Chereads / Guruku Adalah Istriku / Chapter 2 - Bab 2

Chapter 2 - Bab 2

"Marvel, kamu sekolah di SMA Harapan kan,?" tanya Bisma.

"Iya Om, memangnya kenapa?" jawab Marvel seraya bertanya balik.

"Anak Om juga disana Vel, mungkin kamu mengenalnya juga," jawab Bisma dengan senyuman.

"Ah masa Om? memangnya siapa namanya Om?" tanya Marvel yang sedikit kaget juga penasaran. Marvel benar-benar tidak menyangka jika satu sekolah dengan putri dari Om Bisma, yang diceritakan Papinya bahwa putri dari Om Bisma sangat cantik dan menawan.

"Hahaha kamu pasti penasaran kan?" goda Yustian memotong pembicaraan Marvel dan Bisma.

"Ya pasti penasaran lah Pi," ucap Sinta menyahut.

"Terus saja godain Marvel," rajuk Marvel pura-pura ngambek.

"Hahaha anakmu bisa ngambek juga ya Yus," skekeh Bisma seraya melirik Marvel.

"Yasudah aku diem saja deh, dari pada di keroyok," kekeh Marvel yang di sambut tawa oleh semua orang.

Saat ini Mila masih tertatih-tatih saat mendekat kearah semua orang, karena merasa sakit di bagian kakinya akibat dari tertabrak Marvel tadi.

'Rame banget mereka, sepertinya sedang membicarakanku,' batin Mila yang merasa curiga.

Setelah cukup dekat, Mila langsung berucap, "Om, Tante, maaf membuat kalian menunggu, tadi ada sedikit masalah di belakang," ucap Mila tanpa curiga sedikitpun saat dia datang. Bahwa ada Marvel di tempat itu, karena dia hanya melihat sosok pemuda dari belakang saja. Dirinya juga tidak terlalu melihat Marvel berpakaian seperti apa, saat menabraknya tadi.

Mendengar suara yang sangat familiar dan di kenalnya, jantung Marvel langsung berdebar hebat karena terkejut juga bisa menebak dengan benar. Tanpa menunggu aba-aba dari siapapun, Marvel langsung berbalik dan menatap gadis yang bicara di belalangnya.

Marvel dan Mila keduanya saling tatap tanpa ada bicara sedikitpun dan terjadi keheningan beberapa saat.

Mila juga tidak menyangka jika pria yang sedang asik bercanda dan bergurau dengan orang tuanya adalah Marvel dan keluarga Om Yustian. Dan bisa di katakan bahwa Marvel adalah putra Om Yustian. Yang dibicarakan ayahnya, bahwa anak Om Yustian akan di jodohkan denganya. Namun jika benar demikian kenapa harus dengan anak yang masih SMA di tambah Marvel adalah muridnya sendiri.

"Marvel?" teriak Mila memecahkan keheningan.

"Bu Mila?" balas Marvel berteriak karena kaget juga, bahwa wanita yang akan di kenalkan denganya adalah gurunya sendiri. Namun bukan itu permasalahanya. Permasalahanya adalah Mila mengetahui segala macam keburukan Marvel selama di sekolah, juga sering menghukumnya karena bandel. Marvel pasti akan sangat malu juga jika sampai Mila menceritakan segalanya pada kedua orang tuanya.

"Hahaha benar kan kalian sudah saling mengenal?" sahut Bisma dengan bangga.

"Ternyata benar-benar saling kenal, jadi ini antara murid dan guru," kekeh Melani menyahut juga.

"Pasti keren ya, jika sampai ada seorang murid laki-laki di nikahkan dengan guru perempuanya," sahut Yustian menggoda keduanya.

"Papi!" lirih Sinta seraya menyenggol-nyenggol Yustian untuk tidak bicara ceplas-ceplos terlebih dahulu.

"Kenapa masih bengong! ayo duduk Mila, tidak sopan berdiri seperti itu!" titah Bisma yang langsung di setejui semua.

"Baik Ayah," jawab Mila dengan anggukan.

Mila pun berjalan langsung kearah kursi dan mendudukinya. Saat berjalan, Milq hanya menundukan kepalanya karena malu juga. Baru saja dia menegur Marvel, namun sekarang Marvel adalah calon suaminya? sungguh pergantian peristiwa yang tak terduga untuknya. Marvel terus menatap Mila dengan seksama karena takut jika Mila sampai membocorkan semua keburukanya di sekolah.

"Ayo sekarang salimg jabat tangan dengan calon jodohnya masing-masing!" goda Bisma pada kedua sejoli ini.

"Ayah, aku malu," lirih Mila yang di dengar semua orang. Marvel juga sedikit terkejut, Bu Mila yang biasanya terkenal paling galak di sekolah, sekarang bisa selembut ini?

"Tidak usah malu sama calon suami sendiri?" goda Yustian pada Mila yang membuat wajah Mila semakin merah karena malu.

"Apa? Apa maksud kalian?" tanya Marvel yang seolah tidak percaya dengan yang di dengarnya.

"Tidak sayang, kamu bisa memilih setuju atau tidak, karena kita tidak akan memaksamu," sahut Sinta menanggapi pertanyaan Marvel.

"Loh kenapa seperti itu? bukankah kita sudah sepakat Yus? jadi anak kita tetap harus di nikahkan!" sahut Bisma dengan nada tak suka saat menanggapi ucapan Sinta.

"Ya benar sekali, tapi kita tidak boleh memaksakan anak-anak kita, biarkan mereka yang memutuskan," jawab Yustian seraya menghela nafas.

"Yustian benar Ayah, jangan egois," sahut Melani.

"Huh, ya baiklah, kalau begitu kita langsung tanya saja kepada keduanya, apakah mereka setuju atau tidak! mumpung kita sedang bersama-sama," ucap Bisma dengan nada sedikit menekan.

Mendengar ucapan Ayahnya yang menekan, membuat Mila sedikit takut dan gugub juga. Dirinya tahu bahwa tidak mungkin menolak permintaan Ayahnya. Namun apakah benar dia akan menerima pernikahanya dengan murid sendiri? sungguh membingungkan untuknya.

Marvel sendiri hanya menatap Mila dengan seksama, dia tidak akan memutuskan sepihak. Marvel juga tidak ingin mengecewakan Papinya sendiri, walaupun begitu, Marvel juga tidak ingin membuat Mila yang statusnya sebagai guru bisa ternoda karena menikahi murid sendiri.

Ini adalah pilihan yang berat untuk keduanya, dan benar-benar harus di fikirkan matang-matang.

"Jadi bagaimana Mila? Marvel? apakah kalian menerimanya atau tidak?" tanya Bisma menekan keduanya.

Mila tidak menjawab dan hanya menundukan kepala karena tidak tahu harus menjawab apa.

"Kenapa diam?" tambah Bisma seraya menatap tajam pada purinya karena tidak mendapat jawaban.

"Anu, Ayah..."

"Om, jangan terburu-buru, lagian saya juga masih bersekolah, biarkan nanti saya dan Bu Mila yang memutuskanya setelah kita bicara berdua, jadi mohon beri kami waktu, biar kami saling mengenal terlebih dahulu," jelas Marvel memotong ucapan Mila.

Mila hanya menatap Marvel dengan tak percaya, 'ternyata anak ini bisa berfikiran dewasa juga, tidak terburu-buru dalam bertindak,' batin Mila mengagumi Marvel.

"Marvel benar Ayah," sahut Melani.

"Kalian kan sudah saling mengenal, tidak perlu lagi saling mengenal, baiklah aku akan memberi kalian waktu setengah jam untuk membicarakan ini, dan kuharap kalian tidak mengecewakanku dengan jawaban kalian!" ucap Bisma mengingatkan keduanya.

"Iya Om," jawab Marvel sebelum menatap Mila.

"Bu Mila, ayo kita bicara di tempat yang nyaman!" ajak Marvel pada Mila.

"Emmmm, baiklah," jawab Mila dengan gemetar juga, dirinya benar-benar tidak tahu harus berucap apa. Karena memang tidak berpengalaman sama sekali soal percintaan. Berbeda sekali dengan Marvel yang sudah sangat berpengalaman. Karena memang Marvel juga sudah terkenal jika dirinya punya banyak sekali kekasih.

Akhirnya Mila dan Marvel pergi keluar dari Rumah

Makan dan duduk di sebuah kursi di bawah pohon mangga di depan Rumah Makan.

Kita kembali dulu kedalam Rumah Makan, Bisma hanya mengedipkan satu matanya kearah Yustian dan di tanggapi dengan kedipan mata juga dari Yustian. Sinta dan Melani tidak mengetahui hal ini, keduanya juga berpamitan mengobrol berdua saja soal perjodohan anak mereka.

"Bagaimana bisa jadi seperti ini?" gumam Sinta yang di dengar Melani.

"Seperti ini gimana Jeng?" sahut Melani karena penasaran maksud gumaman Sinta.

"Ya begini jeng, sepertinya Mas Bisma sangat memaksakan dan mengharuskan anak kita untuk berjodoh, padahal kan Marvel masih sekolah dan masa depanya masih panjang, juga Mila adalah seorang guru yang cerdas kenapa juga harus menikahi muridnya sendiri," jawab Sinta dengan nada kecewa.

"Jadi maksud jeng Sinta? Jeng Sinta tidak setuju begitu? jika merena di jodohkan?" tanya Melani menanggapi jawaban Sinta.

"Ya bukan seperti itu juga Jeng, hanya saja mereka masih sangat muda, tidak perlu juga kan membicarakan hal seperti ini sekarang," jelas Sinta yang ingat dan jadi tak enak hati seandainya ucapanya sampai menyinggung Melani. 'Lagian kenapa juga Mas Yustian hanya diam saja, jangan-jangan mereka sudah bersekongkol,' batin Mila merasa curiga.

"Hahaha tenang saja Jeng, lagian mereka sedang bicara berdua saja untuk memutuskan apa yang akan mereka pilih, kita sebagai orang tua cukup mendoakan anak-anak kita saja supaya memilih jalan terbaik untuk keduanya," ucap Melani menenangkan Sinta.

"Iya, tapi Jeng,"

"Pokoknya kita restui dan setujui saja pilihan keduanya nanti Jeng," potong Melani saat Sinta berucap.

Sinta hanya diam dan berfikir sendiri.

Kembali ke Bisma dan Yustian.

"Hahaha kamu paling bisa bicara menekan Bis!" puji Yustian pada Bisma.

"Tentu saja, kamu kan mengenalku dari siapapun! jika soal memaksakan kehendak, akulah ahlinya," kekeh Bisma yang di tanggapi tawa oleh Yustian.

Kenapa seperti ini? ya keduanya memang sudah sepakat untuk seperti ini, karena Yustian tidak bisa memaksa anaknya jika di depan Sinta. Jadi dirinya meminta Bisma untuk menekan anak-anak mereka dan sebagai bentuj bantuan, Yustian tidak banyak bicara agar Sinta juga tidak banyak menanggapi. Semua ini sudah mereka rencanakan jauh-jauh hari.

Kembali ke 3 hari yang lalu.

Ini terjadi saat keduanya ( Yustian dan Bisma ) selesai rapat untuk menjalankan bisnis baru mereka.

"Bisma, sepertinya aku tidak bisa memaksa anaku menikahi anakmu jika di depan Sinta, kamu tahu sendiri kan? Seluruh kekayaan dan hartaku adalah miliknya, jika aku sampai melawanya, bisa-bisa seluruh kekayaanku habis," ungkap Yustian pada Bisma.

"Jadi apa maksudmu bicara seperti itu Yus? apakah kamu akan membatalkan perjanjian kita?" tanya Bisma dengan nada santai.

"Bukan? bukan seperti itu, intinya aku tidak bisa memaksa Sinta, tapi aku yakin kamu pasti bisa menekan kedua anak kita," jawab Yustian dengan cepat karena tak mau jika sahabatnya sampai kecewa.

"Hahaha soal itu bisa di atur," ucapan Bisma di jeda sebentar sebelum melanjutkan, "kita atur pertemuan saja bagaimana? sepertinya hari minggu kita semua tidak ada pekerjaan kan, anak-anak juga libur, nah bagaimana jika kita makan bersama sakaligus menjodohkan anak kita, aku akan mengatur perjamuan di Rumah Makan Mila di tempatku, jadi kalian tidnggal datang saja pagi itu,"

"Hemmm, baiklah itu bisa di atur," jawan Yustian setuju.

"Pokoknya kamu bawa saja istri dan anakmu, biarkan semua aku yang menyelesaikanya, aku akan membuat istrimu tidak berkutik, dan yang harus kamu lakukan jangan banyak bicara yang tidak perlu, atau akan mengacaukan segala tindakanku jika Sinta sampai ngotot nantinya," jelas Bisma sebelum terkekeh dan di tanggapi tawa oleh Yustian.

Nah seperti itulah perjanjian keduanya, kembali ke masa sekarang dan di tempat Mila dan Marvel.

"Emmmm, Bu Mila?" ucap Marvel memecahkan keheningan di antara keduanya.

"Marvel," jawab Mila yang masih sedikit gemetar dan syok juga.