"Hei, apa kamu mau berlatih tanding denganku ?," tanya nona Violetta.
"Berlatih tanding dengan nona ?," tanyaku.
"Iya. Kamu sedang menunggu teman-temanmu untuk latihan pagi kan ? Daripada melakukan olahraga sendiri, lebih baik kamu menemaniku berlatih tanding. Lagipula latih tanding juga bisa dihitung sebagai olahraga," ucap nona Violetta.
"Nona ada benarnya," ucapku.
"Aku mengajakmu berlatih tanding karena sejak tiba di kerajaan ini, aku belum melakukan latih tanding sekalipun. Meskipun aku selalu berlatih sendiri, tapi rasanya ada yang kurang dari latihanku apabila aku tidak latih tanding dengan seseorang," ucap nona Violetta.
"Nona benar, berlatih tanding dengan orang lain akan membuat kita mengetahui seberapa kuat kita. Ada kalanya kita kalah dalam latih tanding itu, tapi kekalahan itu membuat kita dapat mengetahui kekurangan kita dan bisa membuat kita semakin kuat," ucapku.
"Itu benar," ucap nona Violetta.
"Hmmm tadi nona bilang kalau nona baru saja tiba di kerajaan ini. Apa nona berasal dari kerajaan lain ?," tanyaku.
"Aku berasal dari kerajaan ini tapi sebelumnya aku sempat pergi ke kerajaan lain untuk bekerja," ucap nona Violetta.
"Begitu ya. Saya kira nona berasal dari kerajaan lain," ucapku.
"Jika aku berasal dari kerajaan lain, tidak mungkin aku akan ditunjuk sebagai komandan prajurit yang menjaga akademi ini. Karena hampir semua prajurit biasa dan prajurit yang berpangkat diatasnya merupakan orang-orang yang berasal dari kerajaan ini," ucap nona Violetta.
"Nona benar juga," ucapku.
"Daripada itu, jadi bagaimana ? apa kamu mau menemaniku berlatih tanding ?," tanya nona Violetta.
"Bukannya saya tidak mau, nona, tapi saya hanyalah seorang murid di akademi. Takutnya saya tidak bisa meladeni nona dalam latih tanding ini. Kenapa nona tidak berlatih tanding dengan para prajurit yang menjaga akademi ini saja ?," tanyaku.
"Aku sebelumnya sudah mengajak beberapa prajurit untuk berlatih tanding, tapi mereka nampak enggan. Makanya aku memutuskan untuk mencari lawan latih tanding yang lain dan kebetulan aku bertemu denganmu saat ini. Kamu bilang kamu tadi takut tidak bisa meladeniku dalam latih tanding ini ? Kamu sepertinya sangat merendah ya, padahal kamu dijuluki sebagai 'pahlawan' karena insiden penyerang akademi ini beberapa waktu yang lalu," ucap nona Violetta.
"Ah benar juga, nona Violetta tahu tentangku dari surat kabar itu. Sepertinya aku tidak bisa mengelak darinya dan harus melakukan latih tanding ini. Tapi yah, sepertinya latih tanding ini bagus untukku mengingat nona Violetta merupakan komandan para prajurit yang menjaga akademi ini. Sudah pasti dia sangat kuat," pikirku.
"Baiklah, kalau begitu saya akan menerima tawaran latih tanding dari nona. Tapi sebelum kita melakukan latih tanding ini, saya merasa khawatir akan suatu hal," ucapku.
"Khawatir soal apa ?," tanya nona Violetta.
Aku pun melihat dan terus memperhatikan pedang yang dipegang oleh nona Violetta.
"Pedang yang anda gunakan, itu pedang asli kan, nona ?," tanyaku.
"Iya, ini pedang asli. Oh begitu ya, kamu khawatir tentang pedang ini karena meskipun ini latihan tanding, pedang ini tetap berbahaya bagimu. Dan juga, kamu sebagai murid akademi hanya menggunakan senjata khusus yang dibuat oleh akademi dan bukan senjata asli. Karena kualitas senjata yang kita gunakan berbeda, latih tanding ini bisa menjadi tidak adil," ucap nona Violetta.
"Nona benar, itu yang saya khawatirkan," ucapku.
Nona Violetta tiba-tiba mengangkat pedangnya dengan tinggi menggunakan tangan kanannya.
~Unenhanced Weapon : Blunt~
Lalu nona Violetta tiba-tiba berusaha menusuk badannya dengan pedangnya itu, tetapi pedang itu tidak bisa menusuk tubuhnya.
"Aku sudah membuat pedangku menjadi tumpul seperti yang kamu lihat barusan. Kalaupun pedang ini bisa melukai, luka yang didapat juga tidak akan dalam, jadi tenang saja," ucap nona Violetta.
"Aku tidak menyangka kalau nona Violetta juga bisa menggunakan teknik penurunan senjata. Jika dia bisa menggunakan teknik penurunan, maka dia sudah pasti juga bisa menggunakan teknik peningkatan. Yah teknik itu bukanlah suatu teknik rahasia, mungkin dia bisa melakukan itu karena mempelajari teknik itu di suatu tempat," pikirku.
"Baiklah, nona, jika seperti itu maka saya tidak akan khawatir lagi tapi saya ada sebuah pertanyaan sebelum kita melakukan latih tanding ini," ucapku.
"Pertanyaan apa itu ?," tanya nona Violetta.
"Mungkin sedikit telat bagi saya untuk menanyakan ini, tapi dimana kita akan melakukan latihan tanding ?," tanyaku.
"Tentu saja di tempat ini," ucap nona Violetta.
"Di taman ini ?," tanyaku sedikit terkejut.
"Iya," ucap nona Violetta.
"Tapi di taman ini banyak bunga-bunga yang dirawat oleh beberapa murid dan staf akademi. Jika kita melakukan latih tanding di taman ini, bunga-bunga di taman ini akan hancur karena serangan-serangan kita," ucapku.
"Soal itu, untuk meminimalisir dampak dari latihan tanding yang akan kita lakukan, kita hanya akan menggunakan senjata dan serangan fisik saja di latihan tanding ini. Jadi serangan sihir tidak diperbolehkan, bagaimana ?," tanya nona Violetta.
"Saya tidak keberatan jika kita hanya menggunakan senjata dan serangan fisik di latihan tanding ini, tapi bukankah masih akan ada kerusakan walaupun kita hanya menggunakan senjata dan serangan fisik ?," tanyaku.
"Jika nanti tetap ada kerusakan pada bunga-bunga ini, aku yang akan mengurusnya. Kamu tidak perlu khawatir," ucap nona Violetta.
"Baiklah, nona," ucapku.
"Kalau begitu, mari kita segera mulai latih tandingnya," ucap nona Violetta.
Aku dan nona Violetta pun bersiap dengan memegang pedang milik kami masing-masing. Kebetulan bagian taman tempat aku berada saat ini cukup luas, jadi kami tidak perlu pindah ke bagian taman yang lain. Aku dan nona Violetta pun mulai berhadapan.
"Apa kamu sudah siap ?," tanya nona Violetta.
"Siap," ucapku.
"Kalau begitu.....mulai!," ucap nona Violetta.
Nona Violetta langsung melesat dengan sangat cepat ke arahku dan menebaskan pedangnya itu ke arahku, tapi aku langsung menahan pedang itu dengan pedangku.
"Saat aku membaca surat kabar tentangmu sebelumnya, aku kira julukan 'pahlawan' itu terlalu berlebihan. Tapi sekarang aku yakin kalau julukan itu tidaklah berlebihan. Melihatmu bisa menahan pedangku sudah cukup untuk membuktikan kalau kamu itu benar-benar kuat," ucap nona Violetta.
Meskipun aku berhasil menahan serangan pedang milik nona Violetta, tapi aku menyadari kalau kekuatan fisiknya sangatlah besar. Secara perlahan, aku mulai terdorong meskipun aku berhasil menahan serangan pedangnya itu. Lalu aku pun dihempaskan oleh nona Violetta hingga beberapa meter ke belakang. Ketika aku sudah berhenti terhempas dari serangan itu, nona Violetta dengan cepat melesat kembali ke arahku dan berusaha menebasku lagi dengan pedangnya itu. Tapi aku berhasil menahan serangan pedangnya itu lagi menggunakan pedangku. Aku pun meningkatkan kekuatanku hingga setara dengan kekuatan nona Violetta agar aku tidak terdorong kembali dari adu kekuatan ini.
"Sebelumnya dia berhasil terdorong dalam adu kekuatan ini, tapi sekarang dia tidak terdorong lagi. Apa dia sudah bisa beradaptasi dengan kekuatanku ?," pikir nona Violetta.
Disaat kami berdua masih beradu dengan pedang kami, nona Violetta tiba-tiba berusaha menendangku tepat di kepalaku. Tendangan kakinya sangat tinggi hingga bisa mencapai kepalaku. Tetapi aku berhasil menghindari tendangan itu. Setelah itu, aku berusaha meningkatkan kekuatanku lagi agar bisa mendorong mundur nona Violetta. Nona Violetta pun juga melakukan hal yang sama. Kami saling berusaha mendorong lawan kami masing-masing sampai akhirnya kami berdua terdorong mundur karena benturan kekuatan kami yang semakin meningkat.
"Kamu sangat hebat," ucap nona Violetta.
"Saya bahkan belum menyerang anda sama sekali, jadi saya pikir saya tidaklah sehebat yang anda kira, nona," ucapku.
"Kamu terlalu merendah. Jika kamu bisa menghindari ataupun menahan serangan ini, maka perkataanku sebelumnya tidaklah salah," ucap nona Violetta.
Nona Violetta tengah bersiap dengan memasang kuda-kuda menyerang.
~Flower Sword Art : Sword Dance In The Flower Garden~
Nona Violetta lalu dengan cepat melesat ke arahku dan langsung berusaha menebas kepalaku dengan pedangnya. Tetapi aku berhasil menghindari tebasan itu dengan bergerak ke belakang. Tapi serangan tebasan itu tidak berhenti sampai disitu saja karena nona Violetta terus berusaha menebasku di bagian tubuhku yang lain. Selain mengincar kepalaku, dia juga mengincar badan, kaki dan tanganku. Tetapi aku berhasil menghindari dan menahan semua serangan itu dengan pedangku. Namun, meski beberapa serangan itu berhasil aku hindari, aku tetap terluka karena beberapa serangan yang aku hindari itu tetap menggores kulitku meskipun tidak terlalu dalam. Serangan tebasan yang dilancarkan nona Violetta saat ini sangatlah cepat sehingga membuatku sulit untuk menghindari semua serangan itu dengan sempurna.
Tidak hanya cepat, serangan yang dilancarkan nona Violetta saat ini juga cukup unik. Setiap dia melakukan tebasan pedang ke arah tertentu, bunga-bunga taman yang ada di sekitar kami juga bergerak menghadap ke arah yang dituju tebasan itu. Misal nona Violetta melakukan tebasan ke arah kanannya, maka bunga-bunga itu juga bergerak menghadap kanan. Mungkin ini bisa terjadi akibat dari teknik yang digunakannya.
Serangan yang dilakukan nona Violetta belum juga berhenti dan aku masih fokus untuk menghindari dan menahan serangan itu. Luka gores di tubuhku pun semakin banyak seiring banyaknya tebasan yang aku hindari. Mungkin aku bisa tidak terluka apabila menahan semua serangan itu, tapi ada beberapa serangan yang sangat cepat yang membuatku tidak sempat untuk menahan serangan itu dan memilih untuk menghindarinya. Tapi meskipun aku berhasil menghindarinya, aku tetap terkena luka gores dari serangan itu karena saking cepatnya serangan itu. Serangan ini dengan jelas menunjukkan perbedaan kekuatan di antara kami saat ini. Yah sudah jelas kalau nona Violetta sangat kuat mengingat dia ditunjuk sebagai komandan para prajurit yang menjaga akademi ini.
Setelah melancarkan banyak serangan tebasan ke arahku, tiba-tiba nona Violetta melakukan serangan tusukan ke arahku.
~Flower Sword Art : Chaenomeles Thorn Thrust~
Serangan tusukan itu mengarah kepadaku dengan cepat, tetapi aku langsung menggunakan pedangku untuk menahan serangan itu. Aku menggunakan bagian samping pedangku agar bisa menahan serangan tusukan itu. Aku pun berhasil menahan serangan itu. Lalu kami saling beradu kekuatan di situasi itu agar bisa saling mendorong lawan kami masing-masing.
Tetapi, serangan tusukan pedang yang dilakukan nona Violetta semakin kuat. Pedang nona Violetta perlahan bergeser ke arah atas dari bagian samping pedangku saat kami beradu. Pedang itu terus bergeser ke atas sampai akhirnya berhasil melewati pedangku. Serangan tusukan itu pun menembus pertahanan ku dan mengenai pipiku hingga berdarah. Aku beruntung karena nona Violetta mengubah kualitas pedangnya menjadi sama dengan milikku, jika tidak begitu mungkin tusukan pedang ini tidak hanya menusuk pipiku tapi juga akan menembus kepalaku.
Meskipun aku terkena serangan tusukan itu, tapi disaat yang sama ini juga merupakan kesempatanku. Aku pun menggerakkan pedangku dan langsung menebas nona Violetta tepat di kedua tangannya yang masih memegang pedangnya yang menusuk pipiku. Aku menebas kedua tangan nona Violetta dengan telak sehingga membuat pedangnya terlempar dari genggamannya. Aku melihat tangan nona Violetta berdarah setelah terkena seranganku. Meskipun itu serangan telak, karena pedangku tidak setajam pedang asli maka luka yang diakibatkan serangan itu tidaklah fatal.
Setelah berhasil menyerang nona Violetta, aku menunggu nona Violetta bergerak untuk mengambil pedangnya yang terlempar dan melanjutkan latih tanding ini, tapi nona Violetta tidak bergerak sama sekali. Dia hanya diam menatap kedua tangannya yang terluka. Aku pun juga memperhatikan kedua tangannya dengan seksama. Aku menyadari kalau kedua tangan nona Violetta bergetar dengan cukup hebat. Aku pun memanggil-manggil nona Violetta tapi tidak ada respon dari dirinya. Dia tetap diam sambil menatap kedua tangannya. Aku mulai mendekati nona Violetta dan sedikit terkejut ketika melihat tatapannya yang kosong.
"Apa yang sebenarnya terjadi ?," pikirku.
-Bersambung