Chereads / SINS OF BARTENDER [MileApo Action] / Chapter 25 - BAB 21: KALIAN SEMUA TAK BERGUNA!

Chapter 25 - BAB 21: KALIAN SEMUA TAK BERGUNA!

Thankhun di chapter ini pake jas hitam gaesss ๐Ÿค— Lagi mode badass dia. Karena ada acara penghormatan hari wafat ibu.

.

.

.

Setelah semalam, Porche benar-benar tidak bisa hadir dalam acara keramat tersebut. Dia tidur seharian di kamar, sementara Thankhun ngomel-ngomel sejak jam sarapan.

"Shia! Kalian semua tidak berguna!" kata Thankhun. Lalu melirik ke arah Kinn yang menyeringai kecil. "Aku tidak menyangka, Kinn. Kau tidak memperhatikan hari ini ada momen apa. Bisa-bisanya calon adikku kau garap."

Kim, yang baru datang justru membela sang kakak kedua. "Ibu di syurga sedang bahagia, Phi."

"Apa?!"

"Bukan karena penghormatan di hari wafat, tapi calon menantu yang batal minta putus dan anak yang masih waras," jelas Kim tanpa sungkan. Dia tersenyum jahil kepada Kinn karena semalam. Jelas kentara kalau dia melihat Porche dan kakaknya bertengkar sebelum masuk ruang tengah.

Thankhun langsung kelihatan kaget. "Yang benar saja? Porche atau kau yang berulah!" tunjuknya ke muka Kinn. "Aku tidak percaya kalau dia yang memulai," katanya sambil mengaduk-aduk sup di mangkuknya.

"Well, kalau kubilang adalah dia, Phi pasti pun tidak percaya," kata Kinn. Dia santai sekali menghadapi situasi ribut pagi itu, bahkan setelah Korn datang dengan Karn. Kedua tetua keluarga itu mengenakan suit hitam juga seperti yang lain. Tapi anehnya, hanya Macau yang ikut hadir.

"Oiii! Terus dimana juga Vegas dan Pete?!" tanya Thankhun lagi. Di depan Karn dia memang menahan diri, tapi saat sudah berada di altar doa, semuanya meledak. "Aku ingin melihat bodyguard kesayanganku! Bisa-bisanya mereka ikut tak datang!"

Setelah mengambil kalung bunga dari kotak kaca, Macau meliriknya sekilas. "Jadi, Phi tidak diberi tahu? Mereka kan melakukan prewedding pagi ini."

"APAAAAAAAAAA?!"

Thankhun refleks langsung meletakkan piring berisi bunganya ke lantai. Dia mencak-mencak dengan ketukan kaki yang heboh, lalu keluar dari sana begitu saja.

"Sama-sama tidak punya sopan santun! Kinn dan Vegas itu sama saja! Kalian ini akan kukutuk!" omel Thankhun. "Setidaknya besok kan bisa?! Mentang-mentang sudah dapat restuku kau PETEEEEEEE!!"

Kim hanya tersenyum kecil. Dia melirik ke arah Porchay yang balas melirik padanya. Mereka menyampaikan sesuatu tanpa kata melalui pandangan itu, kemudian memberikan kalung bunga bersamaan untuk sang kakak kedua.

"Semoga bahagia dengan pilihanmu, Phi," kata Kim.

Secara ajaib, Porchay menatap Kinn berani waktu itu. "Dan aku takkan memaafkan Phi kalau yang waktu itu terulang lagi."

"Dasar bocah ...." batin Kinn, tetapi dia membalas Porchay dengan senyuman. "Hmm ...." katanya.

Kinn lantas berbalik dan memberikan hormatnya kepada sang almarhumah ibu. Dia memejamkan mata, berdoa, dan menatap kembali senyum cantik di bibir wanita itu.

Di sisinya, Kim ikut berdoa, tetapi lelaki itu tidak berpejam. Dia memang begitu setiap tahun. Mungkin karena merasa bersalah batas kematian sang ibu?

Pat memang meninggal setelah melahirkannya Kim.

Setelah acara do'a, Kinn pun membawa salah satu kalung bunga itu ke kamar. Dia meletakkannya di atas nakas, karena menurutnya berkah itu bagian Porche.

Kinn gemas melihat raut wajah tidur Porche kapan pun itu, apalagi seperti sekarang. Dia pasti berjalan mati-matian kembali ke kasur setelah mandi tadi pagi.

"Hei, sebenarnya lagu apa yang kau dengar sekarang?" batin Kinn penasaran. Dia Kemudian mengambil salah satu headset yang terpasang di telingan Porche. (*)

(*) Lagunya udah aku sematkan di atas bab, ya. Judulnya "Don't Watch Me Cry" milik Jorja Smith. Terjemahan aku taruh di bawah, ya.

Kinn pun langsung mengernyitkan kening setelah mendengarkannya.

"Liriknya menyindirku sekali," gumam Kinn pelan. "Tapi, agak tidak kusangka dia suka lagu seperti ini."

Meskipun begitu, Kinn tetap tidak terima. Dia merasa, dirinya yang sekarang bukan yang dulu sebelum Porche setuju jadi kekasih resminya.

Akhirnya, MP3 player itu pun jadi sasaran kekesalan. Kinn menarik headset Porche perlahan sebelum menyingkirkannya.

"Siapa bilang aku akan begitu?" kata Kinn. Lalu duduk di sisi ranjang sebelah Porche. Dia membelai belahan bibir Porche, kemudian mengusap di bagian bawahnya. "Kau mungkin malah takkan pernah kulepaskan. Kalau perlu kupasangi tubuhmu pelacak, dan harus ada orang yang selalu mengawasi kemana pun kau pergi."

Porche yang terlelap pun mengernyitkan hidung. Sudah jelas dia tadi bermimpi, tetapi sekarang mulai terganggu. "Hrrrmm ....." geramnya pelan.

Kinn mencium bibir Porche tanpa aba-aba. Dia bahkan tak menunggu lelaki itu membuka mata, dan langsung meremas jemari Porche yang sudah dia pasangi cincin berdesain baru.

"Hhnnh ... oi, Kinn!" Porche memukul muka Kinn sebelum mendorong kasar. "Minggir, bedebah," katanya sebelum tidur memunggungi.

Hei, mana bisa dia bersikap begitu?

Kinn pun ikut naik ke ranjang dan merengkuh Porche erat. Pastinya makin membuat Porche terganggu, tapi kali ini lelaki itu benar-benar mengabaikannya.

Mau dicium di tengkuk, di pipi, di bibir, di kening ... Porche hanya bergumam-gumam tidak jelas sebelum melanjutkan bunga tidurnya.

Apa sih yang dia bayangkan?

Kinn benar-benar tidak mengerti. Tapi, dia cukup bersyukur dengan situasi sekarang. Setidaknya Porche sudah bersedia di sisinya, tinggal menunggu besok melakukan persiapan pernikahan mereka lebih cepat.

Namun, baru saja Kinn akan ikut Porche terlelap, mendadak seorang bodyguard memanggilnya dari luar kamar.

"Tuan Kinn?"

Kinn pun menaikkan volume pengeras pada alat komunikasi mungil di atas ranjangnya. "Ya?"

"Ada seorang wanita yang ingin bertemu Anda di luar," kata Big. Suara lelaki itu terdengar agak janggal di telinga Kinn.

"Hm? Wanita?"

"Dia sekitar umur 34, rambut panjang, tinggi 166, dan membawa bayi usia 2 bulan," kata Big lebih jelasnya. "Katanya ini hal penting, dan dia masih memiliki hubungan keluarga dengan Tawan."

DEG!

Kedua mata Kinn langsung terbuka lebar. "Siapa?!" pikirnya bingung. Dan meskipun masih terlihat tenang, dia tak bisa berbohong pada diri sendiri. Jantung Kinn berdebar begitu kencang tanpa alasan yang jelas, terutama saat dia melihat raut wajah tidur Porche sekali lagi.

"Baik, baik, aku akan keluar sekarang," kata Kinn. "Suruh dia menunggu di ruang tamu. Cukup lima menit saja."

"Baik!"

Percayalah, tidak ada lima menit. Baru kali ini Kinn buru-buru pergi dengan kecemasan sebelum bertemu seseorang yang tak dia kenali.

Bersambung ....

Terjemahan lirik lagunya ada di bawah ini, ya! (Akan lebih bagus lagi kalau kalian dengerin versi full-nya)

๐ŸŽถI'm not crying 'cause you left me on my own

(Aku tidak menangis karena kau meninggalkanku sendiri)

๐ŸŽถ I'm not crying 'cause you left me with no warning

(Aku tidak menangis karena kau meninggalkanku tanpa peringatan)๐ŸŽต

๐ŸŽถI'm just crying 'cause I can't escape what could've been

(Aku hanya menangis karena aku tak bisa melarikan diri dari apapun yang telah kau lakukan)๐ŸŽต

๐ŸŽถAre you aware when you set me free?

(Apakah kau sadar ketika kau melepaskanku)๐ŸŽต

๐ŸŽถAll I can do is let my heart bleed

(Yang bisa kulakukan hanyalah membiarkan hatiku berdarah)๐ŸŽต