Orang-orang yang berada di sekitar tempat itu pun terkejut ketika melihatku berhasil membuat Javier tidak sadarkan diri hanya dengan menghantam kepalanya ke jalan.
"Pada akhirnya Rid lah yang mengalahkannya," ucap Charles.
"Padahal aku sudah bersiap dengan memegang tombakku untuk melawannya tadi," ucap Noa.
"Yah, lagipula target Javier itu adalah Rid. Sudah pasti Rid lah yang harus mengurus Javier," ucap Kotaro.
Sementara itu, para calon murid yang gagal di ujian masuk yang sebelumnya berada di dekat Javier pun melihat ke arahku. Mereka melihatku seperti takjub akan sesuatu.
"Itu Rid Archie, dia Rid Archie yang asli,"
"Jadi dia orang yang disebut sebagai 'pahlawan' di surat kabar karena menyelamatkan pangeran Charles, putri Chloe dan putri Caroline ?,"
"Aku pikir surat kabar itu terlalu melebih-lebihkan, tetapi setelah melihat kemampuannya itu. Sepertinya yang tercantum di surat kabar itu adalah kebenaran,"
"Iya, bahkan dia bisa mengalahkan putra Marquess itu dengan sekali serang. Padahal putra Marquess itu sudah melindungi tubuhnya dengan sihir api," ucap orang-orang itu.
Selain melihat ke arahku, mereka juga melihat ke arah Charles dan Chloe. Karena Charles dan Chloe merupakan pangeran dan putri kerajaan ini, sudah pasti keberadaannya juga akan menarik perhatian orang-orang itu. Mungkin itu adalah pertama kalinya mereka melihat Charles dan Chloe makanya mereka terus memperhatikan Charles dan Chloe dan itu membuat mereka berdua menjadi pusat perhatian. Saat Charles dan Chloe baru menjadi murid akademi, mereka juga menjadi pusat perhatian murid-murid yang lainnya. Namun lama kelamaan, mereka berdua tidak menjadi pusat perhatian lagi. Mungkin karena murid-murid yang lain sudah terbiasa dengan keberadaan Charles dan Chloe di akademi ini dan sudah tidak memperdulikan status mereka berdua lagi.
"Keparat kau, Rid. Apa yang kamu lakukan ke tuan Javier ?," tanya Alfred.
Alfred mulai berjalan menghampiriku.
"Apa yang aku lakukan ? tentu saja menghentikannya untuk membuat keributan," ucapku.
"Apa yang kamu lakukan itu sudah keterlaluan. Lihatlah darah di yang mengalir di kepala tuan Javier, bukankah itu luka yang cukup parah, bagaimana kalau dia mati ? Apa kau akan bertanggung jawab karena telah membunuh putra seorang Marquess ?," tanya Alfred.
"Tenang saja, dia tidak mati karena sebelumnya dia menggunakan ~Flame Armor~ untuk mengurangi efek benturan tadi. Jika dia tidak menggunakan ~Flame Armor~, mungkin kepalanya sudah hancur setelah aku hantam tadi,"
"Lagipula aku melakukan ini kepadanya karena aku hanya membela diriku dari dia yang menyerangku duluan. Kenapa kamu malah protes seperti itu ? Sebagai bawahannya, harusnya kamu menghentikannya sebelum dia menyerangku,"
"Lalu biar aku tanya sesuatu kepadamu. Barusan kamu bilang apakah aku akan bertanggung jawab apabila aku membunuh dia yang merupakan putra Marquess ? Izinkan aku untuk bertanya balik, apakah menurutmu dia akan bertanggung jawab apabila aku terbunuh olehnya ?," tanyaku.
Alfred pun hanya terdiam dan tidak bisa menjawab. Wajahnya nampak cemas.
"Jawabannya pasti 'tidak' kan ? Beberapa bangsawan tidak akan bertanggung jawab apabila membunuh rakyat biasa sesuka hati mereka, namun rakyat biasa diharuskan bertanggung jawab apabila membunuh bangsawan. Aku yakin kalau dia berhasil membunuhku, dia tidak akan dikenai hukuman. Apalagi mengingat kalau ayahnya merupakan seorang Marquess. Kalau pun dia mendapatkan hukuman, ayahnya pasti akan mencoba segala cara untuk membatalkan hukuman itu. Benar kan ?," tanyaku kepada Alfred.
Alfred tetap diam tanpa menjawab pertanyaanku. Dia terlihat semakin cemas. Karena dia tidak melakukan apa-apa, aku memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa ke dia.
"Daripada kamu diam dan melamun seperti itu, lebih baik kamu bawa Javier ke seorang staff akademi yang bisa menggunakan sihir penyembuhan. Bukankah itu tugasmu sebagai seorang bawahannya ?," tanyaku.
Alfred yang semula hanya terdiam pun bergerak mendekati Javier dan bersiap membawanya untuk disembuhkan. Aku yang berada di dekat Alfred dan Javier pun berjalan kembali menuju teman-temanku. Ketika sedang berjalan, aku melihat ke sekelilingku. Aku baru menyadari kalau orang yang datang ke tempat ini semakin banyak. Mereka penasaran dengan apa yang terjadi di tempat ini. Apalagi tadi juga terdengar suara benturan yang sangat keras.
"Sepertinya aksimu mengundang lebih banyak orang untuk datang ke tempat ini, Rid," ucap Charles.
"Aku tidak melakukan itu untuk mengundang banyak orang," ucapku.
Aku dan yang lainnya berniat untuk kembali ke asrama. Meskipun masih banyak orang yang berada di sekitar tempat ini, kami tidak terlalu memperdulikannya. Namun saat kami baru saja berjalan meninggalkan gedung lobi akademi, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang membuat kami tidak jadi meninggalkan tempat tersebut.
"Ada keributan apa ini ?," tanya nona Karina.
Suara yang membuat kami tidak jadi meninggalkan tempat ini merupakan suara nona Karina. Dia baru saja datang dari dalam gedung lobi akademi. Nona Karina pun melihat ke sekelilingnya dimana ada banyak orang yang terdiri dari para murid, para calon murid, para prajurit dan staf akademi. Mereka semua berkumpul mengelilingi tempat ini. Nona Karina juga melihat ke arah jalanan di depan gedung lobi akademi yang mengalami kerusakan parah.
"Hei, Rid, bisakah kamu menjelaskan apa yang terjadi disini ?," tanya nona Karina.
Aku tidak tahu kenapa nona Karina memilihku untuk menjawab pertanyaannya padahal masih ada orang lain yang bersama denganku. Apa mungkin sebenarnya nona Karina sudah tahu kalau aku yang membuat jalanan itu hancur, makanya nona Karina memilih untuk menanyaiku. Yah apapun itu, lebih baik aku segera menjelaskannya kepada beliau.
"Baiklah, nona. Aku akan menjelaskan apa yang terjadi disini," ucapku.
-
"Begitu ya, jadi Javier yang menyerangmu lebih dulu," ucap nona Karina.
"Iya, nona. Aku minta maaf karena telah membuat jalanannya menjadi hancur," ucapku.
"Tidak apa-apa kalau hanya jalanan saja, itu bisa dipulihkan dengan cepat menggunakan Artifact. Yang terpenting tidak ada bangunan lain yang rusak dan juga murid-murid yang lain juga tidak terluka. Aku terkejut karena kamu memutuskan langsung menumbangkan Javier dengan satu serangan, aku kira kamu akan sedikit bermain-main dengannya terlebih dahulu," ucap nona Karina.
"Jika itu di arena pertandingan, mungkin aku akan melakukan itu. Tapi dia menyerangku disaat ada orang lain di sekitar. Aku tidak mau mengambil resiko dengan bermain-main dengannya. Takutnya orang lain akan terluka dan juga beberapa tempat di akademi ini akan rusak," ucapku.
"Sungguh keputusan yang bagus, wakil ketua," ucap nona Karina.
"Apa nona sedang mengejekku ?," tanyaku.
"Mengejek darimana ? Kamu kan sekarang sudah menjadi wakil ketua Elevrad. Yah daripada itu, kemana Javier pergi ?," tanya nona Karina.
"Tadi dia dibawa pergi oleh bawahannya untuk diobati, aku melihat dia membawa Javier ke gedung penginapan. Beberapa prajurit juga ikut membantu untuk membawa Javier," ucapku.
"Begitu ya, kalau begitu aku akan memeriksanya. Untuk jalanan yang kamu hancurkan itu, kamu tidak perlu pikirkan, aku akan memperbaikinya nanti. Kalau kamu mau kembali ke asramamu, kembali saja," ucap nona Karina.
"Baiklah, nona. Kalau begitu aku dan yang lainnya pamit dulu untuk kembali ke asrama," ucapku.
"Iya. Dan satu hal lagi, Rid. Kamu harus berhati-hati mulai sekarang, mungkin bukan hanya Javier saja yang akan bertindak seperti tadi," ucap nona Karina.
"Bukan hanya Javier saja ? Sepertinya nona Karina berbicara tentang para 'subjek'. Sebelumnya nona Karina bilang kalau kemungkinan ada 'subjek' lain di akademi ini. Jadi nona Karina bilang kepadaku untuk berhati-hati karena mungkin ada 'subjek' lain yang akan menyerangku sama seperti Javier ya," pikirku.
"Baiklah, nona. Aku akan berhati-hati mulai sekarang," ucapku.
Aku pun berjalan menghampiri teman-temanku yang lain dan pergi menuju asrama kami masing-masing, sedangkan nona Karina berjalan pergi menuju gedung penginapan.
-
Sementara itu, di antara para murid yang mengelilingi bagian depan gedung lobi akademi karena penasaran dengan apa yang terjadi, terlihat Enzo dan putri Amelia juga berada di antara para murid itu. Selain bersama dengan Enzo, putri Amelia juga terlihat bersama dengan para anak buahnya.
"Javier, si bodoh itu masih tidak berubah," ucap Enzo.
"Tahun lalu, dia mengalami kegagalan di ujian masuk akademi dan tidak berhasil menjadi murid akademi. Dan sekarang pun dia juga mengalami kegagalan. Terlebih lagi, dia melakukan hal yang ceroboh dengan menyerang Rid secara terang-terangan begitu. Dan pada akhirnya dia dipermalukan oleh Rid," ucap putri Amelia.
"Meskipun dia juga merupakan 'subjek' seperti kita, tetapi dia hanyalah produk gagal," ucap Enzo.
"Kamu benar. Begitu mendengar tentang ini, ayahandaku mungkin akan langsung mencabut jantung Elf yang berada di tubuhnya. Sesuatu yang berharga seperti itu tidak cocok untuk digunakan produk gagal sepertinya," ucap putri Amelia.
-
Siang harinya, di kediaman Duke San Quentine.
Terlihat Duke San Quentine tengah berada di ruangan tengah kediamannya dan sedang berjalan menuju pintu salah satu ruangan yang berada di ujung kediamannya. Sebelum dia menuju pintu ruangan itu, dia bertemu dengan seorang pria dewasa yang hendak pergi menuju bagian luar kediaman Duke.
"Sepertinya kamu melatih Vyn dengan keras lagi ya, Dayne," ucap Duke Remy.
Orang yang ditemui Duke Remy adalah Dayne Laterza. Beliau merupakan ayah senior Vyn dan juga merupakan komandan prajurit Duke San Quentine. Para prajurit Duke San Quentine memanggil beliau dengan sebutan 'Komandan Dayne'.
"Hmmm, kakak ya. Yah sesuai perkataanmu, aku baru saja melatih Vyn dengan keras," ucap komandan Dayne.
"Jangan terlalu keras dalam melatihnya, Dayne," ucap Duke Remy.
"Jika saja dia tidak kalah di turnamen akademi itu, maka aku tidak akan melatihnya seperti ini. Tetapi kekalahan itu membuktikan kalau dia masih sangat lemah, makanya aku melatihnya seperti ini. Sepertinya waktu yang dihabiskannya selama 4 tahun di akademi tidak cukup untuk membuatnya semakin kuat," ucap komandan Dayne.
"Ya sudah terserah kamu saja. Aku mau bertemu dengan kawan-kawanku terlebih dahulu," ucap Duke Remy.
"Silahkan, kak. Kalau begitu aku juga mau pergi ke tempat latihan dan mengawasi latihan para prajurit," ucap Komandan Dayne.
Mereka berdua pun pergi ke tempat tujuan mereka masing-masing. Duke Remy pun akhirnya sampai di depan pintu sebuah ruangan yang ingin dia tuju. Beliau pun membuka pintu itu dan masuk ke dalam ruangan itu. Terlihat di dalam ruangan itu ada Duke Darwin dan juga Duke James.
"Maafkan aku karena telah membuat kalian berdua menunggu. Kalau begitu, mari kita mulai pembicaraannya," ucap Duke Remy.
-Bersambung