Pagi ini saya baru saja selesai menyirami tanaman, dan berniat ingin istirahat di taman, dibawah pohon dan di sanalah saya berkhayal, dalam khayalan saya, saya sedang bernyanyi untuk belahan jiwa saya yaitu Erni anak dari mbok Surip dan abah Aan.
Di rumah pak Irfandi,
Di taman depan rumah pak Irfandi..
"Huuh.., lumayan capek juga dari taman belakang rumah, dalam rumah, sampai taman depan rumah, istirahat dulu deh, di sini nih, di bawah pohon", kata Paijo.
Di ruang TV..
"Silvy, Kamil, Citra..", kata paklik Purwanto.
"Inggih eyang paklik"
(Iya eyang paklik), jawab Kamil, Silvy, dan Citra.
"Kalian ningal Paijo mboten ?"
(Kalian lihat Paijo tidak ?), tanya paklik Purwanto.
"Mboten eyang paklik"
(Tidak eyang paklik), jawab Silvy.
"Punapa emange eyang paklik, tumben pados lik jo ?"
(Kenapa memangnya eyang paklik, tumben cari lik jo ?), tanya Kamil juga.
"Eyang paklik kersa nyuruh piyambakipun tumbas gado-gado ing mbok Surip loh mil.."
(Eyang paklik mau nyuruh dia beli gado-gado di mbok Surip loh mil..), jawab paklik Purwanto.
"Oh kengken lik jo tumbas gado-gado..!!"
(Oh suruh lik jo beli gado-gado..!!), seru Kamil.
"Inggih, dados leres nih mboten enten ingkang melihat paijo ?"
(Iya, jadi benar nih tidak ada yang melihat Paijo ?), tanya paklik Purwanto.
"Inggih eyang paklik, kita mboten ningal lik jo, saking wau kita ing mriki, ngerjain niki, PR, eyang paklik"
(Iya eyang paklik, kita tidak lihat lik jo, dari tadi kita di sini, ngerjain ini nih, PR, eyang paklik), jawab Silvy.
"Oh inggih Citra enggal eling paklik, wau Citra ningal lik jo siram tanaman ing taman ngajeng, telas resik-resik ing lebet griya inggih ta mbak ?"
(Oh iya Citra baru ingat paklik, tadi Citra lihat lik jo siram tanaman di taman depan, habis bersih-bersih di dalam rumah iya kan mbak ?), tanya Citra juga.
"Oh inggih leres, apunten eyang paklik kulo kesupen, hehe.."
(Oh iya benar, maaf eyang paklik kami lupa, hehe..), jawab Silvy.
"Hemm, katanya tadi gak lihat gimana sih..", keluh paklik Purwanto.
"Hehehe..", Kamil, Citra, dan Silvy hanya bisa tertawa.
"Paklik mau kemana ?", tanya Arfan.
"Mau cari Paijo, fan", jawab paklik Purwanto.
"Oh..!!", seru Arfan.
"Oh kalian semua disini", kata Irfandi.
"Kenapa pi ?", tanya Kamil.
"Tidak apa-apa kok, di cari uti sama mami tuh", jawab Irfandi.
"Oh, mami sudah pulang dari turki pi emangnya ?", tanya Citra.
"Sudah dong, itu ada di ruang keluarga bawa oleh-oleh juga untuk kalian", jawab Irfandi lagi.
"Oh gitu, ya sudah yuk mas, dik, kita ke ruang keluarga", kata Silvy.
"Yuk..!!", seru Kamil dan Citra.
"Papi ke ruang keluarga dulu ya", kata Kamil.
"Iya..!!", seru Irfandi.
"Oh ya Fandi, gado-gado sudah buka belum ya ?", tanya Arfan lagi.
"Memangnya jam berapa fan ?", tanya Irfandi lagi.
"Jam sepuluh Fandi", jawab Arfan.
"Oh jam sepuluh, sudah fan, tunggu sebentar ya fan", kata Irfandi.
"Iya, eh mau kemana Fandi ?", tanya Arfan lagi.
"Sudah tunggu saja di sini dulu sebentar", jawab Irfandi lagi.
"Oh oke..!!", seru Arfan.
Di taman depan rumah pak Irfandi lagi..
Dalam khayalan Paijo..
"Where, where do you do?
'Where do I have to find?
Kekasih tercinta tak tahu rimbanya
Lama tak datang ke rumah
Where, where, where?
Where is the living now?
Ke sana kemari membawa alamat
Namun yang kutemui bukan dirinya
Sayang, yang kuterima address imitasi", Paijo yang bernyanyi, menari bersama Erni di dalam khayalan nya.
Lalu saya pun tersadar dari khayalan ku, karena saya kejatuhan daun kelapa yang sudah kering dan kemudian paklik Purwanto memanggilku.
Masih di taman depan rumah pak Irfandi,
"Haaaa.. Duh.., sakit.., lagi enak-enak mengkhayal juga, emm gara-gara daun kelapa kering ini, nih, Erni jadi pergi kan, hem..", keluh Paijo.
Di teras samping rumah pak Irfandi..
"Jo, Joya, jo, Joya..", paklik Purwanto memanggil Paijo.
Di taman depan rumah pak Irfandi lagi..
"Iya, haadduuhhhh.., si raja blangkon nomer dua ribu dua ratus dua puluh dua manggil tuh", keluh Paijo.
Di teras samping rumah pak Irfandi lagi..
"Joya..", paklik Purwanto memanggil Paijo lagi.
Di taman rumah pak Irfandi lagi..
"Iya paklik Purwanto", jawab Paijo.
Di teras samping rumah pak Irfandi lagi..
"Joya..", paklik Purwanto memanggil Paijo lagi.
"Ladki badi anjani hai, halo paklik Purwanto, ada apa paklik Purwanto memanggil Justin Bieber ke teras samping rumah ?", tanya Paijo.
"Justin Bieber, siapa jo ?", tanya paklik Purwanto juga.
"Saya dong paklik Purwanto, masa paklik Purwanto sih..", jawab Paijo.
"Hemm kamu mah gak pantes jadi Justin Bieber, jo..", keluh paklik Purwanto.
"Terus Justin apa dong paklik Purwanto ?", tanya Paijo lagi.
"Kamu mah pantesnya jas tukang ojek jo", jawab paklik Purwanto lagi.
"Hemm yang gini ini nih ngajak berantem, oh ya paklik Purwanto ada apa memanggil saya ?", tanya Paijo lagi.
"Oh iya saya lupa kan tuh, ini loh jo saya memanggil kamu kesini, karena saya ingin minta tolong sama kamu", jawab paklik Purwanto lagi.
"Apa itu paklik Purwanto ?", tanya Paijo lagi.
"Saya minta tolong di belikan gado-gado ya di warungnya mbok Surip, sedang saja dan jangan pakai pare", jawab paklik Purwanto.
"Oke, emm paklik gak usah, uangnya paklik simpan saja, pakai uang saya saja", kata Paijo.
"Oh gitu, tumben, eh memangnya kamu ada uang jo ?", tanya paklik Purwanto lagi.
"Ada dong, kan baru gajian kemarin, gak apa-apa paklik, sekali-kali majikan di teraktir sama pembantu gitu, hehe..", jawab Paijo.
"Oh gitu, ya sudah terimakasih ya jo", kata paklik Purwanto.
"Sami-sami paklik Purwanto, amit"
(Sama-sama paklik Purwanto, permisi), sambung Paijo.
"Eh jo tunggu", kata kanjeng ibu.
"Nggih kanjeng ibu, enten menapa ?"
(Ya kanjeng ibu, ada apa ?), tanya Paijo.
"Saya mau titip gado-gado ya", jawab kanjeng ibu.
"Oh nggih ujub kanjeng ibu"
(Oh ya laksanakan kanjeng ibu), kata Paijo lagi.
"Ini uang nya", sambung kanjeng ibu yang memberikan uang pada Paijo.
"Eeh mbak yu gak perlu, biar pakai uang nya Paijo, habis gajian dia, saya saja di traktir gado-gado, ya kan jo ?", tanya paklik Purwanto lagi.
"Nggih paklik Purwanto"
(Ya paklik Purwanto), jawab Paijo lagi.
"Oh gitu, ya sudah oke, jo, saya pedas ya pakai lontong dan pakai pare", kata kanjeng ibu.
"Ujub kanjeng ibu"
(Laksanakan kanjeng ibu), sambung Paijo.
"Eeh jo, tunggu", kata Irfandi.
"Nggih tuan papi, enten menapa ?"
(Ya tuan papi, ada apa ?), tanya Paijo.
"Saya titip gado-gado ya enam, eh sama satu lagi Betta jadi tujuh, tau kan untuk siapa saja jo ?", tanya Irfandi juga.
"Tau dong, seperti biasakan, oke, kalau begitu saya permisi, assalamu'alaikum", kata Paijo.
"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di teras samping rumah menjawab salam dari Paijo.
Dan saya pun ke warung mbok Surip untuk membeli gado-gado, di sana rupanya sudah ada perempuan cantik bernama Chindy, Chindy adalah teman Erni, Chindy memberikan semuanya pada Erni, kalau Chindy di khiyanati cintanya oleh seorang laki-laki yang bernama Paijo juga, Erni mengira Paijo yang Santi maksud adalah aku.
Sesampainya saya di warung nya mbok Surip, Erni memutuskan hubungan kami, saya pun pulang ke rumah, sesampainya di sana saya berniat untuk menggantung sesuatu di pohon.
Betta yang mendengar itu langsung berfikir kalau saya ingin bunuh diri dengan cara gantung diri, semua warga pun dibuat panik dengan isu saya mau bunuh diri.
Tepat pukul 15.45 (habis ashar), semuanya datang ke taman belakang rumah untuk mencegahku bunuh diri, setelah saya menggantungkan semua alat kerjaku barulah Erni dan Chindy datang dan akhirnya semua itu hanyalah salah paham, karena Erni yang cemburu.