Chereads / SSTM (Suami Suami Takut Mertua) / Chapter 7 - 07 Rama dan Sinta Pisah Ranjang

Chapter 7 - 07 Rama dan Sinta Pisah Ranjang

Malam itu saya (Paijo) mendengar suara ribut-ribut di depan pintu kamar tuan mami (Titah) dan tuan papi (Irfandi), ternyata benar dugaan saya (Paijo) kalau tuan mami (Titah) dan tuan papi (Irfandi) bertengkar sehingga membuat semua orang di rumah terbangun.

Ternyata masalahnya sepele, yaitu tuan mami (Titah) dan tuan papi (Irfandi) sama-sama bermimpi tentang masa lalu mereka waktu masih sekolah dulu.

Di kamar Irfandi dan Titah

Di dalam mimpi tuan mami (Titah)

Pada waktu itu..

Di taman sekolah (SMA)..

"Mas Irfandi sayang", seru Titah.

"Inggih Titah ku sayang"

(Iya Titah ku sayang), jawab Irfandi.

"Kita duduk yuk", kata Titah.

"Yuk..", sambung Irfandi.

"Nanti pulang jam berapa, jangan sore-sore ya sayang ?", tanya Titah.

"Iya sayang, eh maksudnya Sinta ku", jawab Irfandi.

"Kok Sinta sih mas ?", tanya Titah lagi.

"Inggih dong, kan kowe celuk mas Irfandi, Rama nya aku, dadi"

(Iya dong, kan kamu panggil mas Irfandi, Rama nya aku, jadi), jawab Irfandi lagi.

"Dadi apa mas ?"

(Jadi apa mas ?), tanya Titah lagi.

"Dadi mas Irfandi celuk Titah ku sayang Sinta nya mas Irfandi, oleh ta ?"

(Jadi mas Irfandi panggil Titah ku sayang Sinta nya mas Irfandi, boleh kan ?), tanya Irfandi juga.

"Oleh dong mas"

(Boleh dong mas), jawab Titah.

"Sinta ku..", seru Irfandi.

"Rama ku..", seru Titah.

Masih di kamar Titah dan Irfandi..

Pada saat ini..

"Rama ku.., oh.. Rama ku..", seru Titah yang mengigau dan menyebut Rama ku, panggilan kesayangan untuk Irfandi.

"Em.., Rama.., tidak sangka aku, Titah ku sayang, Titah ku sayang", kata Irfandi yang membangunkan Titah dengan menangis.

"Emm.., apa sih mas, ganggu tidur Titah saja..", kata Titah saat di bangunkan oleh Irfandi.

"Saya mau tanya, Rama itu siapa ?", tanya Irfandi.

"Rama.., Rama siapa, tidak kenal Titah, mas..", jawab Titah.

"Jangan alesan ya kamu..", kata Irfandi.

"Siapa yang alesan sih..", sambung Titah.

"Jangan bohong juga kamu ya..", kata Irfandi lagi.

"Mas Irfandi..", seru Titah.

"Bojo kowe lagi ngomong aja di potong, kowe.."

(Suami kamu sedang berbicara jangan di potong, kamu..), kata Irfandi lagi.

"Stop mas..", seru Titah lagi.

"Iya..", sambung Irfandi.

"Kalau mas Irfandi masih cerewet dan tidak ingin mendengarkan penjelasan dari aku nih..", Titah memberikan bantal dan sarung pada Irfandi.

"Iki apa ?"

(Ini apa ?), tanya Irfandi lagi.

"Bantal dan sarung", jawab Titah lagi.

"Kanggo apa ?"

(Untuk apa ?), tanya Irfandi lagi.

"Kanggo emas Irfandi turu neng njaba"

(Untuk mas Irfandi tidur di luar), jawab Titah lagi.

"Aja dong.."

(Jangan dong..), seru Irfandi.

"Ya wis, meneng lan turu sesuk kerja ta ?"

(Ya sudah, diam dan tidur besok kerja kan ?), tanya Titah lagi.

"Iya Titah ku sayang"

(Iya Titah ku sayang), jawab Irfandi lagi.

Di dalam mimpi tuan papi (Irfandi)

pada waktu itu..

Masih di taman sekolah (SMA)..

"Mas..", seru Titah.

"Apa Titah ku sayang"

(Apa Titah ku sayang), jawab Irfandi lagi.

"Kok perasaan emas Irfandi, Titah ora enak ya emas ?"

(Kok perasaan mas Irfandi, Titah tidak enak ya mas ?), tanya Titah lagi.

"Oh ternyata panjenengan neng kene  Titah, emm podo adhi e si Arfan meneh"

(Oh ternyata kamu di sini Titah, emm sama adiknya si Arfan lagi), kata mbah Sakiman.

"Mbah kakung..", seru Titah.

"Sule..", sambung Irfandi.

"Haa.., Sule.., sopo iku Sule.., Sulaiman nggih ?"

(Haa.., Sule.., siapa itu Sule.., Sulaiman ya ?), tanya Irfandi.

"Bukan mbah kakung maksudnya mas Irfandi, Sule yang artis itu..", jawab Titah.

"Oh mbah Sakiman kira Sulaiman", seru mbah Sakiman.

"Nggih mbah Sakiman"

(Ya mbah Sakiman), seru Irfandi dan Titah.

"Kenopo Panjenengan ono neng merene, yuk bali"

(Kenapa kamu ada disini, yuk pulang), mbah Sakiman mengajak Titah pulang ke rumah.

"Tapi mbah kakung, Titah masih gelem neng merene podo mas Irfandi"

(Tapi opa Titah masih mau disini sama mas Irfandi), kata Titah.

"Aah.., gak ada ya.., yuk pulang..", mbah Sakiman masih mengajak Titah pulang.

"Rama ku..", seru Titah.

"Juliet ku..", sambung Irfandi.

"Kamu bilang apa barusan, kamu panggil Titah, toilet", kata mbah Sakiman.

"Ih..", seru Titah.

"Bau dong mbah..", sambung Irfandi.

"Mas Irfandi..", seru Titah lagi.

"Tidak mbah.., ampun sayang ku, tadi saya panggil Titah, Juliet bukan toilet mbah suer deh..", kata Irfandi.

"Saya tidak mau tau ganti nama panggilan sayang kamu untuk Titah, kalau yang tadi kedengaran nya seperti toilet.., tidak enak tau di dengarnya", pinta mbah Sakiman.

"Oh oke, baik mbah.., Sinta ku.., oh Sinta ku..", kata Irfandi.

"Rama ku..", seru Titah.

"Sinta ku..", sambung Irfandi.

Masih di kamar Titah dan Irfandi

Pada saat ini..

"Sinta ku", Irfandi mengigau dengan menyebut nama panggilan sayangnya untuk Titah.

"Sinta ku siapa tuh, jangan-jangan mas Irfandi, bangun", kata Titah yang membangunkan Irfandi.

"Ada apa sih Titah ku sayang ?", tanya Irfandi.

"Kamu tadi sebut-sebut nama perempuan Sinta, siapa itu Sinta ?", tanya Titah juga.

"Sinta itu..", jawab Irfandi yang terpotong oleh Titah.

"Sudah, stop, sekarang ambil ini..", Titah memberikan bantal dan sarung kepada Irfandi lagi.

Di dapur..

"Rasanya haus sekali", kata Paijo yang akan mengambil minum.

Di depan kamar Irfandi dan Titah..

"Kamu jangan pakai alasan ya mas Irfandi", kata Titah.

"Aku mau jelasin Titah ku sayang, Sinta itu..", kata Irfandi yang akan menjelaskannya pada Titah.

"Stop mas Irfandi..", kata Titah yang tidak mau mendengarkan penjelasan dari Irfandi.

Di kamar kanjeng romo dan kanjeng ibu..

"Mas, kangmas..", seru kanjeng ibu.

"Nggih diajeng, ana apa ta ?"

(Ya diajeng, ada apa sih ?), tanya kanjeng romo.

"Itu kok ada suara ribut-ribut sih.. ?", tanya kanjeng ibu juga.

Di kamar Kamil..

"Iih.., berisik banget sih..", keluh Kamil yang mendengar ayah dan ibu nya bertengkar.

Di Kamar Silvy..

"Iih.., jam berapa sih.., kok sudah berisik saja sih..", keluh Silvy yang mendengar ayah dan ibu nya bertengkar.

Di kamar Arfan..

"Allahuakbar Irfandi, Titah.., baru mau tidur, eh malah ada perang dunia kok di mulai lagi dan tidak mengingat waktu lagi..", keluh Arfan yang mendengar adik dan adik ipar nya bertengkar.

Di dapur lagi..

"Mang..", seru Abdul Latif.

"Naon dul ?"

(Apa dul ?), tanya Aiman.

"Lik jo kemana ya ?", tanya Abdul Latif juga.

"Manalah saya tau dul, mungkin di luar nyari angin..", jawab Aiman.

"Malam-malam seperti ini ?", tanya Abdul Latif.

"Kaya tidak tau paklik mu saja dul, dul..", keluh Aiman.

"Mang, mang..", seru Abdul Latif.

"Naon deui dul ?"

(Apa lagi dul ?), tanya Aiman lagi.

"Itu apa sih..", jawab Abdul Latif lagi.

"Mana ?", tanya Aiman lagi.

"Itu loh mang..", jawab Abdul Latif lagi.

"Hai kamu..", seru Aiman.

"Apa ?", tanya Paijo.

"Oh lik jo..", seru Abdul Latif.

"Oh Joya toh..", sambung Aiman.

"Eh dengar tidak kalian berdua itu ?", tanya Paijo.

"Tidak..", jawab Aiman.

"Masa tidak dengar sih ?", tanya Paijo lagi.

"Iya lik, tidak dengar saya", jawab Abdul Latif.

"Coba dengarkan baik-baik..", pinta Paijo.

"Oh..", seru Aiman.

"Pak Irfandi..", sambung Abdul Latif.

"Tuan mami..", sambung Paijo juga.

Di depan kamar Titah dan Irfandi lagi..

"Titah ku sayang, saya bisa menjelaskan semuanya..", kata Irfandi.

"Tidak ada penjelasan, penjelasan lagi..", sambung Titah.

"Jo..", kanjeng ibu mencolek-colek Paijo.

"Apaan sih man, jangan toal toel dong", keluh Paijo.

"Kok aku sih jo, bukan aku..", sambung Aiman.

"Alasan..", keluh Paijo lagi.

"Jo..", kanjeng ibu mencolek-colek Paijo lagi.

"Aiman di bilangin..", kata Paijo yang kesal pada Aiman dan kemudian Paijo menghadap ke belakang dan Paijo pun kaget ternyata kanjeng ibu sudah ada di belakang nya dari tadi, dan yang mencolek nya juga.

"Apa, berani kamu sama saya ?", tanya kanjeng ibu.

"Ampun kanjeng ibu..", kata Paijo yang meminta maaf pada kanjeng ibu.

"Sudah.., ini ada apa sih kok ribut-ribut ?", tanya kanjeng romo.

"Tidak tau kanjeng romo, saya kesini sudah ribut seperti itu", jawab Paijo.

"Ada apa sih ini ribut-ribut ?", tanya Kamil.

"Den mas..", seru Aiman.

"Loh kok kamu kesini sih ngger ?", tanya kanjeng ibu.

"Habisnya berisik sih jadi Kamil kebangun lagi deh..", jawab Kamil.

"Mami, papi..", seru Citra dan Silvy.

"Silvy, Citra..", sambung Arfan.

"Iya pakde", seru Citra dan Silvy lagi.

"Kalian ngapain keluar kamar bukannya tidur ?", tanya Arfan.

"Berisik pakde", jawab Citra.

"Sudah kalian bertiga masuk ke kamar lagi gih.., kan besok sekolah", kata kanjeng ibu.

"Iya benar apa kata uti, besok kalian sekolah dan besok juga kesiangan gimana ?", tanya kanjeng romo.

"Fan..", seru kanjeng ibu yang memberi kode pada Arfan.

"Siap kanjeng ibu, anak-anak yuk masuk..", Arfan mengajak Kamil, Citra, dan Silvy masuk ke dalam kamar.

"Kita juga masuk yuk kangmas..", sambung kanjeng ibu.

"Yuk diajeng", seru kanjeng romo.

"Jo, man, dul..", sambung kanjeng ibu lagi.

"Nggih kanjeng ibu.."

(Ya kanjeng ibu..), jawab para abdi dalem.

"Kalian bertiga juga jangan lupa masuk ke kamar", pinta kanjeng ibu.

"Itu masalahnya Titah dan Irfandi, sudah jangan di campuri", pinta kanjeng romo juga.

"Kangmas..", seru kanjeng ibu.

"Ya diajeng", sambung kanjeng romo.

"Saya masuk kedalam kamar duluan ya kangmas..", kata kanjeng ibu.

"Oh nggih diajeng, kalian bertiga paham tidak ?", tanya kanjeng romo.

"Paham kanjeng romo..", jawab para abdi dalem.

"Ya sudah sana masuk ke dalam kamar kalian..", pinta kanjeng romo lagi.

"Nggih kanjeng romo"

(Ya kanjeng romo), seru para abdi dalem.

"Titah, Titah..", seru kanjeng romo.

"Kanjeng romo..", seru Paijo.

"Apaan sih.., eh kamu jo..", seru kanjeng romo.

"Katanya kami tidak boleh ikut campur atau menguping tuan mami dan tuan papi, kok kanjeng romo masih disini, sama saja dong kanjeng romo sama kami", kata Paijo.

"Apaan sih, orang saya mau pulang", kata kanjeng romo.

"Pulang kemana kanjeng romo, ini kan rumah kanjeng romo ?", tanya Aiman.

"Maksudnya saya pulang ke kamar saya", jawab kanjeng romo.

Keesokan paginya..

Seperti biasa tugas dapur dan sarapan di kerjakan oleh Aiman, sementara Asih dan saya ke pasar.

Di meja makan ada yang berbeda yaitu tuan mami dan tuan papi duduknya berjauhan dan membuat jengkel Aiman, karena Aiman harus bolak balik mengambilkan roti, mentega, selai, dan lain-lain, untuk tuan mami dan tuan papi.

Di hati tuan papi sebenarnya tidak nyaman dan ingin segera kembali mesra dengan tuan mami, saya yang mendengar pembicaraan tuan papi dan kakaknya (Arfan) langsung berinisiatif untuk membantu ke harmonisan tuan mami dan tuan papi kembali, para raden juga ikut membantuku.

Di dapur..

"Man..", seru Titah.

"Iya, eh bu Irfandi..", jawab Aiman.

"Kamu ngapain ?", tanya Titah.

"Siapkan sarapan", jawab Aiman.

"Oh..", seru Titah lagi.

"Iya, ini baru mau siapin bumbunya", kata Aiman.

"Bumbu apa ?", tanya Titah lagi.

"Bumbu nasi goreng lah bu Irfandi", jawab Aiman.

"Tidak usah..", seru Titah lagi.

"Terus mau sarapan apa ?", tanya Aiman.

"Roti..", jawab Titah.

"Ucok kan belum lewat bu Irfandi..", kata Aiman.

"Cari dong tukang roti yang lain", sambung Titah.

"Tidak bisa bu Irfandi", kata Aiman lagi.

"Loh kenapa tidak bisa, emangnya tidak ada tukang roti yang lainnya selain Ucok ?", tanya Titah lagi.

"Tukang roti yang lain ada dan banyak, tapi bu Irfandi..", jawab Aiman lagi.

"Apa ?", tanya Titah lagi.

"Khusus cerita SSTM ini tukang rotinya adalah Ucok, kan bu Irfandi sendiri yang nulis ceritanya, bu Irfandi ini gimana sih..", keluh Aiman.

"Hemm..", keluh Titah juga.

Di luar rumah..

"Roti, roti..", seru Ucok.

Di dapur lagi..

"Nah itu Ucok nya sudah lewat gih sana beli", pinta Titah.

"Uangnya.. ?", tanya Aiman.

"Nih..", jawab Titah yang memberikan uang pada Aiman.

"Delapan enam..", Aiman melaksanakan perintah dari Titah.

"Emm..", seru Titah lagi.

Di luar rumah lagi..

"Ucok, roti..", seru Aiman.

"Iya..", sambung Ucok.

"Roti tawarnya ya", kata Aiman.

"Berapa ?", tanya Ucok.

"Lima..", jawab Aiman.

"Nih..", Ucok memberikan roti pada Aiman.

"Ini uangnya pas ya, gocap alias lima puluh ribu", kata Aiman yang memberikan uang pada Ucok.

"Iya..", seru Ucok lagi.

Di meja makan..

"Tah..", seru kanjeng romo.

"Nduk..", sambung kanjeng ibu.

"Inggih bu, pak"

(Iya bu, pak), seru Titah.

"Sarapan apa pagi ini ?", tanya kanjeng ibu.

"Roti..", jawab Titah.

"Roti, yes..", sorak Kamil, Silvy, dan Citra.

"Assalamu'alaikum", Irfandi memberikan salam semua yang ada di meja makan.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di meja makan menjawab salam dari Irfandi.

"Titah ku sayang..", seru Irfandi.

"Au.. Hemm..", kata Titah yang masih ngambek pada Irfandi.

"Mami, papi, kalian berdua kenapa sih, marahan ya, sudah dong jangan marahan lagi", kata Citra.

"Mami, papi mu tidak marahan kok", kata kanjeng ibu.

"Sudah.., kita sarapan saja..", sambung kanjeng romo.

"Iya pak.., sarapannya apa man hari ini ?", tanya Irfandi.

"Roti, pak Irfandi", jawab Aiman.

"Haa..!!, Kok roti, kan saya mintanya kemarin nasi goreng", kata Irfandi yang kaget mendengar jawaban dari Aiman.

"Bu Irfandi..", seru Aiman.

"Titah ku sayang..", seru Irfandi.

"Tau ah..", kata Titah yang masih ngambek pada Irfandi.

"Benar apa kata bapakmu sudah.., sarapan sekarang..", kata kanjeng ibu.

"Iya bu..", seru Irfandi.

"Mas Arfan..", seru Titah lagi.

"Inggih dik Titah, enten menapa ?"

(Iya dik Titah, ada apa ?), tanya Arfan.

"Aku duduk di situ ya", jawab Titah.

"Oh nggih.."

(Oh ya..), seru Arfan.

"Hemm..", Titah masih ngembek pada Irfandi.

"Titah ku sayang..", seru Irfandi.

"Loh dik Titah katanya kamu mau duduk dekat mas Arfan, kok malah duduk disitu ?", tanya Arfan.

"Titah tidak mau duduk sama suami yang tidak bisa di percaya", jawab Titah.

"Oh..", seru semua orang yang ada di meja makan.

"Oh seperti itu, baik.., saya juga tidak mau duduk bareng kamu, istri yang tidak bisa di percaya juga", kata Irfandi.

"Hemm..", seru Irfandi dan Titah.

"Kakung..", seru Kamil.

"Nggih Kamil"

(Ya Kamil), jawab kanjeng romo.

"Tolong ambilin kejunya dong", pinta Kamil.

"Keju yang ini ?", tanya kanjeng romo.

"Bukan yang itu akung, itu kan keju parut", jawab Kamil.

"Terus keju yang mana ?", tanya kanjeng romo lagi.

"Yang lembar..", jawab Kamil lagi.

"Oh keju yang ini ?", tanya kanjeng romo lagi.

"Iya yang itu akung", jawab Kamil lagi.

"Ini..", kanjeng romo memberikan keju lembar pada Kamil.

"Terimakasih ya kakung", kata Kamil.

"Sama-sama", sambung kanjeng romo.

"Man..", seru Titah.

"Muhun bu Irfandi"

(Iya bu Irfandi), jawab Aiman.

"Rotinya mana ?", tanya Titah.

"Ini bu Irfandi", jawab Aiman lagi.

"Ambilin dong", pinta Titah.

"Iya bu Irfandi, sebentar.., maaf kanjeng ibu sudah belum ?", tanya Aiman.

"Sudah..", jawab kanjeng ibu.

"Ini bu Irfandi rotinya", Aiman memberikan roti pada Titah.

"Rotinya doang nih", kata Titah.

"Iya, kan tadi bu Irfandi mintanya", sambung Aiman.

"Piringnya juga Aiman.., masa saya makan roti tidak pakai piring sih", keluh Titah.

"Oh iya lupa, sebentar", kata Aiman lagi.

"Emm..", keluh Titah lagi.

"Punten mbak Silvy"

(Permisi mbak Silvy), seru Aiman.

"Muhun mang Aiman"

(Iya mang Aiman), sambung Silvy.

"Ini bu Irfandi", Aiman memberikan roti pada Titah.

"Em..", seru Titah.

"Ada lagi bu Irfandi ?", tanya Aiman.

"Mentega nya mana ?", tanya Titah juga.

"Oh iya..", jawab Aiman lagi.

"Lupa lagi ?", tanya Titah lagi.

"Muhun jeung ieu mentega na"

(Iya dan ini mentega nya), jawab Aiman yang memberikan mentega nya pada Titah.

"Oke..", seru Titah.

"Man..", seru Irfandi juga.

"Iya pak Irfandi, ada apa ?", tanya Aiman.

"Saya mau rotinya lagi dong man", jawab Irfandi.

"Oh iya pak..", seru Aiman.

"Tunggu saya juga mau", kata Titah.

"Tunggu sebentar bu Irfandi", sambung Aiman.

"Loh kok cuma satu sih, mana lagi sini rotinya man ?", tanya Irfandi.

"Iya ini pak Irfandi", jawab Aiman yang memberikan roti pada Irfandi.

"Man tolong selai strawberry sama seresnya dong", pinta Titah.

"Iya ini bu Irfandi", Aiman memberikan seres yang Titah minta.

"Seresnya lagi dong man, masa sedikit sih", pinta Irfandi.

"Oh iya ini pak Irfandi seresnya", Aiman memberikan seres yang Irfandi minta.

"Susu dan air putih punya saya mana ?", tanya Titah.

"Ini bu Irfandi", jawab Aiman yang memberikan susu dan air putih pada Titah.

"Man..", seru Irfandi.

"Muhun pak Irfandi"

(Iya pak Irfandi), jawab Aiman.

"Salah itu susu punya saya, ini yang punya istri saya", kata Irfandi.

"Oh iya pak Irfandi, maaf..", sambung Aiman.

"Iya..", seru Irfandi.

"Air putih nya mana ?", tanya Titah lagi.

"Ini..", seru Irfandi.

"Oh iya pak..", sambung Aiman lagi.

"Aiman..", seru Irfandi.

"Man..", sambung Titah.

"Aah.., apaan sih, kalau nyuruh orang satu-satu dong, yang satu belum selesai sudah nyuruh lagi yang lain, sekarang gini saja deh pak Irfandi butuhnya apa dan bu Irfandi butuhnya apa juga ?", tanya Aiman yang kesal.

"Tidak jadi", jawab Irfandi dan Titah.

"Haduh..", keluh kanjeng romo.

"Irfandi..", keluh kanjeng ibu.

"Titah..", keluh Arfan juga.

"Hemm..", seru semua yang ada di meja makan.

"Kamil, Silvy, dan Citra", seru kanjeng ibu.

"Iya uti..", seru anak-anak Irfandi dan Titah juga.

"Kalian sekolah kan, siap-siap gih", pinta kanjeng ibu.

"Sudah mau jam enam", kata kanjeng romo.

"Iya uti", kata Kamil.

"Iya akung", sambung Silvy.

"Satu suap lagi kung, ti..", sambung Citra juga.

"Kita bertiga pamit ke kamar untuk ganti baju dan sekalian pamit pergi sekolah ya kung, ti", kata Kamil lagi.

"Assalamu'alaikum", Anak-anak Irfandi memberikan salam pada semua yang ada di meja makan.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di meja makan menjawab salam dari anak-anak Irfandi.

Di halaman depan rumah..

"Sih, Asih..", seru Paijo.

"Nggih mas jo"

(Ya mas jo), jawab Asih.

"Ini belanjaannya dibawa ke dapur duluan saya mau beresin sampah di sini tuh lihat kotor kan ?", tanya Paijo.

"Oh iya..", jawab Asih.

"Joya tuh.., jo..", seru Asep.

"Iya..", sambung Paijo.

"Kamu lihat para ndara tidak ?", tanya Asep.

"Tidak lihat, kan saya belum masuk ke dalam rumah", jawab Paijo.

"Oh gitu ya sudah saya cari saja deh..", seru Asep lagi.

"Sep, sep..", sambung Paijo lagi.

"Muhun jo.."

(Iya jo..), jawab Asep.

"Cuma mau kasih tau biasanya kalau jam segini para ndara ada di ruang tv", kata Paijo yang memberitahu Asep.

"Oh gitu ya, ya sudah terimakasih ya jo..", sambung Asep.

"Inggih sami-sami sep"

(Iya sama-sama sep), kata Paijo.

Di ruang tv..

"Titah, Fandi..", seru Arfan.

"Nggih mas Arfan"

(Ya mas Arfan), sambung Irfandi dan Titah.

"Titah ku sayang", seru Irfandi.

"Hemm, ana apa emas Arfan, emas Arfan celuk aku ?"

(Hemm, Ada apa mas Arfan, mas Arfan panggil saya ?), tanya Titah.

"Nggih"

(Ya), jawab Arfan.

"Enten menapa ?"

(Ada apa ?), tanya Titah lagi.

"Kalian linggih neng kene"

(Kalian duduk di sini), jawab Arfan lagi.

"Iya fan, Titah ku sayang kene linggih"

(Iya fan, Titah ku sayang sini duduk), pinta Irfandi.

"Linggih sisih kowe, ih ogah.."

(Duduk sebelah kamu, ih ogah..), kata Titah yang menolak duduk di sebelah Irfandi.

"Anyak meneh, wis dong aja ribut mulu endi kekompakan kalian berdua sing katanya kaya Rama lan Sinta, dudu kaya Tom lan Jerry"

(Mulai lagi, sudah dong jangan ribut mulu mana kekompakan kalian berdua yang katanya seperti Rama dan Sinta, bukan seperti Tom dan Jerry), keluh Arfan.

"Assalamu'aalaikum", Asep memberikan salam pada Arfan, Titah dan Irfandi.

"Wa'alaikumussalam", Arfan, Titah dan Irfandi menjawab salam dari Asep.

"Enten menapa sep ?"

(Ada apa sep ?), tanya Arfan.

"Saya mencari kanjeng romo dan kanjeng ibu, dimana ya pak ?", tanya Asep.

"Saya tidak tau, coba tanya dengan Titah atau Irfandi", jawab Arfan.

"Bagaimana pak, bu ?", tanya Asep lagi.

"Tanya sama sebelah mas Arfan saja", jawab Titah.

"Kok oper-operan sih, pusing saya", keluh Arfan lagi.

"Tau.., pak Irfandi bagaimana ?", tanya Asep lagi.

"Saya tidak tau sep..", jawab Irfandi.

"Oh..", seru Asep.

"Titah ku sayang", seru Irfandi lagi.

"Au ah..", kata Titah yang masih ngambek pada Irfandi.

"Kamu mau kemana ?", tanya Irfandi.

"Hemm..", Titah meninggalkan Irfandi.

"Fan..", seru Irfandi lagi.

"Inggih Fandi"

(Iya Fandi), jawab Arfan.

"Itu..", seru Irfandi lagi.

"Oh, tah..", seru Arfan.

"Inggih mas Arfan, enten menapa ?"

(Iya mas Arfan, ada apa ?), tanya Titah.

"Arep dhateng pundi  ?"

(Mau kemana ?), tanya Arfan juga.

"Arep lunga"

(Mau pergi), jawab Titah.

"Lunga dhateng pundi ?"

(Pergi kemana ?), tanya Arfan lagi.

"Dhateng kamar"

(Ke kamar), jawab Titah lagi.

"Mireng ta Fandi, kersa dhateng pundi  semahmu ?"

(Dengar kan Fandi, mau kemana istrimu ?), tanya Arfan lagi.

"Inggih, fan"

(Iya, fan), jawab Irfandi.

"Apa ?", tanya Arfan lagi.

"Salah aku apa sih kenapa Titah ngambek seperti itu", jawab Irfandi.

"Kamu pernah melakukan apa gak gitu, sampai Titah ngambek seperti itu ?", tanya Arfan lagi.

"Enggak fan", jawab Irfandi lagi.

"Yakin ?", tanya Arfan lagi.

"Yakin", jawab Irfandi lagi.

"Maaf pak Arfan dan pak Irfandi", seru Asep.

"Iya sep", jawab Irfandi dan Arfan.

"Kalau begitu saya permisi mencari kanjeng ibu dan kanjeng romo", kata Asep.

"Iya sep", sambung Arfan.

"Assalamu'alaikum", Asep memberikan salam pada Arfan dan Irfandi.

"Wa'alaikumussalam", Arfan dan Irfandi menjawab salam dari Asep.

Di halaman depan rumah lagi..

"Alhamdulillah sudah selesai, jam berapa ya sekarang?, oh jam sebelas", Paijo bertanya-tanya dan kemudian Paijo melihat jam di tangannya.

"Atakiwir.., saya harus menjemput para raden", kata Paijo.

"Lik..", seru Abdul Latif.

"Iya, eh dul, dul..", seru Paijo juga.

"Ada apa lik ?", tanya Abdul Latif.

"Pinjam", jawab Paijo.

"Pinjam apa ?", tanya Abdul Latif lagi.

"Itu..", jawab Paijo lagi.

"Oh kunci mobil, nih.., pasti mau menjemput para raden kan ?", tanya Abdul Latif lagi yang memberikan kunci mobil pada Paijo.

"Nah itu tau, ya sudah saya berangkat ya", jawab Paijo lagi.

"Iya lik", seru Abdul Latif.

Dua jam kemudian..

Di ruang tv lagi..

"Fan..", seru Irfandi.

"Nggih Fandi"

(Ya Fandi), sambung Arfan.

"Saya tidak betah marahan dengan Titah, jauh-jauh dari Titah", kata Irfandi.

"Terus ?", tanya Arfan.

"Bantuin dong biar bisa sayang-sayangan lagi dengan Titah", jawab Irfandi.

"Jadi mami dan papi belum baik kan ya lik jo ?", tanya Citra.

"Iya..", jawab Paijo.

"Eh Asep tuh, sep, sep..", kata Paijo yang melihat Asep.

"Muhun jo, aya naon ?"

(Iya jo, ada apa ?), tanya Asep.

"Itu apa ?", tanya Paijo juga.

"Maksudnya ?", tanya Asep lagi.

"Maksudnya lik jo, yang di bawa mang Asep loh..", Kamil membantu menjawab pertanyaan Asep.

"Oh ini, majalah", kata Asep.

"Coba lihat dong, nah ini dia yang saya butuhkan", kata Paijo yang membaca majalah tentang cara mengembalikan keharmonisan suami istri agar kembali mesra.

"Apaan sih lik ?", tanya Silvy.

"Ini loh mbak, bisa di baca", jawab Paijo.

"Apaan sih dik ?", tanya Kamil.

"Gak tau mas", jawab Silvy.

"Coba sini, oh.., cara mengembalikan keharmonisan suami istri agar kembali mesra", kata Kamil.

"Nggih den mas Kamil"

(Ya den mas Kamil), seru Paijo.

"Ya sudah bacakan lik, mang pinjam sebentar ya majalahnya", kata Kamil.

"Muhun den, mangga"

(Iya den, silahkan), sambung Asep.

"Yang pertama membuka lembaran lama", kata Paijo yang terpotong oleh Citra.

"Oh gitu, lik pinjam", sambung Citra yang memotong perkataan dari Paijo.

"Untuk apa dik ?", tanya Kamil.

"Sudah nanti mas juga tau untuk apa kok", jawab Citra.

"Oh ya sudah nih..", kata Paijo yang memberikan majalahnya pada Citra.

"Loh mana lembaran lamanya lik ?", tanya Citra.

"Haa..", jawab Paijo dengan heran.

"Maksudnya bukan itu dik", jawab Kamil juga.

"Terus apa dong ?", tanya Citra lagi.

"Maksudnya lembaran lama itu, masa lalu dari mami dan papi", jawab Silvy juga.

"Betul tuh dik, bisa berupa foto mami dan papi masih pacaran atau pdkt an", jawab Kamil juga.

"Oh gitu ya sudah yuk..", kata Citra.

"Kemana ?", tanya Paijo.

"Ke pakde Arfan lah", jawab Citra.

"Ngapain ?", tanya Silvy.

"Ya minta fotonya mami dan papi waktu masih pacaran dulu lah", jawab Citra lagi.

"Haa.., emangnya pakde Arfan punya foto mami dan papi waktu masih pacaran ?", tanya Kamil.

"Mboten mangertos, cobi tanya kamawon ing pakde Arfan, bokmenawi gadhah poto mami uga papi"

(Tidak mengerti, coba tanya saja pada pakde Arfan, mungkin punya foto mami dan papi), jawab Citra lagi.

"Oh..", seru Silvy.

"Ya sudah yuk..", sambung Kamil.

"Eeh.., tunggu den mas, mbak Citra dan mbak Silvy", sambung Paijo juga.

"Apaan lagi sih lik ?", tanya Kamil lagi.

"Tunggu tuan papi pergi dulu", jawab Paijo.

"Oh iya ya..", kata Silvy.

"Eh Fandi arep dhateng pundi ?"

(Eh Fandi mau kemana ?), tanya Arfan.

"Arep dhateng kamar fan"

(Mau ke kamar fan), jawab Irfandi.

"Oh..", seru Arfan.

"Iya..", sambung Irfandi.

"Nah tuh papi sudah pergi, yuk kesana", kata Citra.

"Yuk..", seru Kamil, Paijo, dan Citra.

"Oh ya ini sep majalahnya saya kembalikan, terimakasih ya", kata Paijo.

"Sami-sami", sambung Asep.

"Assalamu'alaikum pakde Arfan", Kamil, Citra, dan Silvy memberikan salam pada Arfan.

"Wa'alaikumussalam", Arfan menjawab salam dari Kamil, Citra, dan Silvy.

"Pakde mau tanya dong boleh gak ?", tanya Citra.

"Boleh, mau tanya apa ?", tanya Arfan juga.

"Pakde Arfan punya foto mami dan papi waktu mereka masih pacaran ?", tanya Kamil.

"Punya dong..", jawab Arfan.

"Boleh pinjam gak untuk keharmonisan papi dan mami", kata Citra.

"Boleh dong, sebentar pakde Arfan cari dulu", sambung Arfan.

"Oke..", seru anak-anak Irfandi.

Satu jam kemudian..

Di depan kamar Titah dan Irfandi lagi..

"Gak mau, saya gak mau tidur dengan mas Irfandi, mas Irfandi sana tidur di kamar Paijo saja", kata Titah.

"Gak mau juga, Paijo kan laki-laki, masa saya tidur dengan Paijo", kata Irfandi.

"Oh gak mau tidur dengan Paijo, ya sudah gampang, mas Irfandi tidur di garasi mobil saja sana nyamuknya perempuan semua", kata Titah lagi.

"Tapi kan gak ada yang tidur di dada ku dan di pelukan ku seperti kamu sayang", kata Irfandi lagi.

"Aah bodo", kata Titah lagi yang membanting pintu kamar.

"Papi..", seru Kamil.

"Kalian bertiga kenapa disini, papi..", kata Irfandi lagi yang terpotong perkataannya oleh Silvy.

"Kita kesini cuma mau kasih ini saja kok", sambung Silvy yang memotong perkataan dari Irfandi.

"Oh.., apa itu ?", tanya Irfandi.

"Ini lihat saja", jawab Citra yang memberikan foto Titah dan Irfandi waktu masih pacaran.

"Iih kalian ini ya, kenapa belum tidur sih, dan ngapain di sini, berisik, ganggu mami tidur tau gak sih..", keluh Titah.

"Ini loh mi, mereka kasih ini, foto waktu kita masih pacaran dulu", kata Irfandi.

"Oh, ih masih ada saja foto kita di jaman yang gak enak plus LDR pula, oh ya mas Irfandi masih ingat gak nama panggilan kesayangan kita dulu apa ?", tanya Titah.

"Tau dong, Rama ku dan Sinta ku kan, loh itu kan yang kemarin aku sebut di dalam mimpi sampai saya ngigau", jawab Irfandi.

"Loh itu kan mimpi saya juga kemarin", kata Titah.

"Berarti..", seru Irfandi.

"Mimpi kita sama..", sambung Titah.

"Ya sudah tidur yuk mas Irfandi", kata Titah yang mengajak Irfandi tidur di kamar.

"Yuk..", seru Irfandi.

Akhirnya tuan mami dan tuan papi kembali bersama harmonis lagi setelah kami menunjukkan foto masa lalu tuan mami dan tuan papi waktu masih pacaran.