"Mereka mau ganti baju di rumahnya, Bu. Sudah dulu ya aku mau pergi." Kata Putri mengambil tangan ibunya untuk pamit, Una dan Sisil juga mengikuti Putri untuk mencium tangan Ibu Putri.
"Sama Ayahmu nggak pamit, Put?" Tanya Una.
"Tidak usah, yuk pergi."
Mereka pun pergi ke rumah Una, dan lanjut latihan dance bersama.
Saat asik menari, ponsel Putri berdering panggilan dari Alek.
"Siapa, Put. Kok tidak di angkat?" Tanya Una.
"Emm, teman. Biar tidak usah di angkat." Ujar Putri ingin menyimpan ponselnya kedalam tas.
"Tunggu, wah siapa ini yang menelpon?" Kata Sisil mengambil ponsel Putri.
"Hei, kembalikan!" Pinta Putri.
"Ya hallo? Alek ya? Ada apa ya?" Kata Sisil.
"Iya ada, dia lagi bersama kami di rumah Una." Kata Sisil lagi.
"Sini kembalikan." Pinta Putri.
"Oh, Bisa kalau mau kesini. Ajak temen yang ganteng ya. Oke, oke di tunggu." Kata Sisil tanpa menghiraukan Putri.
"Nih ponselnya, katanya Alek mau kesini." Kata Sisil.
"Eh kenapa Alek nelpon kamu, Put. Kalian pacaran?" Tanya Una, tapi Putri diam wajahnya menahan malu.
"Ciee beneran pacaran ya?" Kata Una lagi.
"Apa sih." Ujar Putri.
"Eh, alek mau ke sini. Tidak apa kan, Na?"
"Duh gimana ya, tapi ibu ayahku juga nggak ada sih." Sahut Una.
"Ya nggak papa lah ya, sekali-kali." Ujar Sisil.
Setengah jam berlalu, ponsel Putri berdering.
"Di jalan Anggrek, iya iya. Oke kamu nunggu di depan." Ujar Putri.
"Di mana katanya?" Tanya Una.
"Hampir sampai, dia nyuruh tunggu di depan biar tau rumahnya." Kata Putri. "Aduh tapi aku malu." Ujar Putri lagi.
"Biasa aja, jangan malu. Kami tidak mengganggu kok, hehehe." Ujar Sisil.
*****
Yang ditunggu akhirnya tiba, Alek bersama Alvin.
"Kok bawa Alvin? Apa nggak ada yang cakepan dikit." Kata Sisil.
"Aku tadi kebetulan bersama Alvin, nih kami bawa ini." Kata Alek memberikan kantong kresik berisi makanan.
"Sini-sini biar ku bawa masuk, ayo masuk." Kata Una.
"Cie cie yang sudah jadian." Kata Sisil. Membuat Putri tersenyum malu, Putri dan Alek duduk di kursi tamu dan Alvin Sisil duduk di sebrangnya.
"Apa sih." Kata Putri dan tiba-tiba Alek merangkul pundak Putri.
"Aduh kesian yang jomblo, mana disini banyak yang jomblo." Kata Sisil.
"Tuh Alvin ada." Kata Alek.
"Nih teman-teman makanannya." Kata Una.
Mereka semua asik memakan cemilan sambil mengobrol.
"Sejak kapan kalian resmi pacaran, Lek?" Tanya Una.
"Baru tadi pagi." Sahut Alek.
"Eh, kita jalan yuk." Ajak Sisil.
"Kemana?" Sahut Alek dan yang lain.
Tiba-tiba ponsel Putri berdering.
"Ya, Ayah?" Sahut Putri ternyata sang Ayah menelpon.
"Aku masih di rumah Una, ngerjain Pr. Emm sebentar lagi pulang, ya,,,." Telpon pun terputus.
"Ayahmu, Put?"
"Iya,,eh tadi mau jalan ke mana?" Kata Putri.
"Bukannya kamu di telpn Ayahmu, Put?" Kata Una.
"Tidak apa kok." Kata Putri.
"Ayo, taman kota pasti rame nih." Ajak Sisil.
"Eh aku gimana, aku ikut siapa?" Tanya Alvin.
"Iya ya, kamu kan tadi ikut Alek."
"Kalian biar bertiga, suruh Alvin yang bawa." Kata Alek.
"Ya, kalian enak berdua."
"Tubuh kalian kan kecil, jadi tak apalah bonceng 3, dah kami duluan ya." Kata Alek melajukan motornya.
"Tidak apa kalau kita duluan?" Tanya Putri.
"Nanti juga mereka nyusul." Kata Alek. Putri dan Alek sampai duluan di taman kota, sudah ada beberapa anak muda yang nongkrong di sini.
Tak lama mereka sampai, Una Sisil dan Albin tiba.
"Alvin mah bawa motornya pelan banget." Kata Una.
"Yang penting sampai." Kata Alvin.
"Yuk ke sana." Ajak Alek, mereka semua ke tengah taman, di tengah taman terdapat kolam air mancur.
"Di sini kalau malam indah lo, Put." Kata Alek.
"Benarkah? Aku ingin melihat ini di malam hari." Kata Putri.
"Apa kamu di izinkan keluar di malam hari?" Tanya Alek.
"Nggak sih, ini tadi aja aku di suruh pulang." Kata Putri. Tadi Ayahnya menelpon untuk menyuruh pulang, katanya Ibu dan Dila pergi ke rumah tante Lidia. Putri tidak ingin berduaan dengan Ayahnya, dia takut hal itu akan terjadi lagi.
Jam 5 sore mereka pulang, dan Putri di antar Alek di depan gang. "By Put, nanti besok aku jemput ya." Kata Alek.
"Iya." Jawab Putri.
Alek memberi kiss di udara sebelum pergi meninggalkan Putri. Putri berjalan riang gembira mengingat kebersamaannya dengan Alek.
Sampai di rumah setelah mengucap salam dia masuk.
"Ibu,,,Ibu,,." Kata Putri mencari sang Ibu, tapi rumah keliatan sepi. Tiba-tiba Ayahnya menangkap tangan Putri.
"Apa yang Ayah lakukan, mana Ibu?" Tanya Putri sambil mencoba melepas tangannya dari sang Ayah.
"Putri sekarang sudah mulai tidak sayang Ayah, ya hemm. Kenapa terus mendiamkan Ayah sayang?" Kata Ayahnya menarik tangan Putri ke kamar Putri.
"Lepas, Yah. Aku tidak mau." Ayah yang sudah menahannya itu cepat menutup mulut Putri. Putri berontak dan menendang Ayahnya, dan itu membuat Ayahnya marah.
"Sayang, apa kamu tidak mau berterimakasih pada Ayah? Ayah sudah memberikan apa yang kamu mau, Ayah juga sudah menyayangi kamu melebihi Sayang ayah Pada Dila." Kata Ayahnya sambil melepas paksa pakaian Putri.
"Lepas Ayah!" Kata Putri.
"Ahhh, Ayahh! Jangan!" D*sah Putri pelan.
Dengan puas Yanto menggagahi tu*uh kecilnya yang mulus tanpa cacat, kali ini lebih memua*kan karena dilakukan dengan santai. Santi dan Dila pergi kerumah Lidia adik Yanto, karena nanti malam akan ada syukuran si rumah adiknya itu.
"Cepat mandi dan berpakaian, kita akan ke rumah tante Lidia." Perintah sang Ayah lalu berlalu pergi meninggalkan Putri.
Yanto ke kamar mandi membersihkan diri, hari ini cukup memuaskan. Beruntung sekali istri dan anaknya tidak ada, jadi dia bisa melampiaskan h**ratnya yang tertahan.
Saat Yanto berpa*aian, Putri rupanya mandi di kamar mandi. Saat Putri keluar dengan jalan lunglai, Yanto melihatnya membuat hasratnya kembali. Rambut basah Putri dan harum wangi sampho yang menusuk penciuman membangkitkan lagi hasrat jiwa iblisnya.
Sekali lagi dia berhasil melampiaskan nafs**ya, Putri kini pingsan di kasurnya.
Setelah Yanto memasangkan pakaian Putri dia pergi membersihkan diri sekali lagi, baru setelah rapi berpakaian dia pergi ke rumah adiknya.
Putri terbangun ketika mendengar suara azan, dia bangkit dari kasur dan menangis.
"Aku sudah tidak sanggup tinggal di rumah ini, huu huu." Kata Putri menundukan kepalanya di sela lutut.
Telpon Putri berdering, sang Ibu menelpon.
"Kapan ke rumah tante Lidia, habis shalat magrib acaranya di mulai." Kata sang Ibu.
"Iya." Sahut Putri.
Putri berdiri dengan tertatih, dia membersihkan badannya ke kamar mandi. Kotor badannya sangat kotor, penuh bau keringat juga lendir menjijikkan.
Setengah jam Putri di kamar mandi membersihkan badannya. Seandainya Alek bisa membawanya pergi dari rumah ini dia akan sangat berterimakasih, batin Putri berucap lirih.
Dia ingin sekali menceritakan kejadian ini dengan Ibunya, tapi bagaimana kalau memang benar Ayahnya akan meninggalkan mereka, bagaimana kehidupan selanjutnya jika tidak ada sang Ayah.