Chapter 108 - BAB 98

Lovely Review:

***

Seperti yang Kinn bilang kepada Porche, dia memang langsung melepaskan lakban dari mulut Jasmine begitu sampai. Tali kaki dan tangannya juga. Pun penanganan gadis kecil itu sepenuhnya ada padanya.

Para bodyguard hanya menjaga di luar bangunan. Walau Kinn sebenarnya juga agak heran. Mengapa Jasmine tidak takut kepadanya? Gadis kecil itu malah memelototi Kinn dengan kedua mata biru curiga, tapi kemudian biasa saja.

"Jadi, kau adalah tipe yang pemberani," puji Kinn sambil mengulurkan sebuah roti cokelat.

Jasmine memandang roti darinya sejenak, lalu menerima dengan ucapan terima kasih.

Hal yang membuat Kinn makin tertarik. Apalagi gadis ini cantik. Apakah Namsie besar nanti juga sepertinya?

Hmm ... sambil membayangkan, Kinn mendadak senang punya anak perempuan.

"Kau tidak khawatir kuracuni?" tanya Kinn saat Jasmine menikmati rotinya. Pipi gadis kecil itu cemong, lantas Kinn segera mengusapnya dengan sapu tangan.

"Tidak, karena kau terlihat seperti ayahku."

DEG

Senyum Kinn seketika luntur. "Maksudmu tua?"

Jasmine mengangguk, lalu mengeluarkan racun tajamnya. "Tua dan bapak-bapak," katanya dengan raut tanpa dosa.

Jleb

Vegas dan Pete sampai tertawa keras di belakang sana, tapi mereka berusaha menutup mulut.

Kinn pun mengelus tengkuknya yang mendadak pening. "Ya, umurku memang sudah 30. Ditambah anakku juga tunggal perempuan sepertimu. Malah salah kalau dibilang tak bapak-bapak," katanya meski setengah hati.

"Oh, jadi kau sudah punya anak?"

"Mm. Hm."

"Apa cantik sepertiku?"

"Yeah. Dia punya darah Korea, tapi masih bayi merah," kata Kinn. "Entah kalau sekarang. Aku belum sempat menanyakan perkembangan Nam kepada Nanny-nya."

"Oh, jadi namanya siapa?"

Sambil menunggu Inspektur Smith dn Chief Joseph datang, Kinn justru menikmati waktu bercakap dengan Jasmine. Dia membayangkan Namsie nanti juga seperti korban culikannya itu. Yang pintar, cerewet, pemberani, dan tahu cara membuatnya gemas.

"Nickname-nya Nam. Panjangnya Namsie Lyn Theerapanyakul. Tapi aku cukup suka memanggilnya Namsie saja."

Jasmine mengangguk, lalu menjilat cokelat di sudut bibirnya. "Aku boleh melihatnya? Di ponsel?"

Kinn melirik ponsel di sakunya. "Ah, sayang sekali ini bukan ponselku. Jadi, maaf ya. Foto bayiku tak ada di sana," katanya. Lalu memberikan ponsel kepada Vegas.

Dari tatapan sekilas saja, Vegas sudah benar-benar paham. Bahwa Jasmine bukan anak sembarangan. Dia cukup terlatih saat menghadapi orang. Jadi, saat ada yang menculik seperti ini, dia akan melakukan sesuatu untuk mencoba hubungi orang rumah.

"Oh ...." desah Jasmine yang agak kecewa. Dia sadar caranya sudah gagal total, lalu memutuskan untuk menikmati roti saja.

"Apa kau sungguh kecewa?"

"Yup. Aku pengen lihat istrimu juga. He he," cengir Jasmine. "Kan belum tentu ibu Namsie lebih cantik dari ibuku. Aku hanya ingin membandingkan."

Kinn mengalami denyutan pening kedua. Apalagi tawa Pete semakin menjadi. "Pffft--ha ha ha ha ha."

"Awas, Pete. Aku akan menjotosmu nanti," batin Kinn sedikit jengkel.

"Istriku? Ya. Cantik kok. Malahan sangat-sangat-sangat cantik. Jadi, menurutku tak ada yang mengalahkan, meski tidak kubawa fotonya juga," tegas Kinn sambil mencubit pipi si bocah.

Jasmine pun kecewa sekali lagi. "Ah, tidak seru," katanya. "Kau terlalu banyak rahasia, Papa Namsie."

Kinn justru mengacak rambut si bocah. "Iya, tak masalah. Karena bapak-bapak memang jarang main seru. Apalagi dengan anak-anak," katanya dengan seringai. "Karena aku suka main dengan yang sama dewasa. Paham?"

Otak Jasmine langsung macet karena perkataan sang mafia. Vegas sampai menahan napas, lalu memijit keningnya. "Ah, sepupu. Tolong hentikan obrolan kalian. Dia benar-benar masih bocah," tegurnya.

Kinn pun bisa tertawa sekarang. "Ha ha ha. Biar. Toh dia takkan paham ucapanku, " katanya. Lalu beranjak dari tempat itu. Dia juga tidak lupa memintakan kursi untuk Jasmine. Lalu mengangkat si bocah agar duduk di sana. "Sekarang tunggu saja, gadis pintar. Ayahmu memang akan menjemput. Dan kau takkan kusakiti asal tidak macam-macam."

Sepuluh menit berlalu, barulah ada rombongan yang mendekat ke gedung kosong tersebut.

Mereka menggunakan beberapa mobil Jeep beruntun, lalu turun dengan pakaian biasa. Tidak ada yang berseragam.

Kinn bahkan butuh diskusi dengan Naphat sebentar untuk memastikan mana yang Chief Joseph, mana juga yang bernama Smith.

"Tuan, tidak ada satu pun dari mereka," kata Naphat. Membuat Fern dan Gan yang bersembunyi di balik pilar bangunan di luar langsung bersiaga dengan snipper masing-masing.

"Benarkah?"

"Ya, aku yakin," kata Naphat. "Kalau bukan jebakan, lalu apa namanya? Kita harus hati-hati."

Pete pun langsung siaga. Lelaki itu kehilangan tawanya, lalu melirik keluar jendela. "Vegas, aku akan mengawasi keluar."

"Ya," jawab Vegas. Beda dengan Kinn Anakinn. Lelaki itu memiliki rasa kepercayaan lebih besar kepada pasangannya ketika ada situasi genting seperti ini. "Dan aku bagian belakang. Kinn, kau urusi gadis ini dan jangan lengah."

"Ya." Kinn mengangguk, mereka pun langsung melompat keluar.

Pete mengomando Fern dan Gan untuk waspada setiap detik. Dan ketika mobil-mobil itu berhenti, tak seorang pun tidak menjengitkan bahu karena orang-orang berbadan besar lah yang keluar pintu.

"HEI, BUNG! KELUAR! KAMI SUDAH MEMBAWA CHIEF JOSEPH!"

Pete mengeraskan suara lebih dari mereka. "BAWA KELUAR PRIA ITU DULU! DAN MASUK! KAMI BUTUH DISKUSI DAN KESEPAKATAN!" tegasnya.

Kali ini, ada yang mengeluarkan toa untuk memperjelas. "Keluarkan Nona Jasmine dulu! Kami dia terlihat, maka Chief juga terlihat. Tidak ada alasan yang tidak penting!"

Kinn yang mendengar pun mengulurkan tangan kepada Jasmine. "Kau tidak ingin bertemu ayahmu? Ayo," katanya.

Jasmine memandang sang mafia dengan kedipan yang lucu. "Apa aku akan benar-benar pulang?"

"Ya."

"Kau takkan membawaku lari lebih jauh lagi?"

Kinn tersenyum tipis kepada si gadis kecil. "Tenang saja. Asal ayahmu menepati persyaratan kami, maka kau akan kembali pada ibumu."

Ragu-ragu, Jasmine pun menyambut tangan Kinn Anakinn. Mereka keluar dari persembunyian, barulah Joseph yang sedari tadi mengenakan topeng di jok belakang mengangguk dan keluar.

"Jasmine!" teriak Joseph setelah topengnya ditaruh. Lelaki itu melambaikan tangan kepada puterinya, sementara tidak seorang pun bawahan mereka yang tidak siaga.

"Dadddyyyy!!" panggil Jasmine dengan lambaian tangan yang sama. Gadis kecil itu langsung tersenyum manis, bahkan nyaris berlari langsung, jika saja Kinn tidak mencengkeram tangan mungilnya. "Argh!"

"Hei! Jangan kasar-kasar dengan puteriku!" bentak Joseph refleks kesal.

Kinn pun menyeringai tipis. "Aku takkan kasar kalau kau kondisional," katanya. "Bukankah yang ingin kau lihat sudah ada di depan matamu. Sekarang bagaimana dengan yang kuinginkan?"

Chief Joseph pun menghela napas kasar. "Oke, oke. Aku akan datang dengan beberapa pengawal. Kita diskusi di dalam."

"Bagus."

"Tidak ada yang boleh menembak atau apapun, paham? Atau kesepakatan kita selesai."

Chief Joseph pun mendekat dengan menerobos rumput-rumput ilalang. Dia tidak segan melakukannya demi sang puteri, kemudian melewati jalur kotor gedung bercoret graffiti liar.

Kinn pun membawa Jasmine masuk, sementara Vegas di belakang diskusi dengan beberapa bodyguard. Mereka masih mencari keberadaan Inspektur Smith. Dan tidak perlu mempertanyakan dimana dia. Sudah jelas kalau Chief Joseph merencanakan sesuatu sebelum kemari.

"Kinn, jangan sampai lengah sedikit pun," kata Vegas melalui earpiece yang dia gunakan.

"Kau juga," sahut Kinn. Lalu tersenyum kepada Joseph sebelum mereka duduk berhadap-hadapan.

Sang pemimpin keluarga Theerapanyakul itu memangku Jasmine dengan pahanya sendiri. Dia tidak melepaskan si gadis kecil, dan membuat Ayahnya sedikit frustasi.

"Pertama-tama, benar kau adalah pemilik pin ini?" tanya Joseph. Lalu mengeluarkan tanda marga Theerapanyakul ke atas meja.

Kinn menjawab tanpa menurunkan dagunya. "Ya, dan aku adalah kepala dari mereka."

"Oke, tapi ini sungguh tidak setara," kata Joseph. "Karena puteriku bernilai 1 nyawa, dan kau jelas-jelas sudah mengancam warga kotaku dengan penyerangan itu."

"Hmph, pelecehan," kata Kinn dengan dengusan kesal. "Memang kau punya bukti aku yang lakukan penyerangan? Kenapa tidak tanyakan pada pihak lain yang ada di sana? Karena orang berpangkat sekelas dirimu, mustahil jika tidak menyadari sesuatu."

Joseph pun menahan senyum jengkelnya. "Hmm, ya. Aku sudah mencoba bicara dengan Mossimo, tapi dia masih mengabaikan isyarat dariku."

"Menyedihkan," kata Kinn refleks. "Lagipula, atas dasar apa kau mengatakan kami mengancam kota. Ini urusan kami pribadi. Dan penyerangan itu tidak sampai merambah ke sekitar mansion. Jadi, kenapa kau mempermasalahkan? Padahal jelas-jelas tak ada korban looal menonjol di tempat itu."

Chief Joseph pun mengepalkan tangan di bawah meja. "Kau benar. Tapi itu tetap meresakan masyarakat sekitarku," katanya. "Kalian sudah layak disebut teroris! Lagipula, siapa yang percaya jika yang separah itu tentang kalian berdua? Tak adanya korban jiwa yang menonjol justru membuat kami bertanya-tanya."

KACRAK!

"Banyak omong ...."

"Hei, jangan todong puteriku seperti itu!" bentak Joseph. Dia langsung panik, apalagi Jasmine kini dibekap Kinn Anakinn.

"Uppphh! Dddyfff ...."

Kinn menempelkan ujung pistolnya kepada si gadis kecil. "Dengar, Joseph. Kau yakin gadis ini bernilai 1 nyawa saja?" ancamnya. "Karena jika memang kau setuju, aku takkan segan-segan menghabisinya di depan matamu."

Bohong. Itu bohong.

Kinn bahkan memikirkan Namsie di rumah saat mengatakan hal yang jahat itu.

Bagaimana si bayi tersenyum. Bagaimana perasaan Joseph sebagai ayah. Bagaimana juga kebahagiaan mereka yang pernah terbagi.

Well, Kinn takkan pernah mau salah langkah lagi. Apalagi Joseph. Lelaki itu berdebar karena sadar ada sinar LED merah pada dadanya. Lalu menggertakkan gigi.

"Hei, Kinn Anakinn. Jangan sembarangan denganku," kata Joseph.  Yang mendadak juga keluarkan pistolnya.

KACRAK!

Dan itu membuat semua bodyguard mereka ikut menodong.

KACRAK! KACRAK! KACRAK! KACRAK! KACRAK! KACRAK!

"Hmph, sudah kuduga kau tahu soal diriku," kata Kinn. Yang kemudian mengantungi pistolnya kembali. "Ha ha ha, tapi maaf saja, Joseph. Aku sudah janji kepada gadis kecilmu, untuk tidak melukai dia atau ayahnya."

Chief Joseph tetap ketar-ketir. "Kemarikan dia, kemarikan!"

"Tapi tidak jika kau sampai melukai adikku," kata Kinn. Yang kini menggunakan tangan untuk mencekik Jasmine.

"Akkkhh!" jerit Jasmine panik. Padahal, Kinn tetap melemahkan cekikannya pada tekanan tertentu. Dia memastikan nadi gadis kecil itu masih berdenyut, lalu membuat sang ayah semakin panik.

"Adikmu? Siapa? Kenapa sekarang jadi membahas adikmu?!" tanya Joseph.

Kinn pun menegaskan suaranya sekali lagi. "Ini bukan tentang warga sipil, Joseph. Karena aku pun tak peduli dengan rakyat-rakyatmu," katanya. "Tapi hanya tentang Jasmine dan adikku. Kau memberikan kebebasan pada kasus di mansion itu, maka adikku aman dari semua orang. Dan aku memberikan princess cantikmu, maka dia pun aman dariku. Paham?"

DEG

"Apa?"

Cekikan Kinn pun semakin kuat.

"JAWAB ATAU TIDAK, JOSEPH?! AKU MULAI MUAK DENGANMU!"

"AAAAAAAKKKHHHH!!"

Joseph yang sudah frustasi pun berteriak tanpa kendali. "PERSETAN DENGAN DIRIMU! SEMUANYA TANGKAP LELAKI INI! AKU AKAN BUNUH KALIAN JIKA TIDAK MELAKUKANNYA!"

DOR!! DORR!! DORR!!

Seketika, gedung kotor itu pun penuh tembakan. Dan meskipun pasukan Joseph yang mengawali, tapi Vegas sudah membidik dua bodyguard lelaki itu dari belakang sebelum beraksi.

"Merunduk, KINN! CEPAT BAWA GADIS ITU PERGI!"

"FUCK! SUDAH KUKIRA AKAN SEPERTI INI!" teriak Kinn yang langsung menggendong Jasmine pergi.

"Dadddyyyy!!" teriak Jasmine sambil menggapai udara. Gadis itu pun langsung menangis, sementara topeng kuatnya luntur begitu saja.

Mereka berdua pun tenggelam di balik dua pasukan yang saling bertarung, sementara Pete dan para bodyguard depan menembaki infanteri yang sembunyi di balik semak.

"SIAL! INSPEKTUR SMITH MEMBAWA PASUKAN SENDIRI! ITU MEREKA!" teriak Pete sambil menembak.

DOR! DOR! DOR! DOR! DOR!

Hancur sudah pertemuan pada waktu itu. Mereka semua tak ada yang mengalah, sementara gedung kosong yang sepi pun menjadi ramai.

"AAAAAAAAAAAAAA!!"

Membuat teriakan Jasmine makin melengking, memecahkan sentero distrik di sekitar dan warga yang lelah.

"Diam kau! Sementara diam di dalam dan patuh padaku!" bentak Kinn kepada Jasmine. Dia sebenarnya tak tega, tapi persetan dengan semua ini.

Karena Jasmine beda dengan Kim di masa lalu. Bila Jasmine kecil hilang dan langsung dicari, maka Kim dulu tidak begitu. Dia menjadi gelap karena tak bisa berharap pada seorang pun, sementara Kinn ingin menebus kesalahannya meski terlambat.

__________

Maaf, karena aku pun memiliki seseorang yang ingin kulindungi kerapuhannya.

Maaf, karena aku pun akan jadi sebagian memori gelapmu di masa depan.

Tak masalah.

Karena hutang akan dibayar. Dan darah pun bisa ditumpahkan sebagai balasan ....

Toh siapa yang benar-benar tahu takdir?

Hari ini dan nanti bisa berbeda. Dan aku takkan menyesali jika akan kau dendam padaku, Nak.

Cukup datang saja jika rambutku sudah beruban.

________

"VEGASSSSS!!!" teriak Kinn begitu sudah berada di dalam mobil. "CEPAT MASUK! SURUH PETE KEMARI SEGERA! KITA PERGI!"

Tepat saat Vegas memaki dan tinggalkan tempatnya, beberapa mobil kelas berat tiba-tiba muncul di belakang gedung mereka.

DORR!! DORR!! DORR!!! DOR!!

Mereka menembaki pasukan Joseph dan Smith yang tak bisa berkompromi. Lalu menyerbu dengan kaliber yang sangat besar. Ukuran 12,7 x 55 mm. Bahkan Kinn tak pernah memiliki yang seperti itu, dan sudah jelas di belakangnya adalah kiriman Mossimo.

DORRR!! DORRR!! DORR!! DORR!  DORR!! DORRR!!

"Tuan Kinn! Cepat jalan dan jangan di sini!" teriak salah satu dari mereka. "Kami akan tangani mereka sekarang!"

"YA!" sahut Kinn. Lelaki itu pun menyetir cepat, sementara Vegas dan Pete melompat masuk ke dalam mobilnya yang sudah berjalan.

BRRRRRMMMMMMMM!!!

"BANGSAT!! KEJAR MEREKA SEKARANG!!" teriak Inspektur Smith, meski setelah itu dia jatuh tersungkur oleh tembakan jitu dari Gan.

"Uhookkkh!!"

BRUGH!!

Sebuah tembakan tanpa suara, tanpa ada yang menyadarinya, tapi sukses membuat bocor dada korbannya.

"SMIITHH!!"

Setelah Smith tumbang, Joseph pun mengepalkan tangan marah kepada Gan yang langsung sembunyi.

"AKU TIDAK PEDULI. CEPAT TANGKAP SALAH SATU DARI MEREKA! SIAPAPUN! AKU INI DAPAT INFORMASI!"

"BAIK!"

Bersamaan dengan titah Joseph, suasana riuh pun pecah diantara padang rumut yang luas tersebut.

"Akan kupastikan kakimu takkan lari lagi, Anakinn! Kau pikir bisa berbuat macam-macam denganku," janji Joseph di dalam jantungnya yang paling dalam.

Bersambung ....

Hmmm ... Kinn gak takut jadi sasaran balas dendam Jasmine di masa depan? Emang enggak. Karana takut hanya akan membuat dia tak layak jadi mafia 🤡

Dan pastinya, semua mafia memiliki pemikiran ini.