Keesokan harinya.
Pada pagi harinya, kami berlatih di tempat latihan tahun pertama seperti biasanya. Di tempat latihan itu, terlihat Charles, Noa dan Kotaro sedang terbaring di lantai tempat latihan.
"Sial, bahkan dengan kita bertiga pun kita tidak mampu untuk mengalahkannya," ucap Noa.
"Hahaha, bukankah sudah jelas ? Lagipula yang kita lawan merupakan pemenang turnamen akademi sebelumnya, yang berarti saat ini dia merupakan murid terkuat di akademi ini," ucap Charles.
"Seperti biasa, kamu sangat hebat, Rid," ucap Kotaro.
Aku berdiri di hadapan mereka bertiga yang perlahan mulai berdiri kembali sambil memegang pedang yang kupunya di tangan kananku. Aku mengarahkan tangan kiriku ke depan, tepatnya ke arah mereka bertiga.
~Heal~
Aku pun menyembuhkan mereka dan mereka pun pulih kembali.
"Kalian belum selesai kan ? Bagaimana kalau kita bertarung lagi ?," tanyaku.
"Tentu saja," ucap mereka bertiga.
Lalu aku pun kembali bertarung dengan Charles, Kotaro dan Noa.
Sementara itu, Julie, Leandra dan Lily pun memperhatikan dari sisi lain tempat latihan.
"Mereka sudah bertarung 3 kali dan mereka mau bertarung lagi ? Mereka sangat bersemangat sekali walaupun hasilnya akan tetap sama. Dan di sisi lainnya.....," ucap Julie sambil melihat ke sisi lain tempat latihan.
Terlihat Irene dan Chloe juga sedang bertarung. Mereka bertarung dengan sangat sengit dalam pertandingan jarak dekat. Irene menggunakan rapiernya seperti biasa, sedangkan Chloe kali ini menggunakan kedua dagger yang terbuat dari sihir apinya. Mereka berdua saling bergantian menyerang menggunakan senjata mereka masing-masing.
"Chloe dan Irene juga terlihat sangat bersemangat," ucap Julie.
"Daripada kita hanya menonton saja, bukankah lebih baik kita juga ikut berlatih tanding juga ?," tanya Leandra.
"Kamu mau ikut latih tanding di sisi mana, Lea ? Ikut dalam latih tanding antara Chloe melawan Irene atau latih tanding antara Rid melawan Charles, Noa dan Kotaro ?," tanya Julie.
"Mereka terlihat sangat nyaman dengan latih tanding yang mereka jalani saat ini, jadi aku tidak akan memilih salah satu diantara dua itu. Aku ingin membuat kelompok latih tanding yang baru, apa kalian ingin ikut ?," tanya Leandra ke Lily dan Julie.
"Aku sih mau saja, tapi kalau kita berdua ikut dalam latih tanding ini, bukankah akan menjadi 3 orang ? Berarti formatnya menjadi satu melawan dua, siapa yang mau menjadi satu orang itu ?," tanya Lily.
"Kalau aku sih tidak mau, aku masih terlalu lemah untuk melawan kalian berdua sekaligus," ucap Julie.
"Aku tidak bilang kalau formatnya akan menjadi satu melawan dua hanya karena kita hanya bertiga. Kita akan bertarung satu sama lain. Ini latih tanding 1 vs 1 vs 1. Bagaimana, apa kalian mau ?," tanya Leandra.
"Baiklah, sepertinya akan seru latih tanding dengan format seperti itu," ucap Lily.
"Kalau seperti ini, akan adil bagi kita bertiga. Kalau begitu aku ikut juga," ucap Julie.
"Baiklah. Kalau begitu ayo kita juga mulai berlatih tanding," ucap Leandra.
Mereka bertiga pun memulai berlatih tanding. Di tempat latihan itu pun penuh dengan latih tanding yang terbagi menjadi 3 kelompok itu.
-
Sekitar 1 jam kemudian.
Kami pun mengakhiri latihan pagi hari ini dan bersama-sama pergi meninggalkan tempat latihan itu.
"Sial. Tidak peduli berapa kali kita melawan Rid, kita tidak bisa melukainya satu kalipun," ucap Noa.
"Hahaha, kamu benar. Reflek Rid sangat cepat sampai bisa menghindari serangan kita. Selain itu, dia bahkan bisa menggunakan sihir penyembuhan. Kalaupun kita berhasil melukainya, dia akan langsung memulihkan luka itu dengan sihir penyembuhan miliknya. Sejak awal, mengalahkan Rid itu sangat sulit," ucap Charles.
"Aku tidak peduli tentang mengalahkannya karena aku tahu kalau aku tidak bisa mengalahkannya. Setidaknya aku ingin dapat melukainya meski hanya sekali. Sepertinya murid akademi yang bisa melukai Rid sejauh ini hanyalah putri Irene dan senior ketua yang dulu," ucap Noa.
"Saat itu aku hanya kebetulan saja bisa melukai Rid. Buktinya sampai sekarang aku tidak bisa melukai Rid lagi dalam latih tanding," ucap Irene.
"Meski begitu, tetap saja kamu bisa melukai Rid, putri Irene," ucap Noa.
Aku hanya diam saja mendengar mereka yang sedang membicarakan tentangku.
"Mari kita sudahi obrolan tentang Rid ini. Daripada itu, besok kita sudah mulai belajar kembali di akademi dan menjadi murid tahun kedua ya," ucap Charles.
"Iya. Ngomong-ngomong, besok kita latihan pagi lagi atau tidak ?," tanya Noa.
"Tentu saja. Agar bisa bertambah kuat, kita harus latihan tiap hari. Rid saja yang sudah kuat masih tetap berlatih," ucap Charles.
"Tapi masalahnya kita akan menggunakan tempat latihan yang mana ? Apakah masih menggunakan tempat latihan tahun pertama atau kita sudah boleh menggunakan tempat latihan tahun kedua ?," tanya Noa.
"Hmm aku rasa kita masih tetap menggunakan tempat latihan tahun pertama. Kita baru bisa menggunakan tempat latihan tahun kedua setelah resmi menjadi murid tahun kedua. Karena kita latihan saat pagi hari sebelum kita berangkat ke akademi untuk menjadi murid tahun kedua, berarti kita masih menggunakan tempat latihan tahun pertama. Mungkin di hari kedua saat kita menjadi murid tahun kedua, kita sudah boleh menggunakan tempat latihan tahun kedua untuk latihan pagi," ucap Charles.
"Begitu ya," ucap Noa.
Kami pun sampai di gedung lobi akademi setelah meninggalkan tempat latihan tahun pertama.
"Ujian masuk untuk calon murid akademi sudah selesai dilaksanakan kemarin. Mungkin hari ini dilaksanakan ujian lagi bagi murid yang memiliki poin yang sama, sama seperti satu tahun yang lalu," ucap Charles.
"Aku penasaran apakah ada murid tahun pertama yang aku kenal atau tidak," ucap Noa.
"Jika Javier atau Alfred yang menjadi lawanmu di ujian masuk tahap ketiga lolos dan menjadi murid akademi ini, kamu pasti akan mengenalnya," ucap Charles.
"Bukan mereka yang aku maksud. Lagipula aku tidak mengharapkan mereka untuk lolos ujian masuk kali ini apabila mereka ikut lagi, terutama Javier. Meskipun Rid bilang kalau dia tidak masalah apabila Javier menjadi murid akademi karena dia tinggal menghajarnya saja apabila membuat masalah. Tapi menurutku itu akan merepotkan, apalagi jika harus berhadapan dengannya setiap hari, pasti sangat merepotkan," ucap Noa.
"Yah kamu ada benarnya. Lagipula kita juga belum tahu apakah dia ikut ujian masuk ini atau tidak, meskipun kemungkinan besar dia akan ikut ujian masuk ini," ucap Charles.
Lalu kami pun meninggalkan gedung lobi akademi untuk kembali ke asrama kami masing-masing. Sesampainya di depan gedung lobi akademi, kami melihat ada cukup banyak orang yang berjalan menuju gerbang akademi sambil membawa tas dan barang bawaan mereka. Sepertinya mereka adalah orang-orang yang gagal dalam ujian masuk kemarin dan bersiap untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.
"Mereka orang-orang yang gagal dalam ujian masuk ya. Memang sedih melihat mereka gagal seperti itu, tetapi kegagalan ini mungkin bisa menjadi titik balik untuk mereka agar menjadi kuat," ucap Charles.
"Iya, kamu benar. Hmmmm, itu kan.....," ucap Noa.
Noa menunjuk ke salah satu orang yang berada di antara sekumpulan orang yang bersiap untuk pulang. Kami pun melihat ke arah yang ditunjuk Noa itu. Ternyata orang yang ditunjuk Noa adalah Javier. Dia terlihat murung sambil membawa tas besarnya itu. Ada Alfred juga yang berada di sampingnya, aku mengingat dia karena dia merupakan lawan bertanding Noa di ujian masuk tahun lalu.
"Javier dan Alfred, ternyata mereka mengikuti ujian masuk lagi. Dan melihat mereka yang berada di antara orang-orang itu, sepertinya mereka gagal lagi di tahun ini. Karena mereka telah gagal 2 kali di ujian masuk, mereka tidak akan bisa mengikuti ujian masuk lagi dan mereka dipastikan tidak akan bisa menjadi murid akademi ini," ucap Charles.
"Melegakan sekali melihat mereka gagal lagi. Dengan ini si pembuat masalah itu tidak akan mengganggu kita di akademi ini," ucap Noa.
Kami terus melihat ke arah Javier dan Alfred yang pergi menuju gerbang akademi. Awalnya mereka tidak menyadari kami yang sedang melihat ke arah mereka, tetapi Alfred tiba-tiba melihat ke arah depan gedung lobi akademi. Alfred pun menyadari kalau kami sedang melihat ke arahnya. Alfred pun menepuk pundak Javier.
"T-tuan Javier, itu kan...," ucap Alfred sambil menunjuk ke depan gedung lobi akademi.
Javier pun menoleh ke depan gedung lobi akademi. Javier pun langsung terkejut setelah melihat ada apa di depan gedung lobi akademi. Di depan gedung lobi akademi ada Rid Archie yang merupakan target yang harus dihabisinya karena telah menginjak harga dirinya satu tahun yang lalu. Javier yang awalnya murung, mulai tampak marah.
"RID ARCHIE!!!!," teriak Javier.
Noa dan yang lainnya pun terkejut mendengar Javier yang berteriak seperti itu.
"Sial, sepertinya dia melihat Rid. Akademi ini baru saja dipulihkan setelah mengalami kerusakan akibat insiden penyerangan sebelumnya, kita tidak boleh membiarkannya mengamuk dan merusak akademi ini lagi," ucap Noa.
"Iya, kamu benar, Noa," ucap Charles.
Charles dan Noa tengah bersiap untuk menghadapi Javier dengan memegang senjata mereka masing-masing. Yang lainnya pun juga tengah bersiap dengan senjata mereka masing-masing, termasuk juga Irene. Sementara aku belum memutuskan untuk memegang pedangku meskipun aku tahu kalau target Javier itu adalah aku.
~Flame Armor~
Javier membuat sebuah armor dari api untuk melindungi seluruh tubuhnya. Bahkan kepalanya pun juga diselimuti oleh api.
~Flame Sword~
Selain itu, dia juga membuat pedang api dari sihir apinya. Orang-orang yang awalnya berada di dekat Javier pun mulai menjauh darinya setelah Javier menggunakan sihirnya itu di lingkungan akademi ini.
"Walaupun aku tidak berhasil untuk menjadi murid di akademi ini, tetapi setidaknya aku berhasil menemukanmu. AKU AKAN MEMBUNUHMU, RID ARCHIE!!," ucap Javier.
Javier pun langsung melesat dengan cepat ke arahku. Charles, Noa dan yang lainnya pun bersiap untuk menyerang Javier. Namun sebelum Javier berhasil mendekatiku, aku pun juga melesat ke arahnya dengan cepat. Aku berhasil mendekatinya dan itu membuat Javier terkejut.
"Ap-," ucap Javier.
Belum sempat dia selesai berbicara, aku langsung mencengkeram kepalanya dengan tangan kananku dan langsung menghantam kepalanya itu ke jalanan. Aku menghantam kepalanya dengan keras sampai membuat jalanan yang dihantam itu rusak parah.
*DUMMMMMMMMMM
Suara dentuman akibat aku yang menghantam Javier pun terdengar sangat keras. Mungkin suara itu terdengar sampai seluruh wilayah akademi. Setelah aku menghantam Javier ke jalanan, Javier pun tidak sadarkan diri. ~Flame Armor~ yang melindunginya pun perlahan mulai menghilang, begitupun dengan ~Flame Sword~ yang dia buat menggunakan sihirnya. Kepala Javier pun perlahan mulai mengeluarkan darah setelah dihantam ke jalanan.
Setelah mengetahui kalau Javier sudah tidak sadarkan diri, aku pun melepaskan cengkramanku dari kepalanya. Aku melihat tangan kananku mengalami luka bakar karena sebelumnya mencengkeram kepala Javier yang sedang menggunakan ~Flame Armor~. Tetapi aku langsung menyembuhkan tangan kananku dengan sihir penyembuhan. Setelah itu aku pun melihat ke arah Javier yang masih tidak sadarkan diri.
"Daripada membuat keributan, kamu lebih cocok untuk diam seperti ini," ucapku.
-Bersambung