"Apapun itu, aku takkan melakukannya padamu," kata Vegas. Setelah mengingat semua kejadian di laboratorium. Dia merasa gagal karena tidak bisa membawa Laura, dan sekarang malah sibuk kebingungan di kota ini. "Aku bersumpah takkan begitu, Pete."
Pete pun kebingungan. Dia memandang Vegas yang nyaris menangis setelah tak pernah begitu bertahun-tahun. Lalu ke jari mereka yang mengenakan cincin pertunangan. "Oke, oke. Anggap saja aku paham, tapi tidak masalah kok," katanya. "Lagipula, mau ada 100 Vegas pun, yang pakai cincin dan akan menikahiku cuma satu. Sini."
Vegas tetap diam di tempat. Dia kesulitan bernapas karena memikirkan Kinn yang tidak bisa dihubungi sejak tadi, bahkan bawahannya juga melaporkan kehilangan jejak Kinn di Venezia.

Kinn ... Kinn ...
Pete, Laura--
Porche ....
Lalu suara dari ponsel Jirayu yang diingatnya jelas, tapi masih sulit juga dipercaya. "Itu tidak mungkin Kim, kan? Tidak ...." pikir Vegas. Lalu memijit batang hidungnya sendiri. "Tapi buat apa Jirayu sengaja mengeraskan speaker. Tipuan-tipuan ini sungguh tak lucu." "Aku pasti hanya sangat kelelahan."
Diabaikan sebagai "majikan", Pete pun memeluk pinggang Vegas seolah dirinya hanyalah seekor guguk yang kecil. Dia mendusel ke sana, meski tidak dielus. Lalu mengesuni perut Vegas selama sang kekasih begitu resah.
"Pete ...." Pete hanya diam dan membiarkan Vegas terus menyebut namanya. "Pete ...."
Kesenyapan pun berjalan selama beberapa menit. Hingga Vegas diam dengan sendirinya, lalu Pete melihat sisa jejak GPS.
"Ah, pertama-tama ... bagaimana kalau kita cari Phi Kinn lebih dahulu?" tanya Pete. "Bukankah dia ke Venezia untuk mencari Porche?"

"Ya."
"Dan Phi Kinn pasti membawa kelompok lain," kata Pete. Dia masih hapal kebiasaan sang mafia keluarga utama meskipun telah izin berhenti jadi bodyguard mereka. "Dimana mereka sekarang?"
Vegas pun akhirnya menoleh padanya. "Ah, ya. Aku belum menghubungi mereka."
Pete hanya nyengir menanggapinya. "See? Menghadapi apapun dengan kepala dingin lebih berguna?" katanya.
Vegas pun menghubungi pasukan yang tadinya masih di kapal pesiar. Dan berkat angin kencang serta cuaca yang buruk, mereka ternyata hampir mangkir di pelabuhan Venenzia, mungkin kurang dari 1 jam sampai ke sana.

"Halo, Khun Vegas. Maaf atas ketidaknyamanannya. Kami benar-benar mendapatkan perjalanan yang sulit! Apa semua baik-baik saja?" tanya salah satu perwakilan bodyguard. "Karena kami belum dihubungi balik oleh Tuan Kinn hingga sekarang."
Vegas pun meremas ponselnya cemas. "Ya, aku baik," katanya. "Tunggu saja aku ke sana. Biar kuambil alih misinya untuk menemukan mereka berdua."
DEG
"Eh? Um, BAIK!"
"Juga bersiap-siaplah segera. Sebentar lagi kita akan menandai setiap jengkal dari kota itu bersama-sama," kata Vegas. Bahkan meski Mossimo tetap terlambat menyusul kemari.
"Siap, laksanakan!"
Begitu perintah mulai berjalan, Pete pun tersenyum lebar. "Bagus ...." walau dia baru teringat akan sesuatu. "Wait, Vegas. Memang apa yang terjadi kalau kita tidak membunuh klonamu dalam waktu 1 jam?"

Vegas pun meremas setirnya karena teringat hal itu. "Laura sudah dibawa olehnya, Pete. Dan keterlambatan bisa meledakkan seluruh manusia prototipe yang disimpannya di dalam tanah ...." (***)

Sekitar pukul 9 malam, terdengar suara langkah kaki keluar dari lift. Itu adalah pelayan klona. Dia mendorong meja menu makan malam yang jamnya terlambat sambil bernyanyi sepanjang jalan. Selain itu, suara ketukan sepatunya juga terdengar riuh di lorong. Dia tampak begitu santai sampai melihat kerusakan penjara Kinn dan Porche rusak di sana-sini. "Oh ...." desahnya melongo. Apalagi kedua tahanan di dalamnya sudah tak ada.

BRAKHHH!!
"KINN, SEKARANG!!" teriak Porche setelah memiting leher si klona dari belakang. Dia menendang punggung itu. Membuatnya menabrak tembok. Lalu Kinn muncul dari persembunyian dengan besi panjang di tangan.
CRAKKHHHH!!!
"ARRRGGHHHHHHHHH!!!" teriak si klona karena lehernya ditusuk besi tersebut. Tidak cukup di sana, Porche yang hanya bercelana robek-robek pun mematahkan besi kurungan yang lain. PRANG! Lalu ikut membantai tubuh klona itu bersama sang suami.
Keduanya tidak membiarkan klona itu banyak bergerak. Mereka terus menusuk-nusuk badan kebalnya hingga besi pun meninggalkan luka yang terlampau parah.

Membiarkan darah klonanya mengucur deras. Mengalir seperti banjir. Dan setiap bekas luka si klona memulih, keduanya akan menggila dan kembali menusuk berkali-kali hingga kemampuan regenerasinya habis.
"Hahhh ... hahh ... hahh ...."
Kinn pun menyentuh bahu Porche yang rasanya bisa ambruk kapan pun. "Kau lelah?" tanyanya.
PLAKH!!
Porche menampik tangan Kinn. "Aku baik, sangat baik," katanya. Lalu mendekat dengan niat mencopoti baju si klona untuk--

"Tunggu, aku saja," kata Kinn. Balas menarik tangan Porche mundur agar dirinya yang menggantikan.
Porche pun diam karena kecemburuan tidak wajar tersebut. Meskipun begitu, dia tetap menerima pakaian sang suami yang dicopot untuknya, sementara Kinn berganti dengan yang penuh darah si klona.
"Sudah?" tanya Kinn setelah mereka sama-sama berpakaian lengkap.
"Sudah," jawab Porche. Lalu memandangi mayat klona yang sudah telanjang. "Ngomong-ngomong, dia pasti meledak dalam waktu dekat."
"Apa?!"

"Cerita panjangnya kapan-kapan saja, yang pasti Laura dan aku pernah melawan mahluk tak jelas ini," kata Porche. "Masing-masing kami mengalahkan satu. Dan mereka akan mengaktifkan fungsi ledak segera setelah sungguhan mati."
Kinn pun ikut menatap ke arah yang sama. Dan benar saja, di bagian dalam si klona terdapat mesin. Lampu merahnya berkedip-kedip, tapi aneh tidak ada suara sistem yang mengaktifkannya.
"Aku serius ...." kata Porche seolah takut Kinn tak bisa percaya.

Kinn pun menggandeng tangannya pergi. "Sudah, Porche. Itu samasekali tak penting. Mungkin kalau posisinya hanya sebagai pelayan, dia tak punya fungsi ledak seperti yang lain."
"Begitukah?"
Kinn pun menyeret Porche menjauh semakin cepat karena tak tahan aroma anyir di tempat itu. "Ayo."
Keduanya lantas melewati lorong lurus segera. Berbelok sekali. Kemudian menyasar lift yang tombolnya ditekan Kinn sedikit gugup. Ctak! Ctak! Ctak! Ctak!
"Cepat! Cepat!" desis Kinn. Dia merasa
ada yang tidak beres! Serius! Dan semua itu terjawab oleh ledakan hebat dari bawah sana setelah mereka naik ke lantai 7.
Pats! Pats!
BOOOOOOMMMMMM!!!

Ruang lift sampai bergetar. Dan panas pun meradiasi bagian bawah lantai mereka. Namun, api yang susul menyusul tidak sampai menjilat masuk, sehingga Kinn dan Porche benar-benar kembali ke lantai 23. Atau lebih tepatnya, lantai yang tampak di permukaan tanah.
Namun janggal, kerusakan di bawah tidak sampai membuat bangunan ini anjlok atau hancur. Entah karena daya ledaknya kecil, atau memang kekokohan pondasinya yang terlalu kuat--Yang pasti Porche hanya butuh bertemu dengan Kim sekarang!!
"Porche, kutanya sekali lagi. Kau yakin dengan rencana itu?" tanya Kinn yang gantian diseret gandeng Porche begitu saja.
"Iya! Tentu!" kata Porche serius. Dia bahkan mengabaikan suara peringatan sistem yang mulai terdengar.
[Siaga! Siaga! Ada pergerakan abnormal di lantai 23. Terdeteksi tawanan berusaha keluar dari kurungan. Penyergapan diaktifkan dalam 30 detik!]

Kinn pun semakin panik saja. "Pooorrrccchheeeee!" Namun mereka tetap berlari ke arah Kim pernah membawa Tawan masuk ke kamar.
[.... 30]
[.... 29]
[.... 28]
"Kita bisa, Kinn! Kita harus bicara padanya!" bentak Porche. Kini mereka naik tangga berhiaskan karpet merah yang menuju ke lantai dua. Karena Porche tahu, bila dirinya sudah tak mampu mengakses sistem, berarti Kim memang kehilangan rasa percaya padanya 100%. "Hahh ... hahh ... hahh ... Kiiiimmm!" teriaknya diantara napas yang begitu berisik.

[.... 27]
[.... 26]
[.... 25]
"KIIIIMMM! CEPAT KELUAR DAN BICARA PADAKUUUU!"
Brakh! Brakh! Brakh!
Brakh! Brakh!
Keributan akan langkah kaki kini berubah jadi gedoran Porche yang brutal.

"KIMMMMM!!!!"
Brakh! Brakh! Brakh!
Brakh! Brakh!
"Sebentar, minggir!!" kata Kinn sambil menghempas Porche agar jauh dari pintu kamar yang dituju. "Biar aku saja yang mengurusnya."
BRAKHHH!!
Kinn pun mulai mendobrak pintu itu dengan benturan tubuhnya sendiri ke sana.
BRAKKKHHH!!
[....7]
[....6]
[....5]
"SIAL, KERAS!" maki Kinn yang bahunya mulai terasa ngilu sekali.
BRAKHHH!!!
BRAKHHHH!!
"ARRGH! LAMA!" keluh Porche sebelum ikut mendobrak.
BRAKHHH!!
Akhirnya, pintu itu pun terbuka dengan engsel bagian bawah yang copot. Membuat Kinn dan Porche terjembab masuk ke dalam. Tepat sebelum para klona yang menyerang aktif berjejer di belakang mereka.
KACRAK! KACRAK! KACRAK!
KACRAK! KACRAK! KACRAK!
Namun, mereka langsung tertegun melihat Kim yang tersungkur di depan ranjang besarnya.
"TAWAN?!" kaget Kinn dengan wajah separuh pucatnya. Sebab dia benar-benar menemukan sosok sang kekasih masa lalu terbujur kaku di atas sana. Masih segar. Masih menggunakan suit jas hitam yang wangi. Namun, siapapun tahu sosok itu sudah tak bernapas samasekali.

Hanya saja, beda dengan Kinn yang masih membatu, Porche cepat gagal fokus pada situasi di depan matanya.
Hei, kenapa kamar ini berantakan sekali?!
Barang-barang yang di atas meja tolet bahkan berserakan di lantai bersama pecahan guci keramik yang baru dibanting. Padahal Porche kira dia akan segera dibentak Kim begitu masuk ke dalam.
DEG
"KIIIIMMM!" teriak Porche sebelum memburu tubuh sang adik ipar yang ternyata masihlah sadar.
"JANGAN!" larang Kinn. Refleks langsung menarik Porche agar tidak mengganggu sang adik. "Bisa kau tenang sedikit?!"
Porche pun menurut dan menunggu Kim bangkit duduk dari posisinya di sana. "Kim?"

"Tak menemukan pendonor pun tidak masalah. Aku akan memberikan milikku sendiri ...." kata Kim tiba-tiba. Dia menatap ke layar sistem yang melayang-layang di depan matanya. "Jadi, persiapkan prosedur operasinya sekarang juga." Kedua mata lelaki itu sangatlah merah. Bengkak karena amarah terlampau pekat. Juga tangis yang tak seorang pun sempat mendengarnya beberapa saat lalu.
[Apa Anda yakin, Tuan Kim?]
Bahkan intelegensi sistem pun menentang keputusan sang eksekutif utama mereka.
[Karena pendonoran sumsum tulang belakang bisa mengakibatkan beberapa efek samping. Diantaranya adalah gangguan pernapasan, anomali pada sistem jantung, mudah lelah--]
"BERISIK!!" teriak Kim sebelum melempar vas bunga ke sistem yang tentunya transparan.

PRANNNG!!
"LAGIPULA KALAU KUKATAKAN BEGITU, MAKA ISI DATANYA SEGERA! BRENGSEK!" teriak Kim tanpa dibantah lagi. Detik berikutnya, dengan punggung membungkuk lelah, sang eksekutif pun berlalu melewati para klona yang terbeku diam. (*)
Bersambung ....
(*) Mode tempur klona: akan aktif jika ada tindakan yang melanggar perintah. (Contohnya tawanan yang melarikan diri) Namun, waktu hitung mundur aktifnya tergantung pemetaan situasi mereka saat peristiwa itu terjadi. Misal, tawanan kabur saat klona memiliki tugas yang lain. Maka mereka butuh waktu lebih untuk bergerak ke arah target yang baru.
(+) Semua tindakan tempur akan berhenti jika Kim sang eksekutif/pemilik akses utama ada di sekitar mereka.

______________________________________
TENTANG SUMSUM TULANG BELAKANG
Sumsum tulang belakang merupakan tempat diproduksinya sel darah merah, keping darah, dan sel darah putih. Tanpa sel darah yang diproduksi di sumsum tulang belakang, tubuh Anda tidak akan berfungsi dengan baik. [ Sekarang kalian tahu kenapa Kim ngotot ngasih sumsum dia ke Tawan. Karena memang abis pergantian darah yang terakhir, ada yang enggak beres sama kesegaran mayatnya. Apalagi semua bawahannya adalah klona, memang cuma dia manusia yang saat itu bisa melakukannya ]
_____________________________________
(***) PENJELASAN
1. Ketika Laura datang ke Laboratorium pertama kali, dia merasa tidak dihormati oleh para tim/karyawannya sendiri, itu karena mereka telah digantikan para klona yang dipimpin "Laura 002". Yang manusia asli disembunyikan Jirayu di dalam ruang bawah tanah sebagai prototipe sampel. [Bab 53: Pemisahan Dua Kasus]
2. Ketika Vegas datang ke Laboratorium ingin menyelamatkan Laura, tapi laboratorium malah sepi itu karena para klona baru sudah dilahirkan semua oleh instruksi Jirayu. Sebagian jadi karyawan yang pura-pura tidak melihat, sebagian bersembunyi sebagai prajurit rahasia, sebagian lagi menggerebek pasukan kecil Vegas selama Jirayu menelpon Kim. [Bab 75: Dasar Bedebah Tengik]
Intinya sejak Laura datang ke Regio di Calabria, laboratoriumnya sudah dijajah Kim, Ken, dan Jirayu sehingga dia tinggal dipermainkan di dalamnya.