Chapter 110 - BAB 100

⚠️WARNING⚠️

BAB INI MENGANDUNG UMPATAN DAN KEKERASAN YANG MUNGKIN AKAN MENYEBABKAN BEBERAPA PIHAK TIDAK NYAMAN. MOHON BIJAK MEMILIH BACAAN. TERIMA KASIH.

Jirayu pun diseret keluar penjara. Dan meski kondisi jemarinya menempel karena luka serta darah, lelaki itu tetap dihadapkan dengan sistem di udara.

Dalam kondisi berlutut, Allard menunggui dengan pisau di lehernya, sementara Mike dengan senang hati menolongnya dengan pistol laras pendek. Namun, Jirayu samasekali tak gentar.

"Baiklah, baiklah. Aku akan mencobanya," kata Jirayu dengan lirikan malas. Sayang, saat layar virtual sudah dipegang, semua orang tidak tahu apa yang sebenarnya dia kerjakan.

Jirayu bukannya sedang meretas akses yang sedang direbut. Karena dia tak peduli akses itu jatuh kepada siapa. Yang pasti, kalau bukan di tangan Allard, maka Jirayu harus selamatkan diri sendiri.

"Ha ha ha. Kalian akan tamat setelah ini," batin Jirayu. Meski memasang raut yang panik, sebenarnya lelaki itu tengah mencari koneksi dari beragam kamera di bumi.

Ponsel, laptop, CCTV, atau bahkan server data hacker lain--Jirayu sedang memastikan dia bisa kabur lewat mana dari penjara ini, juga menghubungi kepolisian setempat dengan penyamaran suara. (*)

(*) Suara polisi kukasih emotikon polisi ya.

👮: Halo, kami dari kepolisian distrik XXXX, apakah ada yang bisa kami bantu?

Tentu saja Jirayu tak sebodoh itu. Dia mengkonversi suara si polisi menjadi tulisan, lalu membalasnya dengan cara yang sama. [Yang nantinya teks itu akan difilter jadi suara wanita] ketika diterima mereka.

👩‍🦰: Aaaa! Tolong aku akan diperkosa! Mereka sepertinya juga ingin membunuhku! Tolong! Datanglah ke jalan XXXX secepatnya!

Jirayu kemudian berpura-pura mengotak-atik server itu dengan keringat menetes. Padahal, dalam hati dia tertawa-tawa karena mereka belum tahu sebenarnya telah berhadapan dengan siapa.

"HEI, CEPAT!" bentak Allard tidak sabaran.

"Apa kau tak lihat aku sedang berusaha?!" bentak Jirayu balik.

Allard pun diam menahan emosi. Namun, dia membiarkan sambil terus mengawasi.

Jirayu sendiri merasa harus terus mengulur waktu. Sebab jika sudah tidak berguna, Jirayu yakin Allard akan menghabisinya seketika itu juga. Tapi siapa yang mau? Jirayu takkan lakukan apapun sesuai keinginan orang lain. Maaf saja!

[Peringatan! Peringatan! ]

[Akses sistem akan segera dipindahkan kepada sang eksekutif secara total]

[Keberhasilan coding sebanyak 93%]

[Semoga hari Anda menyenangkan]

[😊😊😊]

DEG

Allard pun refleks memaki. "BEDEBAH! JIRAYU! KAU INI SEBENARNYA MELAKUKAN APA?!" tanyanya.

Jirayu pun tak sanggup menahan tawanya. "HA HA HA HA HA! Menurutmu sendiri? Aku barusan sedang melakukan apa?"

"HEI!"

Jirayu tetap tertawa meski tubuhnya digebuki kembali. Dia menikmati hal itu seperti tengah bermain, tak peduli apakah nyawanya akan melayang.

Bodoh, bukan? Padahal perkataan Allard benar. Jirayu sudah pernah berkhianat, yang berarti kini Kim pasti membencinya, bahkan Ken kemungkinan tidak lagi mengingatnya. (*)

Oh ... apa sih yang Jirayu harapkan? Toh mereka hanya pedulikan soal Tawan. Jadi, percuma saja tetap berada dalam perasaan jatuh karena tersia-siakan.

"HA HA HA HA HA!! AKU HIDUP UNTUK DIRIKU SENDIRI, ALLARD! AKU PUN AKAN MATI UNTUK DIRIKU SENDIRI! DAN AKU TAKKAN MENYESALI, KALAU PUN SESEORANG MEMBUNUHKU DI TEMPAT INI--"

DORRR!!

"Arrgh!"

Bukan hanya Jirayu, tapi Allard pun kaget karena suara tembakan itu. Sebab yang mati bukan salah satu dari mereka, melainkan Mike yang tadinya berjaga dengan pistolnya.

Kening lelaki yang duduk di kursi itu bocor, bahkan darah terciprat di cangkir cantiknya. Lalu saat Jirayu menoleh, wajah Kim muncul di balik pintu yang terdobrak, plus para klona yang menghambur masuk tanpa aba-aba.

BRAKHHH!

DEG

"KIM!" teriak Jirayu yang sungguh tidak menyangka.

"APA?!"

"BANTAI MEREKA SEMUA!" teriak Kim, yang langsung dipatuhi seluruh klona.

"BAIK!"

Sementara Allard dihantam lelaki itu dengan lompatannya dari lantai 2.

BRUAAAKHH!!

SRAAAAAKHH!

Namun, bukan Allard jika tak sanggup berkelit. Lelaki itu mungkin kaget, tapi dia langsung bertarung melawan klona. Begitu juga bawahannya.

"PHI BRENGSEK JANGAN DIAM SAJA! CEPAT PERGI! PENJELASANNYA BISA NANTI-NANTI!" bentak Kim yang sedang berusaha menghajar Allard dengan tinjunya.

Mereka satu lawan satu. Dan Jirayu pun segera bangkit dengan tubuhnya yang penuh luka.

"Ya!" Namun, Jirayu bukannya pergi, dia justru ikut bertarung bersama Kim untuk membekuk Allard.

Jujur saja, emosi Jirayu sudah berada di ambang batas. Dia tak pernah merasakan sebegitu terhina oleh seseorang hingga Allard yang memberangusnya secara membabi buta di tempat ini.

"Buat apa kemari? Arrgh!" protes Kim sembari menangkis serangan Allard. Bekukannya dibalik ke sisi, lantas mereka berusaha saling membanting walau tak ada yang mampu.

JDUGH!

BRAKH!

"Tentu saja untuk memberinya pelajaran! Apa lagi?" kata Jirayu sembari mengusap darah di sudut bibir.

Kini, Jirayu dan Kim berposisi saling memunggungi. Mereka mengamankan arah hadap satu sama lain, meski rasanya nyaris tak mungkin.

"HIAH!"

Brakhh!!

Selama menyerang Allard, pikiran Jirayu tetap tidak sampai meski membayangkan berbagai skenario. Kenapa tiba-tiba Kim ada di sini? Atau dirinya yang di ambang putus asa beberapa saat lalu.

Belum lagi klona-klona Kim. Yang tak ada satu pun pengkhianat diantara mereka, sehingga Jirayu baru sadar bahwa keberhasilan perebutan akses telah sempurna (hei, ngomong-ngomong itu terjadinya sejak kapan?).

Rasanya hanya beberapa detik! Sumpah!

Kim seolah tahu dia menjadi pengendali utamanya kembali saat masuk kemari. Sebab lelaki itu bahkan tidak ragu perintahkan apapun pada pasukannya.

"BEDEBAH! Siapa yang mengundangmu ke tempat ini!" maki Allard jengkel. Lelaki itu pun membalas dengan segala cara. Dia meladeni Jirayu dan Kim sekaligus, dan tetap bangun meski sempat terjatuh berkali-kali.

"Mengundang? Maaf saja aku tidak sedang ingin ikut ke dalam acaramu," kata Kim.

Dengan jantung yang berdebar pelan, Jirayu pun menoleh ke belakang. "Apa Kim memang datang untuk menjemputku saja? Mustahil ...." batin lelaki itu.

Sayang Allard tak memberikan waktu lebih untuk mereka berpikir. Sebab tiap tendangan lelaki itu sangat akurat, sehingga Jirayu jengkel sendiri kalau dadanya selalu terkena.

BRUAAAKHHH!!

Punggung Jirayu saja sampai terjembab ke jeruji beberapa kali. Untung, sebelum dirinya sanggup berdiri, Kim sudah menjambak kerah Allard dari belakang, lalu menjotos wajahnya dengan siku dan lengan.

Jdugh!

"ARRRGHH!"

Hidung Allard pun mimisan, dan Kim langsung melemparnya ke bawah injakan selama masih terdera pening.

BRUGH!!

"ARRRRGGGHHHHHHH!!"

Puncaknya adalah ketika Allard sudah diserbu oleh tujuh klona sekaligus. Dia dipegangi dari kanan, kiri, bahkan tangan dan kakinya diborgol sebelum Kim menggamparnya dengan sabuk yang sudah dilepas.

PLARRRRRRRR!!! PLARRRR!!!

"BABI KOTOR! SIAPA YANG MENGIZINKANMU MEREBUT AKSESKU, HAH?!"

PLARRR!! PLARRR!! PLARRR!!

"ARRRRGGGHHHHHHHHHHHH!!!!"

"DAN ITU UNTUK TEMBAKAN-TEMBAKAN LANCANGMU! DI LENGANKU! DI TUBUHNYA! DI TEMPAT YANG TAK SEHARUSNYA KAU JAMAH, KEPARAT!"

PLARRR!! PLARR!! PLARRR!! PLARRR!! PLARRR!! PLARRR!!

Kim benar-benar tidak punya ampun. Persis seperti saat dia menyembelih Porche, lelaki itu juga tak ragu bermain-main dengan wajah Allard. Perlahan-lahan ... perlahan-lahan .... barulah Kim menancapkannya ke tempat yang dia suka.

CRAKHHHH!!!!

"AARRRRRRRGGHH!"

Membuat darah mengalir di tubuh Allard, walau Kim tidak menghendaki kematiannya. (*)

(*) Gambarnya sengaja aku buremin ya 💀 you know what lah.

SRAAAAAAKKHHH!!

"Arrrrgghh!!"

Tubuh Kim bergetar senang ketika menyodet bahu atau paha lelaki itu. Dia melampiaskannya perasaan ingin memburaikan organ, tapi memilih menjambak hingga wajah mereka saling menatap.

"Dengar, Bung. Aku tidak tahu apa tujuanmu, tapi tangan ini sudah melukai orang yang salah," kata Kim sambil menggores jari jemari Allard. Mereka masih saling menatap sengit, walau Allard tak sanggup berdiri dari Kim yang menduduki dadanya. "KAU DILARANG MENYENTUHNYA, DENGAR?! KAU HANYA BOLEH BUNUH SIAPAPUN SELAIN DIA!" teriaknya sebelum menghempas Allard begitu saja.

BRAAAAAKKHH!

Begitu puas, tidak ada gemetar atau apapun. Juga tidak ada ketakutan di dalam matanya. Malahan Kim hanya menyarungkan kembali pisau bawaannya ke dalam saku. Lalu memerintah beberapa klona.

"Bawa dia!" perintah Kim.

"Baik!"

Suara Kim lalu memelan, walau justru makin pekat dengan amarah pada tiap katanya. "Bawa dan aku ingin mencuci otaknya ...."

DEG

"Apa?"

Kim pun menoleh kepada Jirayu. "Ikut aku atau mati di tempat ini," katanya. "Karena jika aku benar, polisi panggilanmu itu akan sampai kurang dari 5 menit lagi."

Sambil menatap kedua mata yang dirindukannya, Jirayu pun mengepalkan tangan. "Aku--ya, tentu akan bersamamu," katanya. "Tapi kenapa kau bisa sampai kemari--"

"Menurutku lebih baik kau tak salah paham," sela Kim secepat mungkin. "Karena seandainya Ken tak menginginkanmu, maka aku pun tak akan sampai di tempat ini."

Bersambung ....

🤔 Hmm ... rasanya terlalu singkat dan kurang brutal ....

Apalagi yang dikalahin sekelas Allard.

😌😌👏 Ah, sudahlah. Saya mau fokus namatin dulu. Re-make-nya kapan-kapan aja. Ngedit mulu keburu idenya ilang ntar.