Chereads / AYAH JANGAN!! / Chapter 18 - BAB 18 KE RUMAH ALEK

Chapter 18 - BAB 18 KE RUMAH ALEK

Hari telah berganti bulan, tidak terasa hubungan Putri dan Alek sudah sebulan lamanya.

Setiap hari Alek akan menjemput Putri dan mengantar Putri, tidak ada yang aneh dengan hubungan mereka. Hari minggu Alek mengajak Putri main ke rumahnya.

"Yuk, masuk. Mamah aku ada di rumah." Ajak Alek.

"Siapa ini, Nak?" Tanya Mamahnya Alek.

"Temen, Mah." Kata Alek.

"Teman sekolah?" Tanya Mamahnya.

"Iya, Mah." Sahut Alek.

"Salam tante." Kata Putri sedikit menunduk.

"Kalau begitu Mamah ambilkan minuman sama camilan ya." Kata Mamahnya.

"Bawa ke kamar aku nanti ya, Mah." Kata Alek.

Alek mengajak Putri ke kamarnya.

"Ini apa, Yang?" Tanya Putri melihat sebuah meja yang banyak terdapat komputer dan sebuah mic di meja tengah.

"Ini peralatan gameku, yang." Kata Alek.

"Oh, aku baru tau kalau untuk main game sebanyak ini" Kata Putri.

"aku suka melakukan live streaming saat memainkan game, jadi perlu beberapa alat ini" Jelas Alek.

"Apa tidak apa-apa kita di dalam sini?" Tanya Putri.

"Tidak apa, asal jangan macam-macam saja." Ujar Alek.

"Ini, makanan dan minumnya." Kata Mamah Alek menaruh dua gelas jus dan setoples keripik.

"Terimakasih, Mah." Kata Alek.

"Sini yang, kita main game bersama." Ajak Alek pada Putri. Putri duduk di sebelah Alek, ada suatu rasa yang sulit di jelaskan.

Sentuhan tangannya menimbulkan aliran listrik, Alek hanya fokus ke layar komputer sambil sesekali melirik Putri. Putri menatap Alek, Alek yang merasa terus diperhatikan menatap ke arah Putri, wajah Putri sangat dekat sekarang. Alek menatap bib*r Putri ada hasrat ing*n menc*um, Alek perlahan mendekatkan mulutnya dan Putri diam hingga b*b*r mereka bersatu. Tangan Alek yang satunya memegang kepala Putri. Ponsel Putri selalu bergetar tanda ada yang menelpon,

"Yang, kayaknya ponsel kamu bunyi deh." Kata Alek yang langsung menghentikan c*umannya.

"Nanti saja." Kata Putri mendekatkan kembali wajahnya pada Alek.

"Terima dulu siapa tau penting." Kata Alek.

Dengan terpaksa Putri menerima telpon dari Ibunya.

"Kamu dimana, kenapa tidak pulang-pulang?" Kata Ibunya.

"Aku di rumah Una, Bu." Sahut Putri.

"Ibu baru saja dari rumah Una, tapi kamu tidak ada. Jangan belajar bohong ya Ibu tidak suka."

"Habis dari rumah Una aku ke rumah Sisil, ini aku mau pulang, Bu." Kata Putri. Dan telpon pun berakhir.

"Aku di suruh pulang sama Ibuku, yang." Kata Putri sedikit cemberut.

"Baiklah, yuk aku antar." Kata Alek.

****

Putri tiba di rumah dan di sambut sang Ibu dengan tatapan marah.

"Dari mama kamu?" Tanya Ibunya sambil bersedekap.

"Kan sudah aku bilang, Bu. Dari rumah Una terus ke rumah Sisil." Jelas Putri.

"Jujur Putri! Jangan berbohong!" Bentak sang Ibu. Dila diam disisi lain dengan bengong, karena baru pertama kali dia lihat ibunya marah-marah.

"Sini ponsel kamu, Putri." Kata Ibunya.

Putri berlalu ingin ke kamarnya tanpa menghiraukan sang Ibu.

"Putri! Dengar ibu tidak!" Bentak sang Ibu.

"Kenapa sih, Bu?" Tanya Putri berbalik.

"Sini ponsel kamu." Pinta Ibu lagi sambil mendekati Putri.

"Tidak mau! Ini ponselku, ini ku dapatkan dengan susah payah." Kata Putri berteriak.

"Ada apa ini? Kenapa kalian berteriak?" Tanya Yanto yang menghampiri dua wanita yang sedang berseteru itu.

"Aku ingin meminta ponsel, Putri. Tapi dia tidak mau malah membentak ibu." Jelas Santi pada Yanto.

"Kasih dulu ya, Put. Sama ibu." Kata Yanto pada Putri.

"Tidak mau, bukannya ini sudah ayah berikan kepadaku." Sahut Putri.

"Cuma sebentar kok, Nak?" Kata Yanto.

"Tidak mau." Kata Putri lalu masuk ke kamarnya.

"Tu kan, Mas. Aku bilang apa jangan dulu belikan Putri ponsel, karena itu akan membuatnya jadi berubah." Kata Santi.

"Itu cuma perasaan kamu saja, sayang. Dia tidak mau memberikan karena itu barang pribadinya." Sahut Yanto.

"Tapi jelaskan sekarang, dia sering keluar rumah yang biasanya suka diam di rumah." Kata Santi.

"Sudah-sudah, Putri mungkin saja kelelahan karena urusan sekolahnya." Kata Yanto menenangkan istrinya.

Sedangkan di kamar Putri menangis meratapi nasibnya. Dia berpikir kenapa keluarganya sekarang jadi begini apakah karena anak baru yang sedang di kandungnya.

Putri merenung hingga Dila mengetuk pintu kamar, membuat Putri tersadar dari lamunannya.

Setelah Dila masuk Putri dengan cepat menutup pintu.

"Mana Ayah sama Ibu?" Tanya Putri.

"Ayah sama Ibu di kamar, emm kakak kenapa sih bikin Ibu marah?" Tanya Dila.

"Kamu tidak akan tau perasaan kakak." Ujar Putri.

"Emang kenapa? Cerita dong kak." Kata Dila.

"Ah, kakak mengantuk, kakak tidur dulu ya. Tapi ingat jangan buka pintu kecuali ijin dulu sama kakak." Kata Putri pada Dila, Dila mengangguk.

Putri melihat layar ponsel sebelum tidur, ada pesan dari Alek. Dia menyimpannya kembali setelah membalas pesan darinya, lalu menyimpan ponselnya di bawah bantal.

*******

"Putri sayang, sekali lagi ya." Pinta sang Ayah seraya menciumi p*ha Putri.

"Jangan Ayah aku tidak mau." Kata Putri lirih.

"Kamu harus mau, kalau tidak Ayah akan menyakiti Ibu dan adik-adikmu." Kata sang Ayah dengan brutal menarik cel*n* dal*m Putri.

"Ayah ku mohon." Melas Putri tapi tidak di hiraukan oleh sang Ayah.

Dia terus membelai sekujur t*b*h Putri, Putri tidak bisa bergerak hanya tangis tertahan yang keluar dari mulutnya.

"Kamu adalah mainan Ayah, dan selamanya jadi mainan Ayah." Kata sang Ayah.

"Tidak...!" Teriak Putri.

"Kak, kakak kenapa?" Tanya Dila mengguncang tubuh Putri.

Putri menatap Dila dengan wajah takut, keringat membasahi wajahnya.

"Putri, Dila. Ada apa? Kenapa berteriak?" Tanya Ibu dari luar kamar sambil mengetuk pintu.

Dila membuka kunci kamar, dan Ibunya masuk. Menghampiri Putri yang duduk sambil menatapnya.

"Ada apa, Nak?" Tanya sang Ibu membelai rambut Putri.

"Bu..." Kata Putri lirih.

"Iya, ada apa sayang?" Tanya Ibunya lembut.

"A,, emm." Suara Putri serasa masuk lagi ke dalam tenggorokannya.

"Iya, ngomong aja sama Ibu." Kata Ibunya lagi.

"Emm,, aku mimpi buruk." Kata Putri, padahal bukan itu yang ingin dia utarakan.

"Emm ma'afkan Ibu ya, Nak." Pinta sang Ibu memeluk Putri, dia mengira Putri mimpi buruk karena telah dia marahi.

"Kenapa Ibu minta ma'af?" Kata Putri.

"Ibu minta ma'af telah memarahi Putri." Kata sang Ibu melepas pelukannya.

"Emm." Ujar Putri kehilangan kata-katanya.

"Putri makan yuk, kamu belum makan malam kan." Kata sang Ibu. Putri baru sadar kalau hari sudah malam karena tadi tertidur.

"Iya, Bu." Sahut Putri lalu bangkit dari tempat tidur. Dila mengikuti Ibu dan kakaknya dari belakang.

Putri mencuci muka ke kamar mandi, sang Ibu menata piring untuk mereka makan malam.

"Putri tolong panggil Ayah ya, Nak. Di kamar." Pinta sang Ibu.

Putri diam tidak menjawab. "Putri." Panggil Ibu sekali lagi.

"Biar aku saja, Bu." Sahut Dila.

Putri keluar dari kamar mandi lalu duduk di kursi makan.

Tak lama sang Ayah menghampiri ke meja makan.

"Bagaimana sekolah kamu, Nak lancar?" Tanya sang Ayah sambil duduk disebelah Putri.

"Ya, lancar." Jawab Putri. Ayahnya tidak bertanya lagi karena menurutnya Putri tidak ingin bicara.

Santi masih mengambil beberapa lauk dan menghidangkan di meja.

Mereka pun makan dengan diam, Yanto mengelus p*h* Putri dari balik meja. Membuat Putri tersentak kaget lalu menatap sang Ayah. Tapi sang Ayah malah melemparkan senyum padanya.

"Kenapa, Put. Makanannya kurang enak?" Tanya Ibunya.