Pagi ini saya dan para abdi dalem yang lainnya di liburkan kecuali Asih yang tidak di liburkan dan kami juga mengikuti latihan drama untuk menyambut HUT RI (Ulang Tahun Republik Indonesia).
Dan yang melatih kami adalah kanjeng ibu, sedangkan saya, Abdul Latif, Asep, Betta, dan Aiman sebagai Gerilyawan RI, sedangkan pak Arfan sebagai meneer van de Kock, dan yang sebagai istri dari meneer van de Kock adalah ibu dari Asih.
Di ruang tengah..
"Gimana pak rt dapat baju Gerilyawan RI nya ?", tanya kanjeng ibu.
"Kenging atuh kanjeng ibu"
(Dapat dong kanjeng ibu), jawab pak rt.
"Pak rt ngomong basa endi ta ?"
(Pak rt ngomong bahasa mana sih ?), tanya kanjeng ibu lagi.
"Basa sunda, kanjeng ibu, basa mantan kabogoh na Titah"
(Bahasa sunda, kanjeng ibu, bahasa mantan pacarnya Titah), jawab Arfan.
"Oh..", seru kanjeng ibu.
"Inggih kanjeng ibu.."
(Iya kanjeng ibu..), sambung Arfan.
"Ampir wae abdi oge poho, ieu kanjeng ibu anggoan Gerilyawan RI na, emang na eta anggoan Gerilyawan RI untuk saha sih kanjeng ibu ?"
(Hampir saja saya juga lupa, ini Kanjeng ibu baju Gerilyawan RI nya, memangnya itu baju Gerilyawan RI untuk siapa sih kanjeng ibu ?), tanya pak rt.
"Haduh.., ngomong apa meneh ta pak rt, Arfan ?"
(Haduh.., ngomong apa lagi sih pak rt, Arfan ?), tanya kanjeng ibu lagi.
"Inggih kanjeng ibu.."
(Iya kanjeng ibu..), jawab Arfan.
"Panjenengan ngertos artine mboten ?"
(Kamu ngerti artinya tidak ?), tanya kanjeng ibu lagi.
"Mboten ngertos kanjeng ibu"
(Tidak mengerti kanjeng ibu), jawab Arfan.
"Ealah.., kula kinten ngerti taunya mboten.."
(Ealah.., saya kira ngerti taunya tidak..), keluh kanjeng ibu.
"Inggih, angel mboten ono Titah neng omah, kan piyambake sing mangertos kabeh basa"
(Iya, susah tidak ada Titah di rumah, kan dia yang mengerti semua bahasa), keluh Arfan juga.
"Inggih bener panjenengan fan.., cuma Titah ingkang ngerti kabeh basa duko iku basa njaba negeri ataupun dalam negeri"
(Iya benar kamu fan.., cuma Titah yang mengerti baik itu bahasa luar negeri ataupun dalam negeri), kata kanjeng ibu.
"Inggih kanjeng ibu leres.."
(Iya kanjeng ibu benar..), seru Arfan.
"Loh kok dadi bahas iku, fan.."
(Loh kok jadi bahas itu, fan..), keluh kanjeng ibu.
"Inggih kanjeng ibu, enten menapa ?"
(Iya kanjeng ibu, ada apa ?), tanya Arfan.
"Saiki panjenengan panggil Joya, Aiman, Asep, Betta, lan Abdul Latif gih untuk mencoba rasukan Gerilyawan RI iki"
(Sekarang kamu panggil Joya, Aiman, Asep, Betta, dan Abdul Latif gih untuk mencoba baju Gerilyawan RI ini), jawab kanjeng ibu.
"Siap kanjeng ibu.., Betta, josepmandul..", seru Arfan yang memanggil para abdi dalem.
"Haaaaa..", kanjeng ibu dan pak rt kaget saat mendengar Arfan memanggil Paijo, Ainan, Asep, Betta, dan Abdul Latif.
"Singkatan kanjeng ibu, pak rt..", seru Arfan.
"Oh..", sambung pak rt dan kanjeng ibu.
"Ya sudah lanjutkan lagi sampai mereka datang menghadap kita di sini", kata kanjeng ibu.
"Siap kanjeng ibu.., Betta, josepmandul (Paijo, Asep, Aiman, Abdul Latif..)", seru Arfan yang memanggil para abdi dalem lagi.
"Inggih.."
(Iya..), jawab para abdi dalem.
"Aya naon Arfan ?"
(Ada apa Arfan ?), tanya Asep.
"Ing timbali kanjeng ibu.."
(Di panggil kanjeng ibu..), jawab Arfan lagi.
"Oh..", seru para abdi dalem.
"Inggih, wau sampeyan timbali kulo menapa, Arfan ?"
(Iya, tadi kamu panggil aku apa, Arfan ?), tanya Arfan lagi.
"Muhun pak.."
(Iya pak..), jawab Asep.
"Sampun kendhel panjenengan nggih ?, hemm.."
(Sudah berani kamu ya ?, hemm..), tanya Arfan yang kesal pada Asep.
"Hampura pak Arfan, maksud abdi, pak arfan gitu pak.."
(Maaf pak Arfan, maksud saya, pak Arfan gitu pak..), seru Asep.
"Enten menapa kanjeng ibu ?"
(Ada apa kanjeng ibu ?), tanya Paijo.
"Niki rasukan Gerilyawan RI, kostum kalian cobi riyen"
(Ini baju Gerilyawan RI, kostum kalian coba dulu), jawab kanjeng ibu.
"Nggih kanjeng ibu"
(Iya kanjeng ibu), para abdi dalem melaksanakan perintah dari kanjeng ibu.
"Ya sudah kalau gitu kita mulai saja drama babak pertamanya ya, sebentar saya lihat dulu naskahnya.., oh iya saya lupa yang menjadi meneer van de Kock nya siapa ?", tanya kanjeng ibu.
"Pak Irfandi saja kanjeng ibu..", jawab pak rt.
"Tidak bisa pak rt, kan Irfandi lagi di Turki", kata kanjeng ibu.
"Gimana kalau pak Arfan saja kanjeng ibu ?", tanya Paijo yang memberikan ide pada kanjeng ibu.
"Ah.., iya tuh jo ide bagus, Arfan..", kata kanjeng ibu yang setuju dengan saran dari Paijo.
"Tidak usah di lanjutkan kanjeng ibu, saya paham kok jadi kapten Belanda kan, meneer van de Kock kan ?", tanya Arfan lagi.
"Iya dan kostumnya, loh kok pak rt..", jawab kanjeng ibu yang kaget saat melihat kostumnya kurang.
"Iya kanjeng ibu..", jawab pak rt juga.
"Kostum meneer Belanda nya mana sekalian sama kostum buat istrinya ya ?", tanya kanjeng ibu.
"Siap kanjeng ibu, cari lagi ?", tanya pak rt.
"Iya pak rt..", jawab Arfan, kanjeng ibu, dan para abdi dalem.
"Cepat cari..", kata kanjeng ibu lagi.
"I i i iya kanjeng ibu, laksanakan..", pak rt melaksanakan perintah dari kanjeng ibu.
"Ya sudah kalian sana, fan..", kata kanjeng ibu yang memanggil Arfan.
"Iya kanjeng ibu..", jawab Arfan lagi.
"Baca naskah nya dulu nih..", kata kanjeng ibu yang memberikan naskah skenario pada Arfan.
"Jagi kanjeng ibu"
(Siap kanjeng ibu), kata Arfan yang melaksanakan perintah dari kanjeng ibu.
Setelah kami mencoba baju Gerilyawan RI dan di lihat oleh kanjeng ibu, kanjeng ibu menyuruh kami untuk latihan sendiri-sendiri terlebih dahulu sambil menghapalkan naskah yang di berikan oleh kanjeng ibu.
Kami memutuskan untuk latihan di dapur, sesampainya di dapur saya melihat ibu dari asih yang sedang mencuci piring dan kami pun di siram air karena sudah membuatnya kesal.
Di dapur..
"Dul..", seru Aiman.
"Inggih mang.."
(Iya mang..), jawab Abdul Latif.
"Kawas na ieu enggon anu cocok untuk urang latihan perang-perangan deh.."
(Sepertinya ini tempat yang cocok untuk kita latihan perang-perangan deh..), kata Aiman.
"Dul..", seru Paijo.
"Inggih lik.."
(Iya lik..), jawab Abdul Latif lagi.
"Opo jarene Aiman, dul ?"
(Apa katanya Aiman, dul ?), tanya Paijo.
"Jare ne bebasan ne pawon adalah nggon sing cocok untuk kita latihan perang-perangan"
(Katanya sepertinya dapur adalah tempat yang cocok untuk kita latihan perang-perangan), jawab Abdul Latif lagi.
"Omong ke Aiman, kulo setuju"
(Bilang ke Aiman, saya setuju), pinta Paijo.
"Oke..", seru Abdul Latif.
"Dul..", seru Aiman lagi.
"Nggih mang"
(Iya mang), jawab Abdul Latif lagi.
"Kata Paijo naon ?"
(Kata Paijo apa ?), tanya Aiman.
"Kata lik jo, lik jo setuju", jawab Abdul Latif lagi.
"Oke, kita mulai.., dari lik jo..", kata Abdul Latif.
"Oke, duar.. duar duar duar.., ada bude tuh ibu nya Asih kesana yuk..", kata Paijo.
"Yuk..", seru Asep.
"Duar.. duar duar duar..", sorak para abdi dalem yang sedang latihan perang-perangan di dapur.
"Bude..", seru Paijo.
"Apa jo ?", tanya ibu Asih.
"Mati dong bude, kan kulo tembakin mau.."
(Mati dong bude, kan saya tembakin tadi..), jawab Paijo.
"Eh jo krungu nggih, kulo masih gelem urip tau.., kenopo ing suruh mati"
(Eh Jo dengar ya, saya masih mau hidup tau.. kenapa di suruh mati), keluh ibu Asih yang kesal pada Paijo.
"Yah bude..", keluh Aiman juga.
"Opo panjenengan omong man barusan buda, bude, buda, bude.., emange kapan kulo rabi karo pakde panjenengan kapan ?"
(Apa kamu bilang man barusan Buda, bude, Buda, bude.., memmangnya kapan saya menikah dengan pakde mu, kapan?), tanya ibu Asih lagi.
"Yah angel nih kalo ngomong podo kemiri belanda, bude kita iku kan meneh latihan drama bude, untuk menyambut hut ri bude.. dadi.."
(Yah susah nih kalo ngomong sama kemiri belanda, bude kita itu kan lagi latihan drama bude, untuk menyambut HUT RI bude.. jadi..), jawab Paijo lagi.
"Ora drama, drama an, drama opo ?"
(Tidak drama, dramaan, drama apa ?), tanya ibu Asih lagi.
"Serang saja lah yuk..", kata Paijo lagi.
"Duar.. duar.. duar..", sorak para abdi dalem lagi.
"Masih neng lanjutkan, rasakan iki"
(Masih di lanjutkan, rasakan ini), ibu asih menyiram air Aiman, Paijo, Abdul Latif, Asep, dan Betta.
"Brep, Brep, Brep..", sorak Abdul Latif.
"Eh ketumbar Belanda kok Brep, Brep, Brep sih.., kan harusnya duar, duar, duar.. ?", tanya Paijo lagi.
"Kan senapan kita kena air jadi nya Brep, Brep, Brep dong lik..", jawab Abdul Latif.
"Oh iya, ya benar juga jo..", seru Asep.
"Hemm..", keluh Paijo.
Di ruang tengah lagi..
"Nah jadi seperti itu Arfan babak pertamanya dan sekarang, oh ya Paijo, Aiman, Asep, Betta, dan Abdul Latif mana ?", tanya kanjeng ibu.
"Assalamu'alaikum", para abdi dalem memberikan salam pada Arfan dan kanjeng ibu.
"Wa'alaikumussalam", Arfan dan kanjeng ibu menjawab salam dari abdi dalem.
"Berdiri kalian di sana", pinta kanjeng ibu.
"Dimana kanjeng ibu ?", tanya Paijo.
"Di situ..", jawab kanjeng ibu.
"Di sini kanjeng ibu ?", tanya Paijo lagi.
"Bukan di situ tapi di sana man, jo..", jawab kanjeng ibu lagi.
"Di sana, mana kanjeng ibu ?", tanya Paijo lagi.
"Di sampingnya Arfan", jawab kanjeng ibu lagi.
"Oh..", seru Paijo.
"Bilang dong kanjeng ibu, biar jelas..", keluh Paijo.
"Sudah.., ini adalah babak kedua", kata kanjeng ibu.
"Maaf kanjeng ibu, saya potong pembicaraannya karena ada yang ingin saya tanyakan begitu kanjeng ibu bolehkan ?", tanya Paijo lagi.
"Ya silahkan", jawab kanjeng ibu lagi.
"Kita bagian babak ke berapa ya kanjeng ibu ?", tanya Paijo lagi.
"Babak kedua Joya..", jawab kanjeng ibu lagi.
"Jo..", seru Arfan.
"Iya pak Arfan", jawab Paijo.
"Jangan di potong dulu dong dengarkan dulu arahan sutradara kita", kata Arfan.
"Iya pak Arfan..", seru Paijo.
"Eh sudah, sudah.., di babak kedua ini Gerilyawan RI melihat kapten meneer van de Kock yang tidak berada di bentengnya, lalu Gerilyawan RI melihat istri dari kapten meneer van de Kock yang akan keluar benteng, Gerilyawan RI kemudian menculik istri.., loh iya lupa saya yang jadi istrinya kapten meneer van de Kock siapa ?", tanya kanjeng ibu.
"Bagaimana kalau Titah saja kanjeng ibu, kan Titah bisa bahasa Belanda", kata Arfan memberikan saran pada kanjeng ibu.
"Loh Arfan, kamu lupa ya, kan Titah dan Irfandi sedang liburan ke turki untuk bulan madu, ya mudah-mudahan saja cucu nambah lagi gitu hehe..", kata kanjeng ibu lagi.
"Oh iya ya, lupa saya kanjeng ibu", kata Arfan lagi.
"Aha.., bagaimana kalau istrinya pak Saleh saja kanjeng ibu ?", tanya Paijo.
"Haaa.., pak Saleh ?", tanya kanjeng ibu.
"Pak Saleh yang mana ?", tanya Betta.
"Itu loh pak Saleh yang di gang komplek sebelah Betta", jawab Paijo.
"Haduh..", keluh kanjeng ibu.
"Kenapa kanjeng ibu ?", tanya Paijo lagi.
"Ketuaan, kan Arfan masih muda jo..", jawab kanjeng ibu lagi.
"Loh kan sekarang lagi musimnya yang mudah sama yang tua kanjeng ibu, contohnya tuan mami dan tuan papi, pak Irfandi dan bu Titah, maksudnya kanjeng ibu..", kata Paijo lagi.
"Irfandi dan Titah kan tidak begitu terlalu jauh usianya, lah ini kan Arfan dan siapa tadi, istrinya pak Saleh beda, usianya jauh, tiga puluh lima tahun jo..", sambung kanjeng ibu.
"Nenek dong kanjeng ibu, ih ogah..", sambung Arfan juga.
"Terus siapa dong ?", tanya Paijo.
"Iya ya, siapa ya ?", tanya Asep juga.
"Silvy saja gimana ?", tanya Arfan juga.
"Kemudaan..", jawab kanjeng ibu lagi.
"Iya ya..", seru Arfan.
"Gimana kalau Astuti ?", tanya Abdul Latif.
"Astuti, logatnya medok gitu ya susah..", jawab Arfan yang mengeluh.
"Iya ya..", seru Abdul Latif.
"Asih saja..", kanjeng ibu menyarankan untuk Asih yang akan berperan sebagai istrinya kapten Belanda meneer van de Kock.
"Yah Asih..", para abdi dalem dan Arfan mengeluh saat nama Asih di sebut oleh kanjeng ibu.
"Loh kenapa ?", tanya kanjeng ibu lagi.
"Kalau Asih yang jadi istri meneer Belanda jangan ah kanjeng ibu, Gerilyawan RI kesel nantinya", jawab Paijo lagi.
"Loh kenapa kan bisa kita arah kan, jo panggil Asih ke sini..", pinta kanjeng ibu.
"Dul..", seru Paijo memberikan kode pada Abdul Latif.
"Apa lik ?", tanya Abdul Latif.
"Kamu saja deh yang panggil Asih", jawab Paijo.
"Gak mau ah lik, belum apa-apa sudah kesel duluan aku nya", kata Abdul Latif.
"Ya sudah man, kamu..", sambung Paijo.
"Gak mau ah, sama saya bisa tiga hari", kata Aiman.
"Kamu masih mending man, saya bisa satu bulan sediri", sambung Paijo.
"Saya gak mau tau, tolong kalian panggil Asih kesini", pinta kanjeng ibu lagi.
"Ah gak mau kanjeng ibu, gak mau..", keluh Paijo lagi.
"Gak ada alasan, atau honor kalian saya potong cepat panggil Asih kesini..", pinta kanjeng ibu lagi.
"I i iya..", seru Paijo.
Dan pak rt yang sedang membawa baju Belanda untuk pak Arfan kenakan, bertemu dengan salah satu warga yang baru saja bertemu dengan orang gila mencari pacarnya.
Aku dan para abdi dalem lainnya masih mencoba menghentikan Asih untuk tidak ikut drama, lalu kami semua membujuk ibunya Asih agar tidak mengizinkan Asih untuk ikut drama, dan ternyata ibunya Asih yang akan menggantikan posisi Asih.
Di rumah kanjeng ibu
Di dapur lagi..
"Bude..", seru Paijo.
"Apa buda bude meneh jo ?"
(Apa buda bude lagi jo ?), tanya ibu Asih.
"Jo biar aku saja..", kata Asep.
"Mangga"
(Silahkan), sambung Paijo.
"Maksud urang eta kawas ieu bude, Asih pan hayang milu drama ya di larang kitu bude"
(Maksud kita itu seperti ini bude, Asih kan mau ikut drama ya di larang gitu bude), jawab Asep.
"Kamu ngomong apa saya tidak ngerti ?", tanya ibu asih lagi.
"Yeh.., si Asep pake bahasa Sunda segala, jadi seperti ini bude Asih kan mau ikut drama, ya di larang gitu bude..", jawab Paijo juga.
"Tidak mau anak ku kan ikut drama kok ya saya larang kecuali main di kali baru saya larang, lagian juga drama anak saya akan masuk tv ngapain saya larang", kata ibu Asih lagi.
"Tidak masuk tv bude", sambung Aiman.
"Kok gak masuk tv gimana man, kan kata mu drama ya berarti masuk tv", kata ibu Asih lagi.
"Jo..", seru Betta memberi kode pada Paijo.
"Mboten mlebu tv bude, cuma munggah panggung wae"
(Tidak masuk tv bude, cuma naik panggung saja), kata Paijo menjelaskan pada ibu Asih.
"Tau waktuna juga cuma sakeudeung"
(Tau waktunya juga cuma sebentar), sambung Asep.
"Ngomong opo meneh piyambake, jo ?"
(Ngomong apa lagi dia, jo ?), tanya ibu Asih lagi.
"Kulo ora ngerti bude, sediluk kulo tanyakan disik"
(Saya tidak mengerti bude, sebentar saya tanyakan dulu), jawab Paijo lagi.
"Ya wis buruan tanyain"
(Ya sudah buruan tanyain), pinta ibu Asih.
"Inggih bude.."
(Iya bude..), Paijo melaksanakan perintah dari ibu Asih.
"Gak usah bertanya lagi pada saya jo biar saya jelaskan saja, maksud saya cuma sebentar dan tidak masuk tv, jadi saya minta tolong larang Asih untuk tidak ikut drama, karena Asih akan jadi istri kapten belanda, yang jadi kapten Belanda nya adalah pak Arfan", Asep menjelaskannya pada ibu Asih.
"Apa!!!", Ibu Asih kaget saat mendengar penjelasan dari Asep.
"Atakiwir..", Paijo juga kaget saat mendengar teriakkan dari ibu Asih.
"Kenapa jo ?", tanya Aiman.
"Kaget man..", jawab Paijo lagi.
"Oh..", seru Aiman.
"Kenapa bude ?", tanya Betta.
"Asih berperan menjadi istri orang Belanda, dan yang jadi orang Belanda nya pak Arfan ?", tanya ibu Asih lagi.
"Iya..", jawab para abdi dalem dengan kompak.
"Gak bisa dan gak pantes juga", kata ibu Asih lagi.
"Nah gitu kek bude dari tadi", sambung Betta.
"Karena yang pantes jadi istrinya meneer Belanda itu adalah saya, saya pantes kan jo, man, dul, Bet, Sep ?", tanya ibu Asih lagi.
"Tau..", jawab Betta.
"Ya sudah kalau begitu permisi, saya mau ke depan dulu", kata ibu Asih lagi.
"Iih..", seru Asep.
"Gak ibu, gak anak sama saja bikin emosi", keluh Aiman.
"Iih lemat, lemot, lemet, hemm..", keluh Paijo juga.
Lalu datanglah ibu dari Asih, mencegah drama dan ibu dari Asih lah yang menggantikan Asih sebagai istri meneer van de Kock (yang di perankan oleh pak Arfan).
Di saat drama babak kedua di mulai aku, Betta, Asep, dan Aiman di dorong Abdul Latif, lalu aku pun masuk ke tempat latihan drama dan membuat berisik, kanjeng ibu pun marah dan bertanya padaku.
Di halaman samping rumah..
"Oke kita mulai ya dramanya", kata kanjeng ibu.
"Duar duar duar duar..", sorak para abdi dalem.
"Eeh Joya ada apa sih jangan ribut dong ini sedang mulai nih dramanya", kata kanjeng ibu dengan kesal pada Paijo.
"Maaf kanjeng ibu, ini nih si Aiman dorong-dorong saya", sambung Paijo.
"Enak saja ini loh Betta yang dorong saya", sambung Aiman.
"Enak saja Asep..", sambung Betta.
"Enak saja saya lagi, ini loh keponakanmu yang dorong-dorong saya dan akhirnya saya juga ikut dorong-dorong kamu, lalu saya kira sudah bisa latihan drama kanjeng ibu", sambung Asep yang menjelaskannya pada semua yang ada di halaman samping rumah.
"Abdul Latif kenapa kamu dorong-dorong Aiman, Betta, Asep, dan Paijo ?", tanya kanjeng ibu.
"Saya tanya jam kanjeng ibu", jawab Abdul Latif.
"Kamu juga yang salah nanya jam dorong-dorong", keluh Betta.
"Oh jadi kamu nanya jam ?", tanya Asep.
"Iya..", jawab Abdul Latif lagi.
"Tunggu ya sebentar, aaaaa woooooo aaaaa woooo woooo wooo", sorak Paijo dengan suara yang keras.
"Joya, Joya stop jangan berisik sudah jam dua belas ini waktunya orang tidur siang..", keluh kanjeng ibu yang merasa keberisikan dengan suara teriakan dari Paijo.
"Tuh..", seru Aiman.
"Jam dua belas..", seru Paijo juga.
Lalu kemudian Astuti pun datang memberitau bahwa dia dikejar-kejar sama orang gila, yang disangkanya Astuti adalah pacarnya yang bernama Jennifer.
Dan pak Arfan mengecek ke depan rumah untuk membuktikan perkataan dari Astuti.
Sedang enak-enak nya ngobrol di depan rumah datanglah orang gila yang di maksud oleh Astuti dan pak rt, pak Arfan dan kami, para abdi dalem melarikan diri dari orang gila tersebut dan yang di sandra oleh orang gila itu adalah ibunya Asih.
Dan aku pun masuk ke dalam rumah, lalu di dalam rumah orang gila itu berteriak mencari Cemong (seekor monyet betina miliknya), aku pun mengusulkan pada salah satu yang ada di ruang tengah untuk berpura-pura menjadi Cemong, tapi ternyata semua yang ada di ruang tengah melirik ke arahku.
Akhirnya mau tidak mau aku sendirilah yang menjadi Cemong untuk menyelamatkan Ninuk (ibunya Asih).
Di ruang tengah..
"E.. E.. Eh.., dengerin deh ada suara", kata Paijo.
Di depan rumah lagi..
"Oi.., yang di dalam rumah dengarkan saya, saya mencari Cemong, Cemong dimana kamu ?, Auooooo..", Jono berteriak mencari Cemong.
Di ruang tengah lagi..
"Haaa Cemong", semua kaget mendengar teriakkan dari Jono.
"Sttss dengarkan lagi masih ada terusan nya", kata Paijo.
Di depan rumah lagi..
"Cemong itu monyet kesayangan saya, apakah kalian melihatnya, saya akan pulang ke hutan bersama Cemong dan Jennifer", kata Jono masih berteriak mencari Cemong.
Di ruang tengah lagi..
"Oh iya ya Cemong, Cemong mana Cemong ?", tanya kanjeng panik mencari Cemong.
"Kanjeng ibu ngapain ?", tanya Paijo juga.
"Cari Cemong jo..", jawab kanjeng ibu.
"Emm gini nih ciri-ciri orang yang gak pernah masuk bioskop three in one begini nih.., kanjeng ibu, itu kan yang di cari Cemong monyet nya Jono, sekarang saya tanya kanjeng ibu, Cemong bukan ?", tanya Paijo lagi.
"Bukan", jawab kanjeng ibu lagi.
"Bukan kan, terus kalau begitu kanjeng ibu, monyet nya siapa ?", tanya Paijo lagi.
"Oh iya ya, saya monyet nya siapa ?, loh hmm Joya.., hmm..", tanya kanjeng ibu dengan kesal pada Paijo.
"E.., stop.., daripada marah-marah mendingan kita musyawarah saja siapa yang akan menjadi Cemong untuk membebaskan Ninuk, ibunya Asih..", Paijo memberikan saran.
"Iya ya bener juga apa kata kamu, jo..", sambung kanjeng ibu.
"Siapa ya, siapa ?", tanya semua yang ada di ruang tengah dan saling lihat-lihatan untuk mencari siapa yang cocok untuk menjadi Cemong.
"Kok semuanya jadi lihat ke arah saya sih, perasaan saya jadi gak enak nih..", kata Paijo lagi.
"Joya..", seru kanjeng ibu.
"Tuh kan benar, emm kanjeng ibu gak usah di terusin saya tau kok maksudnya uuu aaa uuu aaa", kata Paijo yang menirukan suara monyet.
Dan aku di dandani oleh Abdul Latif dan Aiman, aku pun di bawa menemui orang gila di luar, orang gila mengetahui kalau aku bukanlah Cemong (seekor monyet betina) miliknya, dia pun menghajar ku hingga aku babak belur.
Di samping halaman rumah lagi..
"Sudah itu mang..", kata Abdul Latif.
"Nah iya sudah", sambung Aiman.
"Kenapa harus saya sih, kan yang cocok itu bukan saya, sudah cakep-cakep gini kaya Justin Bieber malah di dandani kaya kera sakti", keluh Paijo.
"Justin Bieber, gak cocok kalau Justin Bieber mah jo..", kata Aiman.
"Terus apa dong mang ?", tanya Abdul Latif.
"Kalau kaya kamu mah jo, kaya jas tukang ojek baru tuh pantes", jawab Aiman.
"Haha..", Abdul Latif hanya tertawa.
"Ya sudah yuk", sambung Aiman.
"Awas ada monyet..", seru Abdul Latif juga.
"Awas ada Paijo, dul, kan cerita ini judulnya SSTM, ada saya yang selalu mecari gara-gara pada majikan, bukan awas ada monyet..", keluh Paijo.
"Saiki kula takon lik jo sedang dadi apa ?"
(Sekarang saya tanya lik jo lagi jadi apa ?), tanya Abdul Latif.
"Monyet dul, oh iya ya", jawab Paijo.
"Ya sudah hayuk, awas ada monyet", seru Aiman.
"Atakiwir..", sambung Paijo.
"Awas ada monyet, atakiwir!!!, Awas ada monyet, atakiwir!!!", Seru Paijo lagi.
Setelah aku di pukuli oleh orang gila itu, kanjeng ibu masih mencari ide untuk mencari seseorang lagi yang pantas untuk menjadi Cemong.
Lalu aku pun mendengar dari dalam rumah suara monyet, Abdul Latif pun mengira aku masih menirukan suara monyet.
Di ruang tengah lagi..
"Haduh pelan-pelan dong Betta..", kata Paijo.
"Iya sabar jo, ini juga pelan-pelan ngobatin kamu nya", kata Betta.
"Bagaimana ini kalau penampilan saya seperti ini, saya takut kanjeng ibu", kata Paijo lagi.
"Takut kenapa jo ?", tanya kanjeng ibu.
"Takut di tinggalin pacar saya dong..", jawab Paijo.
"Memangnya kamu punya pacar jo ?", tanya Arfan.
"Punya dong, namanya Titah..", jawab Paijo lagi.
"Eh Joya, itu adik ipar saya", kata Arfan.
"Tau, itu kan anak saya, jo, jangan macam-macam ya kamu", kata kanjeng ibu yang mengancam Paijo.
"Yeh.., siapa yang macam-macam kanjeng ibu, pak Arfan, nama Titah kan banyak, sekarang saya tanya adik iparnya pak Arfan dan anaknya kanjeng ibu, nama lengkapnya siapa ?", tanya Paijo.
"Titah Kesumawardani", jawab Arfan.
"Sudah di jawab oleh Arfan, saya tidak mau jawab lagi", kata kanjeng ibu.
"Kalau saya kan beda..", sambung Paijo.
"Oh ya, kalau nama lengkapnya Titah mu apa jo ?", tanya Arfan lagi.
"Nama lengkapnya adalah Titah Irfandi Saputra binti Sujatno, pak Arfan..", jawab Paijo lagi.
"Itu sama saja Paijo..", seru Arfan yang kesal pada Paijo.
"Aah sudah, sekarang kita masih ada tugas nih, untuk mencari si Cemong, kira-kira siapa lagi ya di antara kita yang akan menjadi si Cemong ?", tanya kanjeng ibu.
"Oh iya ya..", seru Arfan.
"Ya sudah begini saja kanjeng ibu, kita rundingan yuk", kata Betta.
"Yuk..", seru kanjeng ibu.
"Eh lik jo sudah dong jangan bersuara seperti monyet lagi, kan sudah ketahuan kamu itu bukan si Cemong", kata Abdul Latif.
"Eh lengkoas Belanda, kamu gak lihat nih dari tadi saya tidak bersuara monyet tau..", kata Paijo dengan kesal pada Abdul Latif.
"Oh iya ya, suaranya dari luar kanjeng ibu", kata Abdul Latif lagi.
"Oh iya, ya, yuk kita lihat..", sambung kanjeng ibu.
Dan seseorang yang menjadi monyet itu pun berhasil membebaskan ibunya Asih, seseorang yang menjadi monyet itu juga minta di cium pak Arfan, untunglah pak Arfan tidak jadi menciumnya, karena ternyata yang pura-pura menjadi monyet itu adalah Asih.