Di kelas A tahun kedua.
"Selamat pagi, semuanya. Tidak terasa ya waktu libur 1 bulan telah terlewati dan saat ini kalian sudah menjadi murid tahun kedua. Tepuk tangan untuk kalian semua yang berhasil naik ke tahun kedua dan tepuk tangan juga untuk kelas ini karena semua muridnya berhasil naik ke tahun kedua," ucap tuan Alan.
Lalu kami semua pun bertepuk tangan.
"Karena sekarang kalian sudah tahun kedua, berarti mulai sekarang kalian harus mengenakan Lencana Perak di seragam kalian," ucap tuan Alan.
"Baik, tuan," ucap kami semua.
"Bagus," ucap tuan Alan.
Lalu tuan Alan melihat ke seluruh kelas untuk memperhatikan murid-muridnya.
"Hmmmm tunggu dulu. Noa, kenapa kamu masih mengenakan lencana perunggu ?," tanya tuan Alan.
"Hah, aku ? Loh iya juga, kenapa aku masih mengenakan lencana perunggu ?," tanya Noa setelah dia baru menyadari kalau dia masih mengenakan lencana perunggu.
Beberapa murid pun tertawa melihat tingkah Noa.
"Apa kamu mau menjadi murid tahun pertama lagi ?," tanya tuan Alan.
"Bukan begitu, tuan. Aku tidak menyadari soal itu karena aku buru-buru tadi pagi. Jadi aku tidak menyadari kalau aku masih mengenakan Lencana Perunggu," ucap Noa.
"Ya sudah, tidak apa-apa. Mulai besok pakailah lencana dengan benar sesuai dengan tingkatanmu," ucap tuan Alan.
"Baik, tuan," ucap Noa.
"Sebelum kita mulai pelajaran. Aku akan memberikan informasi kepada kalian seputar tahun kedua ini,"
"Sama seperti tahun pertama, kalian tetap diwajibkan mengikuti pertandingan harian setiap hari ketika pertandingan harian itu diadakan. Karena kalian saat ini sudah menjadi murid tahun kedua, ada kemungkinan kalau kalian akan ditantang oleh junior kalian yaitu murid tahun pertama di pertandingan harian. Tentu kalian bebas untuk menolak atau menerima tantangan itu. Dan perlu diketahui, jika kalian menerima tantangan itu dan mengalami kemenangan atau kekalahan, poin yang bertambah atau berkurang akan berbeda dengan pertandingan antara sesama murid di tahun yang sama. Aku sudah memberitahu kalian tentang perhitungan poin seluruh tahun angkatan setahun yang lalu, kalian bisa melihat lagi catatan tentang itu jika kalian mencatatnya,"
"Lalu untuk ujian di tahun kedua. Mungkin kalian susah tahu kalau ujian untuk murid tahun kedua sama seperti murid tahun pertama karena sama-sama memiliki 4 ujian. Waktu pelaksanaannya pun juga sama dengan murid tahun pertama, begitupun dengan jumlah poin yang didapat apabila berhasil menyelesaikan ujiannya. Tapi konten ujiannya akan berbeda dengan saat kalian menjadi murid tahun pertama, jadi kalian harus bersiap untuk menghadapi ujian nanti,"
"Lalu untuk jadwal 'event' yang diselenggarakan akademi seperti turnamen akademi ataupun festival masih sama seperti tahun sebelumnya. Kalian pun juga akan tetap mendapatkan libur selama satu bulan di bulan Juni tahun depan setelah hari kenaikan kalian sebagai murid tahun ketiga,"
"Bagi kalian yang mungkin sudah lupa, syarat untuk dapat naik ke tahun ketiga adalah dengan mengumpulkan 60.000 poin. Jangan lupakan itu dan berusahalah untuk terus mendapatkan poin selama tahun ajaran ini," ucap tuan Alan.
"Kamu enak, Rid, karena kamu sudah berhasil mengumpulkan 60.000 poin. Jika kamu selama tahun kedua ini tidak melakukan apa-apa, kamu akan tetap naik ke tahun ketiga," ucap Noa.
Noa bisa berbicara denganku saat di kelas karena dia duduk di depanku. Jadi walaupun saat pelajaran berlangsung, dia bisa mengobrol denganku karena jarak kami dekat.
"Tidak mungkin aku tidak melakukan apa-apa selama tahun kedua. Pertandingan harian dan ujian akademi itu merupakan kewajiban bagi para murid akademi untuk mengikutinya, jadi meskipun poinku sudah mencukupi untuk naik ke tahun selanjutnya, aku masih harus mengikuti pertandingan harian dan ujian akademi,"
"Tapi, meskipun aku sudah mengumpulkan 60.000 poin saat ini. Aku akan tetap serius untuk mengumpulkan banyak poin ke depannya," ucapku.
"Meskipun kamu sudah berada di situasi aman, kamu masih tidak bersantai ya," ucap Noa.
Lalu kami pun berhenti mengobrol dan memperhatikan tuan Alan kembali.
"Segitu saja penjelasan singkatku tentang tahun kedua ini. Apa ada dari kalian yang mau bertanya ?," tanya tuan Alan.
Lalu Charles pun mengangkat tangannya.
"Saya mau bertanya, tuan," ucap Charles.
"Bertanya tentang apa, Charles ?," tanya tuan Alan.
"Karena sekarang kami sudah menjadi murid tahun kedua, itu berarti tempat latihan yang akan kita gunakan juga merupakan tempat latihan untuk murid tahun kedua yang ada di gedung ini. Tapi kami belum tahu dimana letak tempat latihan kami karena tempat latihan tiap kelas itu berbeda-beda. Jadi dimana letak tempat latihan untuk kelas kami, tuan ?," tanya Charles.
"Untuk tempat latihan kalian di gedung ini, kalian akan mendapatkan tempat latihan di lantai 5 basement gedung ini, sama seperti tempat latihan kalian saat masih menjadi murid tahun pertama," ucap tuan Alan.
"Lantai 5 lagi ? Kenapa kita selalu mendapatkan tempat latihan yang jauh dibawah ?," ucap Noa yang mengeluh.
"Apa ada yang mau kamu tanyakan lagi, Charles ?," tanya tuan Alan.
"Tidak ada, terima kasih atas informasinya, tuan," ucap Charles.
"Sama-sama. Lalu yang lainnya, apa ada dari kalian yang mau bertanya ?," tanya tuan Alan.
Semua murid pun nampak diam. Itu berarti tidak ada dari para murid yang mau bertanya.
"Tidak ada yang mau bertanya ya ? Baiklah, kalau begitu kita mulai pelajaran hari ini. Karena hari ini merupakan hari pertama, kita akan mulai dari pelajaran teori," ucap tuan Alan.
-
Beberapa jam kemudian, waktu istirahat pun tiba.
"Haaaah, lapar. Ayo kita segera makan setelah itu kita melakukan pertandingan harian. Aku mau melihat arena pertandingan di gedung tahun kedua ini," ucap Noa.
"Palingan arena pertandingannya juga sama dengan arena pertandingan di gedung tahun pertama," ucapku.
Aku baru menyadari karena sekarang kami tidak akan menggunakan arena pertandingan di tahun pertama lagi, itu berarti kami tidak bisa bertemu dengan tuan Elgin lagi yang merupakan pengawas arena pertandingan di lantai 2 gedung tahun pertama. Saat menjadi murid tahun pertama, kami sering melakukan pertandingan di lantai 2 gedung tahun pertama, jadi kami sering bertemu dengan tuan Elgin. Karena sekarang sudah tidak bertemu lagi, mungkin akan sedikit sepi rasanya.
-
Di kantin.
Beberapa saat kemudian, kami pun sudah selesai makan siang. Kami pun memutuskan untuk mengobrol sebentar sebelum pergi ke arena pertandingan tahun kedua.
"Oh iya. Tadi pagi saat aku berangkat kesini, aku melihat ada seorang perempuan yang sangat cantik di depan gedung lobi akademi. Perempuan itu terlihat seperti seorang putri dan dia juga membawa sebuah pedang di pinggangnya. Perempuan itu mengenakan sebuah seragam yang mirip dengan seragam prajurit kerajaan meskipun tidak sama persis," ucap Noa.
"Kamu hebat sekali, Noa, bisa memuji wanita lain dengan kata 'cantik' disaat ada pacarmu yang berada di dekatmu," ucapku.
Memang setiap kita makan siang di kantin, Noa selalu mengajak Lillian bersamanya, seperti saat ini.
"Ah maaf, Lillian, bukan maksudku seperti itu. Meskipun aku bilang kalau perempuan itu cantik, belum tentu aku akan mengincar dia. Lagipula perempuan itu terlihat seperti lebih tua dariku. Mungkin dia berusia sekitar 20-an tahun," ucap Noa.
"Tidak apa-apa kok. Aku tahu kalau kamu tidak akan seperti itu," ucap Lillian.
"Terima kasih, Lillian," ucap Noa.
"Jadi apa maksudmu memberitahu kami tentang kamu yang bertemu dengan perempuan itu, Noa ?," tanyaku.
"Aku hanya penasaran saja. Apa mungkin perempuan itu merupakan putri Duke atau semacamnya ?," tanya Noa.
"Hmmmm, seingatku tidak ada putri dari Duke yang berusia 20-an tahun. Putri dari Duke yang aku tahu saat ini hanyalah Irene dan Amelia," ucap Charles.
"Hmmm begitu ya. Ya sudah kita lupakan saja tentang ini. Ayo kita segera pergi ke arena pertandingan untuk melakukan pertandingan harian," ucap Noa.
Kami pun segera pergi menuju arena pertandingan di gedung tahun kedua.
-
Kami pun sampai di arena pertandingan di gedung tahun kedua. Kami memilih arena pertandingan yang berada di lantai kedua gedung itu. Arena pertandingan itu terlihat cukup sepi. Melihat arena pertandingan yang masih sepi, kami pun langsung mengajukan pertandingan harian kepada pengawas yang berada di sana. Nama pengawas yang mengawasi arena pertandingan itu adalah Harold Godoy. Aku mengajukan pertandingan harian melawan Charles ke tuan Harold karena sebelumnya Charles bilang dia ingin melawanku. Setelah itu, aku dan Charles pun langsung pergi ke tengah arena turnamen. Tuan Harold pun menanyai apakah kami sudah siap untuk bertanding. Setelah kami berdua menjawab 'siap', pertandingan pun dimulai.
-
"Aku salut kepadamu karena terus berusaha menantang Rid meskipun pada akhirnya kamu kalah, Charles," ucap Noa.
"Meskipun kalah, setidaknya ini bisa membuatku bertambah kuat karena dengan kekalahanlah yang membuatmu bertambah kuat," ucap Charles.
"Tapi Rid tetap bertambah kuat meskipun dia belum pernah kalah," ucap Noa.
"Yah dia merupakan pengecualian," ucap Charles.
Setelah melakukan pertandingan harian, kami pun kembali ke kelas kami untuk memulai pelajaran kembali.
-
Beberapa jam kemudian, pelajaran hari ini pun telah selesai. Karena kami sudah melakukan pertandingan harian tadi, kami memutuskan untuk langsung pulang ke asrama. Mungkin karena ini merupakan hari pertama, jadinya mereka kelihatan sangat lelah dan memilih untuk langsung pulang ke asrama.
Ketika kami berjalan keluar dari gedung lobi akademi, kami melihat putri Amelia sedang mengobrol dengan seorang perempuan di dekat air mancur yang berada di depan gedung lobi akademi. Kami juga melihat para anak buah putri Amelia yang sedang memperhatikan putri Amelia tidak jauh dari tempat itu.
"Ah, itu. Itu perempuan yang aku lihat tadi pagi," ucap Noa.
Kami pun memperhatikan perempuan itu dengan seksama. Perempuan itu memang cantik sesuai yang dibilang Noa. Dia juga mirip seperti seorang putri, dia juga mengenakan seragam yang mirip dengan seragam prajurit kerajaan dan juga membawa pedang di pinggangnya. Ciri-ciri itu sama seperti yang dibilang Noa tadi.
"Apa kamu tahu siapa perempuan itu, Charles, Chloe ?," tanya Noa.
"Tidak, aku tidak tahu siapa perempuan itu. Ini pertama kalinya aku melihat wajahnya," ucap Charles.
"Aku juga tidak tahu," ucap Chloe.
"Siapa ya perempuan itu ?," tanya Noa yang penasaran.
Kami pun juga penasaran akan hal itu. Terlebih, kelihatannya perempuan itu sangat akrab dengan putri Amelia. Itu terlihat dari mereka berdua yang sangat fokus mengobrol tanpa memperdulikan keadaan di sekeliling mereka.
Meskipun kami penasaran, kami memilih untuk pergi dari tempat itu dan kembali ke asrama. Lagipula tidak enak bagi kami untuk terus memperhatikan mereka berdua yang sedang mengobrol.
Disaat Rid dan yang lainnya pergi untuk menuju asrama akademi, tanpa sepengetahuan mereka, perempuan itu melihat ke arah Rid dan yang lainnya yang sedang berjalan menuju asrama akademi.
-
Aku pun sampai di asramaku bersama dengan Irene karena Irene tadi juga ikut bersama dengan rombongan kami. Leandra dan Lily juga ikut tapi setelah itu mereka pergi ke asrama mereka masing-masing.
"Aku pinjam kamarmu lagi, Rid. Aku mau mengganti seragamku dengan pakaian kasual yang tadi pagi aku pakai," ucap Irene.
"Apa kamu tidak mau mandi terlebih dahulu ?," tanyaku.
"Aku mandi di rumah saja nanti," ucap Irene.
"Lebih baik kamu mandi sekarang saja. Pakai saja kamar mandiku," ucapku.
"Apa boleh ?," tanya Irene.
"Boleh kok, pakai saja," ucapku.
"Baiklah kalau begitu," ucap Irene.
Setelah itu, Irene langsung pergi menuju kamar mandi untuk mandi. Sementara aku pergi ke kamarku untuk membaca buku sambil menunggunya selesai mandi.
Beberapa saat kemudian, Irene pun selesai mandi dan kini giliran aku untuk mandi. Disaat aku sedang mandi, Irene pun menyiapkan makanan untuk dimakan. Setelah itu, kami berdua pun makan bersama.
-
Keesokan harinya, pukul 4 pagi.
Biasanya aku terbangun pukul setengah 5 pagi dan langsung bersiap untuk olahraga dan melakukan latihan pagi, tapi kali ini tumben sekali aku bangun jam 4 pagi. Karena tanggung sekali untuk tidur lagi mengingat hanya 30 menit lagi menuju pukul setengah 5 pagi, aku pun memutuskan untuk bangun dari tempat tidurku dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah itu aku pun bersiap-siap untuk melakukan olahraga dan latihan pagi.
Aku pun keluar dari asrama dan suasana asrama saat itu sangat sepi sekali mengingat saat ini merupakan pukul 4 pagi. Lalu aku berjalan hingga gerbang asrama dan terus berjalan hingga depan gedung lobi akademi. Suasananya benar-benar sangat sepi, bahkan para penjaga pun tidak terlihat sama sekali padahal biasanya banyak penjaga yang berkeliling saat siang dan sore hari. Sepertinya saat ini mereka difokuskan menjaga gerbang akademi dan bagian luar akademi yang dekat dengan dinding pembatas akademi.
Saat berada di depan gedung lobi akademi, aku memutuskan untuk berlari mengelilingi akademi. Aku pun berlari menuju gedung penginapan untuk staf dan tamu akademi dan setelah itu aku terus berlari menuju taman akademi. Ketika sampai di taman akademi, aku mendengar ada suara ayunan pedang di tempat itu. Aku pun penasaran dan mencari sumber suara itu. Aku pergi menyisiri taman akademi dan kemudian aku melihat ada seorang perempuan yang sedang mengayunkan pedang di salah satu tempat yang berada taman itu. Perempuan itu adalah perempuan yang sebelumnya mengobrol dengan putri Amelia. Sebelumnya dia mengenakan seragam yang mirip dengan seragam prajurit kerajaan, tapi kini dia mengenakan pakaian kasual. Perempuan itu terus mengayunkan pedangnya sementara aku terus memperhatikannya.
"Siapa disana ?," tanya perempuan itu tiba-tiba.
Tidak disangka, perempuan itu tiba-tiba berbicara disaat dia sedang mengayunkan pedangnya itu. Sepertinya dia menyadari keberadaanku yang terus memperhatikannya. Karena aku sudah ketahuan, aku pun langsung memunculkan diriku dihadapan perempuan itu. Perempuan itu pun melihat ke arahku setelah aku muncul di hadapannya.
"Maaf, nona. Saya merupakan murid di akademi ini. Saya awalnya berniat olahraga lari mengelilingi akademi ini. Tapi begitu saya sampai di taman akademi ini, saya mendengar ada suara ayunan pedang, jadinya saya penasaran dan mencari tahu tentang suara ayunan pedang itu. Dan ternyata suara ayunan pedang itu berasal dari anda," ucapku.
"Begitu ya. Tidak kusangka kalau ada murid yang berolahraga di jam segini. Kamu sangat rajin ya," ucap perempuan itu sambil memegang pedangnya.
Aku memperhatikan pedang yang di pegang wanita itu. Pedang itu berwarna putih polos yang sangat berkilau. Aku sangat yakin kalau pedang itu merupakan pedang yang sangat berkualitas. Sepertinya pedang itu terbuat dari bahan yang bagus. Di bagian gagang pedang tersebut terdapat motif bunga. Tidak hanya di bagian gagang pedang itu, tetapi pada sarung pedang yang berada di pinggang wanita itu juga terdapat motif bunga. Bahkan motif bunga itu hampir menutupi keseluruhan gagang pedang itu.
"Hmmmm, ngomong-ngomong. Kamu itu Rid Archie ya ?," tanya perempuan itu.
"Iya. Kenapa anda bisa tahu nama saya, nona ?," tanyaku.
"Soal itu, sebelum aku datang ke akademi ini, aku sempat melihat beberapa surat kabar yang terbit dan aku melihat ada suatu surat kabar yang terdapat banyak berita tentangmu di surat kabar itu. Bahkan fotomu juga banyak terdapat di surat kabar itu. Maka dari itu aku bisa tahu kalau kamu adalah Rid Archie," ucapku.
"Begitu ya. Aku sudah dengar kalau ada surat kabar yang memuat berita tentangku. Karena hal itu, saat ini aku menjadi pusat perhatian. Sungguh merepotkan," ucapku.
"Menjadi terkenal memang menyusahkan ya," ucap perempuan itu.
"Anda benar, nona. Ngomong-ngomong, nama nona siapa ? Dan juga dari perkataan nona tadi, sepertinya nona baru datang ke akademi ini. Apa yang nona lakukan di akademi ini ?," tanyaku.
"Maaf karena belum memperkenalkan diriku. Namaku adalah Violetta, aku saat ini ditunjuk sebagai komandan para prajurit yang menjaga akademi ini," ucap nona Violetta.
"Begitu ya. Sebelumnya aku juga sempat mendengar kabar kalau akademi ini nantinya akan dijaga oleh beberapa prajurit yang diketuai oleh seorang komandan, jadi nona yang akan menjadi komandannya. Nona Violetta ya, apa nama nona hanya Violetta saja ?," tanyaku.
"Aku sebelumnya memiliki nama belakang tapi untuk sekarang aku memutuskan untuk hanya menggunakan nama depanku saja. Lagipula, sepertinya aku sudah tidak berhak untuk menggunakan nama belakangku lagi," ucap nona Violetta.
"Begitu ya," ucapku.
"Ngomong-ngomong, apa kamu selalu berlari sambil membawa pedang ?," tanya nona Violetta.
Sepertinya nona Violetta menyadari kalau aku sedang membawa pedang di pinggangku.
"Ah pedang ini untuk latihan pagi, nona. Saya biasanya selalu latihan pagi setelah melakukan olahraga. Jadi saya sekalian membawa pedang agar saya tidak perlu kembali lagi ke asrama. Saya biasanya melakukan latihan pagi bersama teman-teman saya di tempat latihan di dalam akademi setiap pukul 5 pagi. Karena saat ini masih jam 4 pagi, saya akan terus berolahraga sembari menunggu mereka," ucapku.
"Begitu ya," ucap nona Violetta.
Lalu nona Violetta pun terdiam seperti sedang berpikir. Setelah beberapa saat, dia pun mulai berbicara kembali.
"Hei, apa kamu mau berlatih tanding denganku ?," tanya nona Violetta.
-Bersambung