari jari tanganku ke arah pundak Javier. Tembakan sihir itu pun langsung menembus pundaknya dan membuat pundaknya berlubang.
"Arrrrrrggggghhhh," teriak Javier yang kesakitan.
Javier pun langsung memegangi pundaknya yang mulai mengeluarkan darah yang cukup banyak itu.
"Aku sebelumnya tidak pernah menginterogasi seseorang, jadi ini adalah pertama kalinya bagiku. Jadi aku minta maaf apabila terlalu berlebihan," ucapku.
Javier terus memegangi pundaknya sambil melihat ke arahku.
"Katakan siapa yang menyuruhmu dan orang-orang itu untuk membunuhku dan apa alasannya. Aku tahu kalau kamu mengetahui tentang itu, apalagi kamu merupakan putra dari seorang Marquess. Jika kamu tidak menjawabnya, sepertinya kamu ingin aku melubangi beberapa bagian tubuhmu lagi," ucapku.
"A-aku tidak tahu," ucap Javier lagi.
Aku langsung menembakkan kembali sebuah sihir es. Kali ini aku menembakkan sihir es ke paha kanannya yang membuat pahanya itu langsung berlubang. Javier pun berteriak kesakitan sambil memegang pahanya itu.
"Aku tahu kalau dia berbohong karena aku bisa membaca pikirannya saat ini. Dia memang tidak tahu tentang alasan pembunuhanku tetapi dia tahu tentang seseorang yang menyuruh mereka untuk membunuhku. Tetapi anehnya, nama orang itu tidak bisa kubaca dipikirannya, rasanya sepertinya nama orang itu terblokir agar aku tidak bisa mengetahuinya. Memang terkadang aku tidak bisa membaca pikiran seseorang, tetapi ini pertama kalinya aku mengalami sesuatu seperti ini. Untuk itulah, karena aku tidak bisa mengetahui namanya di pikirannya, aku berniat untuk membuatnya mengatakan secara langsung melalui mulutnya," pikirku.
Aku bersiap untuk menembakkan sebuah sihir ke arah Javier lagi.
"Aku tahu kamu tahu sesuatu, Javier. Jawablah pertanyaanku dan aku tidak akan melubangi tubuhmu lagi. Setelah itu, mungkin aku juga akan membiarkanmu pergi dari sini hidup-hidup," ucapku.
Javier yang sedang memegangi pahanya dengan wajah pucat langsung menoleh ke arahku. Wajahnya terlihat sedikit mulai cerah. Javier terlihat seperti sedang melihat secerca harapan.
"B-benarkah itu ?," tanya Javier.
"Iya. Jadi jawablah pertanyaanku," ucapku.
"B-baiklah. S-sebenarnya aku tidak tahu alasan kenapa aku dan orang-orang itu disuruh untuk membunuhmu, a-aku berkata jujur tentang ini. Aku dan orang-orang itu hanya disuruh untuk membantu tuan muda Enzo untuk membunuhmu tanpa diberitahu alasannya. T-tentu aku memutuskan untuk ikut karena pada awalnya aku memang ingin membalas dendam dan membunuhmu, jadi aku langsung menyetujuinya tanpa bertanya alasannya. Untuk orang yang menyuruhku, orang itu adalah-," ucap Javier.
Sebelum Javier menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba dia memuntahkan banyak darah dari mulutnya. Aku sedikit terkejut melihat hal itu karena aku tidak melakukan serangan apapun yang membuatnya muntah darah.
"Apa yang terjadi ? Saat dia mencoba mengatakan nama orang yang menyuruhnya, tiba-tiba dia langsung memuntahkan banyak darah. Apa orang yang menyuruhnya telah menggunakan suatu sihir kepada Javier agar tidak membocorkan namanya ?," pikirku.
Setelah memuntahkan darah itu, Javier pun memegangi lehernya.
"Haaaahhhh....Haaaaahhhh... a-apa-apaan ini," ucap Javier yang terengah-engah.
"Tidak hanya tidak bisa mengetahui namanya di pikirannya, tetapi aku juga tidak bisa mengetahui namanya lewat perkataannya. Sepertinya sia-sia saja aku menginterogasinya saat ini," pikirku.
Lalu aku melihat Javier yang masih terengah-engah, kemudian aku mencabut pedangku yang sebelumnya menusuk kakinya. Javier berteriak kesakitan kembali saat aku mencabut pedang itu dari kakinya. Dia pun langsung memegangi kakinya itu.
"Sayang sekali, sepertinya aku tidak bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaanku," ucapku.
"A-aku sudah menjawab segala hal yang aku tahu. J-jadi tepati janjimu untuk membiarkanku pergi hidup-hidup," ucap Javier.
"Aku tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaan tentang siapa yang menyuruhmu untuk membunuhku, jadi aku tidak akan menepati janjiku," ucapku.
"T-tunggu sebentar, t-tadi aku sudah bilang kan kalau yang menyuruhku itu adalah-," ucap Javier.
Tetapi sebelum dia menyelesaikan perkataannya, lagi-lagi dia memuntahkan banyak darah dari mulutnya. Hal itu membuatnya menjadi sangat lemas saat ini.
"Aku tidak mengerti apa yang mau coba kamu ucapkan, aku tetap tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaanku. Lagipula, meskipun aku mendapatkan jawabannya, apa menurutmu aku akan membiarkanmu pergi hidup-hidup ? Aku sudah bilang sebelumnya kalau aku akan menghabisi kalian semua agar kalian tidak menggangguku di masa depan nanti," ucapku.
Javier pun melihat ke arahku dengan ekspresi yang sangat terkejut. Wajahnya bertambah pucat lagi dan tubuhnya pun mulai gemetar. Kemudian, aku langsung mengaliri pedangku dengan sihir api yang sangat kuat. Javier yang melihat itu langsung berusaha untuk kabur menjauh dariku. Tetapi dengan luka di kakinya saat ini, berdiri saja sudah sulit baginya. Lalu aku berjalan perlahan mendekati Javier. Javier yang melihatku langsung bergerak mundur menjauhi.
"J-jangan mendekat. J-jika kamu membunuhku, ayahku pasti akan memburumu. K-kamu tahukan kalau ayahku itu seorang Marquess ?," tanya Javier.
"Aku tahu soal itu karena tadi aku sempat menyinggungnya. Tetapi aku tidak peduli, aku akan tetap membunuhmu. Jika kamu sudah bersiap untuk membunuh seseorang, kamu juga harus bersiap untuk dibunuh balik oleh orang itu apabila rencana pembunuhanmu gagal," ucapku.
Javier terus menatapku sambil bergerak mundur menjauhiku.
"Aku dengar kalau kamu pernah membakar seorang pengajar yang mengajarimu sihir. Bukan hanya seorang pengajar saja tapi banyak pengajar yang kamu bakar oleh sihir apimu itu. Mungkin hanya itu saja yang diberitakan atau dirumorkan tetapi aku yakin kamu pasti pernah membakar lebih banyak orang dengan sihir apimu itu. Oleh karena itu, aku akan membuatmu merasakan rasanya terbakar oleh sihir apimu sendiri," ucapku.
Setelah itu, aku langsung mengayunkan pedangku yang sudah dialiri sihir api ke tubuh Javier.
"H-hentik-," ucap Javier.
Belum sempat Javier menyelesaikan perkataannya, dia langsung terkena tebasan pedang api itu.
~Great Burning Slash~
Tebasan pedang api itu mengenai Javier dengan telak yang membuat seluruh tubuhnya langsung terbakar.
"Arrrrggggghhhhhh panasssss!!!!!!!,"
Javier pun berteriak kesakitan.
"Panassssss, tolong padamkan arrrggghhhhh!!,"
Dia terus berteriak kesakitan dengan kencang. Tetapi teriakan kencangnya itu tidak berlangsung lama, teriakan itu lama-kelamaan menjadi pelan sampai akhirnya tidak terdengar lagi. Javier pun tewas dengan tubuh yang telah hangus terbakar.
"Bagaimana rasanya terbakar oleh sihir apimu sendiri ?," tanyaku.
-
Beberapa saat kemudian, di tempat Enzo berada.
Enzo sedang memegangi lengannya yang terputus setelah ditebas oleh Rid. Dia masih meringis kesakitan sambil memegangi lengannya itu.
"Sialan kau, Rid. Beraninya kau memotong lenganku. Aku ingin sekali membunuhmu saat ini tetapi dengan kondisiku yang seperti ini, sepertinya aku tidak bisa. Meskipun begitu, aku yakin saat ini kau sudah mati karena dikepung oleh para 'subjek' itu," ucap Enzo.
"Apa kamu sedang berbicara tentangku, Enzo ?," tanyaku yang tiba-tiba muncul dari balik pepohonan yang telah hangus terbakar.
Enzo dengan cepat langsung menoleh ke arahku. Wajahnya terlihat sangat terkejut.
"Rid ?!?! Bukankah kau saat ini sedang melawan Javier dan orang-orang itu ? Bagaimana bisa kau ada disini ?," tanya Enzo dengan wajah terkejut.
"Kenapa aku bisa ada disini ? karena aku sudah membunuh Javier dan orang-orang itu. Jika kamu mencari Javier, aku bawakan dia untukmu," ucapku.
Aku langsung melempar tubuh Javier yang telah hangus terbakar ke samping Enzo. Aku sengaja membawa tubuhnya itu agar bisa diperlihatkan ke Enzo. Enzo yang melihat tubuh Javier yang sudah hangus terbakar pun terkejut. Wajahnya sangat pucat.
"B-bagaimana bisa kamu dengan mudahnya membunuh mereka semua ? Bahkan tidak ada luka satupun yang ada pada tubuhmu," ucap Enzo.
"Soal bagaimana aku bisa membunuh mereka semua itu tidak penting. Aku datang kesini karena seperti yang aku bilang sebelumnya kalau aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu. Sebelumnya aku sudah menginterogasi Javier tetapi aku tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaanku. Jadi sekarang waktunya bagiku untuk menginterogasimu, Enzo," ucapku.
-Bersambung