Chereads / SSTM (Suami Suami Takut Mertua) / Chapter 12 - 12 Istriku Ternyata Cowok 2

Chapter 12 - 12 Istriku Ternyata Cowok 2

Lima menit kemudian..

Masih di meja makan..

"Bubur nya datang, silahkan ndara dan raden", kata Asih.

"Yes, emm kaya nya enak nih", kata Kamil.

"Iya benar, pasti enak nih, dari aromanya saja sudah ketahuan pasti bubur buatannya Asih enak", sambung Arfan.

"Fandi, Titah, Asih harus tetap kerja disini soalnya masakannya enak dan masakannya cocok di lidah saya", kata kanjeng ibu.

"Siap kanjeng ibu", sambung Irfandi.

"Assalamu'alaikum", Paijo memberikan salam pada semua yang ada di meja makan.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di meja makan menjawab salam dari Paijo.

"Nuwun suwun apunten sadurunge  kanjeng ibu ugi semuanya, eh Asih ingkang kasinggihan kemawon masa panjenengan mangsak teng mriki sih"

(Permisi minta maaf sebelumnya kanjeng ibu dan semuanya, eh Asih yang benar saja masa kamu masak di sini sih), kata Paijo yang kesal pada Asih.

"Bilang kemawon panjenengan kresa ugi ta jo bubur buatannya Asih, Asih taksih wonten mboten bubure teng pawon ?"

(Bilang saja kamu mau juga kan jo bubur buatannya Asih, Asih masih ada tidak bubur nya di dapur ?), tanya Arfan.

"Taksih wonten kok, sekedhap kawula ambilkan nuwun kagem mas jo"

(Masih ada kok, sebentar saya ambilkan ya untuk mas jo), jawab Asih.

"Mboten usah, mboten usah, langkung nyamleng bubur buatan kawula daripada buatan panjenengan"

(Tidak usah, tidak usah, lebih enak bubur buatan saya daripada buatan kamu), kata Paijo yang masih kesal pada Asih.

"Loh punapa sih emange jo ?"

(Loh kenapa sih memangnya jo ?), tanya kanjeng ibu.

"Menika loh tuan mami, kanjeng ibu, ugi semuanya sanes masalah bubure ugi sih sebenarnya, tapi Asih mangsak bubure punika loh"

(Ini loh tuan mami, kanjeng ibu, dan semuanya bukan masalah bubur nya juga sih sebenarnya, tapi Asih masak bubur nya itu loh), jawab Paijo.

"Bubure, emange mangsak dimana jo ?"

(Bubur nya, memangnya masak dimana jo ?), tanya Arfan lagi.

"Teng mriki tuan papi.."

(Di sini tuan papi..), jawab Paijo yang terpotong jawabannya oleh Irfandi.

"Eeehh.. kawula teng mriki Joya, punika raka kawula, Arfan"

(Eeehh.. Saya di sini Joya, itu kakak saya, Arfan), keluh Irfandi yang memotong jawaban dari Paijo.

"Oh disini, kirain disitu, habis mirip sih", kata Paijo.

"Kan kembar Joya..", sorak semua orang yang ada di meja makan.

"Iya iya deh, saya mau lanjutkan jawab nih", kata Paijo lagi.

"Ya sudah lanjutkan", sambung Titah.

"Kalian sedaya kedah tau nggih, Asih mangsak bubure sanes teng panci nanging teng pispot"

(Kalian semua harus tau ya, Asih masak bubur nya bukan di panci tapi di pispot), jawab Paijo lagi.

"Oh di pispot", sorak semua yang ada di meja makan.

"Iya..", seru Paijo.

"Ha..", sorak semua yang ada di meja makan lagi.

"Ngilani", kata kanjeng ibu.

Di rumah sakit

Di ruangan dokter..

"Jadi bagaimana dokter apakah istri saya hamil lagi atau tidak ?", tanya Irfandi.

"Tunggu sebentar ya, emm pak, saya ingin bertanya, bapak masih normal kan ?", tanya dokter juga.

"Maksudnya dokter apa ya, saya masih normal lah ?", tanya Irfandi lagi.

"Benar, bapak masih suka dengan perempuan kan ?", tanya dokter lagi.

"Iya dok, saya masih suka dengan perempuan, saya menikah dengan perempuan dan istri saya juga perempuan, dokter", jawab Irfandi.

"Haduh bagaimana ya cara menjelaskan nya pada bapak, kalau..", kata dokter.

"Kalau apa dok ?", tanya Irfandi lagi.

"Saya kaget setelah saya periksa urin istri bapak", jawab dokter.

"Ada apa dok dengan istri saya, istri saya, hamil lagi atau tidak ?", tanya Irfandi lagi.

"Istri bapak itu laki-laki", jawab dokter lagi.

"Apa, dok!!, saya tidak kaget kalau dokter bilang istri saya tidak hamil ataupun hamil lagi, tapi saya akan marah jika dokter bilang kalau istri saya itu laki-laki, coba dites lagi dok..", kata Irfandi yang marah pada dokter ketika mendengar pernyataan dari dokter, kalau Titah adalah laki-laki.

"Jangan pak, jangan, jangan sentuh saya", sambung dokter.

"Maksud dokter ?", tanya Irfandi lagi.

"Saya baru sembuh pak, eh..", jawab dokter dengan melambai.

Di rumah pak Irfandi

Di depan rumah pak Irfandi..

"Keterlaluan hemm..", kata Irfandi dengan kesal sepulang dari rumah sakit.

"Pak Arfan, tuan papi kenapa ?", tanya Paijo.

"Marah sama dokternya jo, karena dokternya bilang Titah itu bukan perempuan melainkan laki-laki, setelah urinnya di periksa di laboratorium rumah sakit, jo", jawab Arfan.

"Oh itu, saya tau itu pak Arfan", kata Paijo.

"Ha..!!, Maksudnya jo ?", tanya Arfan.

"Nanti saya ceritakan ya pak Arfan di dapur", jawab Paijo.

"Oh iya..", seru Arfan.

Di ruang tengah..

"Gimana Fandi, punapa tembung dokter, Titah mbobot iseh ta, inggih ta garwa panjenengan mbobot iseh ta Fandi ?"

(Bagaimana Fandi, apa kata dokter, Titah hamil lagi kan, iya kan istrimu hamil lagi kan Fandi ?), tanya kanjeng ibu.

"Mboten pertela kanjeng ibu, doktere membuat kawula murka"

(Tidak jelas kanjeng ibu, dokternya membuat saya marah), jawab Irfandi.

"Loh kok saged, mboten pertela punapa Fandi ?"

(Loh kok bisa, tidak jelas kenapa Fandi ?), tanya kanjeng ibu lagi.

"Masa Titah teng bilang laki-laki dening doktere, kanjeng ibu, nuwun kawula mboten terimalah, garwa kawula ayu, teng bilang laki-laki sih.."

(Masa Titah di bilang laki-laki oleh dokternya, kanjeng ibu, ya saya tidak terimalah, istri saya cantik gini, di bilang laki-laki sih..), jawab Irfandi lagi.

"Panjenengan kemawon suaminya mboten tampi punapa iseh kawula, ibunya, kawula ugi mboten tampi putri kawula teng bilang laki-laki"

(Kamu saja suaminya tidak terima apa lagi saya, ibunya, saya juga tidak terima anak saya di bilang laki-laki), kata kanjeng ibu.

"Punapa dados kawula teng bilang laki-laki dening doktere, kita dhateng dalem gerah iseh mas, jo.., Paijo.."

(Apa jadi saya di bilang laki-laki oleh dokternya, kita ke rumah sakit lagi mas, jo.., Paijo..), kata Titah.

Di dapur..

"Jo, katanya kamu mau cerita, cerita apa ?", tanya Arfan.

"Saya tau penyebabnya kenapa tuan mami dinyatakan laki-laki bukan perempuan oleh dokternya, penyebabnya adalah urinnya tuan mami saya ganti dengan urin saya, pak Arfan, karena saya tidak sengaja menumpahkan urinnya tuan mami waktu saya di suruh mengambil urinnya tuan mami di kamar mandi tadi pagi", jawab Paijo.

"Wah benar-benar keterlaluan si Paijo ini, kalau kanjeng ibu atau Titah tau, apa lagi Irfandi sampai tau juga seru tuh, apa lagi kan Irfandi masih emosi tuh, hehe..", kata Arfan di dalam hati.

"Pak, pak Arfan, yeh malah bengong, pak Arfan..", sambung Paijo.

"Ha.., iya kenapa jo ?", tanya Arfan lagi.

"Tidak apa, emm jangan-jangan pak Arfan tidak mendengarkan cerita saya ya ?", tanya Paijo juga.

"Enak saja, sembarangan kamu, saya dengar dan bahkan saya menyimak cerita kamu tau", jawab Arfan.

Di ruang tengah lagi..

"Haduh Paijo mana sih, kok lama sekali di panggil dari tadi juga", keluh Irfandi.

"Ya sudah biar ibu saja ya yang panggil Joya", kata kanjeng ibu.

"Inggih kanjeng ibu"

(Iya kanjeng ibu), seru Titah dan Irfandi.

"Joya..", kanjeng ibu memanggil Paijo.

Di dapur lagi..

"Oh saya kira enggak, hehe.., ih.., pak Arfan", kata Paijo.

"Iya, kenapa jo ?", tanya Arfan.

"Ini kan siang ya, kok saya merinding sih, dan kaya ada yang panggil saya, ih.., merinding deh pak Arfan", jawab Paijo.

"Emm perasaan kamu saja itu jo, yang panggil kamu itu kanjeng ibu tau", kata Arfan.

"Ah masa sih pak..", sambung Paijo.

"Iya Joya, kalau gak percaya dengarkan saja baik-baik", kata Arfan lagi.

"Coba ya..", sambung Paijo lagi.

Di ruang tengah lagi..

"Joya.., Paijo payah..", kanjeng ibu memanggil Paijo.

Di dapur lagi..

"Tuh dengar kan, itu suara siapa saya tanya sekarang ?", tanya Arfan.

"Suara kanjeng ibu, pak Arfan, oh iya ya, iya kanjeng ibu, saya menghadap kanjeng ibu dulu ya pak Arfan", jawab Paijo.

"Emm iya jo", seru Arfan.

"Oke..", sambung Paijo.

Di ruang tengah lagi..

"Sekarang kamu ikut dengan anakku dan menantuku ke rumah sakit ya", pinta kanjeng ibu.

"Laksanakan kanjeng ibu", Paijo melaksanakan perintah dari kanjeng ibu.

"Eh.. Kamu mau kemana ?", tanya Titah.

"Kresa dhateng kamar, kresa siap-siap, tuan mami"

(Mau ke kamar, mau siap-siap, tuan mami), jawab Paijo.

"Oh, mangke rampung panjenengan saking kamar, tolong panjenengan bikak pintu pagar nggih"

(Oh, nanti selesai kamu dari kamar, tolong kamu buka pintu pagar ya), pinta Titah.

"Jagi tuan mami"

(Siap tuan mami), Paijo melaksanakan perintah dari Titah.

"Emm ya sudah sana", kata Irfandi.

Setelah aku mengganti pakaian, lalu kemudian aku ke depan rumah untuk membuka pintu pagar, ketika ingin membuka pintu pagar aku melihat pak rt yang membawa daun kumis kucing, aku pun mempunyai ide untuk mendapatkan uang dari Irfandi menggunakan daun kumis kucing yang baru saja aku membeli nya dari pak rt.

Di rumah pak Irfandi

Di kamar Paijo..

"Selesai, tinggal pake parfum", kata Paijo.

Di depan rumah pak Irfandi..

"Eh Joya, mau kemana ?", tanya Betta.

"Mau jalan-jalan Betta, diajak tuan papi dan tuan mami, saya disuruh buka pintu pagar sebelum pergi, kamu di sini saja, biar saya saja yang membukakan pintu pagarnya", jawab Paijo.

"Oke..", seru Betta.

"Pak rt tuh, kenapa ya kok ngomel sendiri sih, pak rt", kata Paijo.

"Iya, eh Joya, kenapa ?", tanya pak rt.

"Pak rt yang kenapa, kok ngomel sendiri dan itu apa, pak rt bawa apaan ?", tanya Paijo juga.

"Bawa daun kumis kucing titipan bu Rahma, tapi gak jadi", jawab pak rt.

"Oh..", seru Paijo.

"Iya..", sambung pak rt.

"Aha.., ada ide!!, Emm pak rt boleh gak, itu daun kumis kucingnya saya beli ?", tanya Paijo lagi.

"Boleh jo, dari pada saya buang", jawab pak rt.

"Oke, emm ya sudah berapa pak rt ?", tanya Paijo lagi.

"Goceng deh jo", jawab pak rt.

"Murah banget, ya sudah nih pak rt uangnya", kata Paijo.

"Oke, nih daun kumis kucing jo", sambung pak rt lagi.

"Oke, saatnya beraksi", kata Paijo lagi.

Di ruang tengah lagi..

"Ih mas Arfan kenapa sih dari tadi Titah perhatikan lihatin Titah terus sih, kenapa ?", tanya Titah.

"Saya masih penasaran tau tah", jawab Arfan.

"Penasaran apa ?", tanya Titah lagi.

"Penasaran kamu itu laki-laki atau perempuan sih ?", tanya Arfan juga.

"Ha.., je suis une femme pas un homme tu sais, je n'y crois toujours pas, et je vais te le prouver ainsi qu'au docteur qui a dit que j'étais un homme pas une femme, que j'étais une femme pas une mec, comprends hem..!!"

(Ha.., saya itu perempuan bukan laki-laki tau, masih gak percaya juga, dan saya akan buktikan ke kamu dan dokter yang mengatakan saya laki-laki bukan perempuan, bahwa saya itu perempuan bukan laki-laki, paham hemm..!!), jawab Titah.

Di rumah sakit aku berpura-pura menjadi tuan mami (bu Titah), di rumah, pak Arfan memberitahu kanjeng ibu, kalau sebenarnya aku lah yang menukar urin tuan mami (bu Titah) dengan urin ku.

Kanjeng ibu yang mendengar hal tersebut akhirnya kanjeng ibu meminta pak Arfan mengantarnya ke rumah sakit dan menjelaskan semuanya pada tuan mami dan tuan papi (Irfandi dan Titah), kalau semua ini karena aku yang telah mengganti urin tuan mami dengan urin ku, lalu dokter pun memeriksa ulang tuan mami, dan dokter menyatakan bahwa tuan mami hamil lagi.

Dan sesampainya di rumah aku di beri hukuman oleh kanjeng ibu, hukumannya seperti biasa meminum jus cabai lagi buatan Asih yang sangat pedas.