"Jadi bagaimana menurut anda tentang perjodohan ini?" tanya Marvel langsung tanpa berbasa-basi.
"Emmmmm," hanya itu yang keluar dari mulut Mila, tentu saja dirinya bingung harus menjawab apa.
"Jangan cuma jawab emmmm, beri kejelasan maunya anda bagaimana?" lanjut Marvel bertanya kembali, karena tidak mendapat jawaban yang pasti dari gurunya tersebut.
"Beri aku waktu Marvel," jawab Mila yang masih syok.
"Tapi Om Bisma dan Papiku ingin jawaban kita secepatnya, aku tidak ingin mengecewakan keduanya," ujar Marvel jujur.
Mendengar ucapan Marvel membuat Mila menatapnya dengan haru. Dirinya tidak pernah menyangka jika seorang Marvel yang di kenal sebagai anak nakal dan bandel, ternyata begitu peduli terhadap perasaan orang tuanya. Ini membuat hati Mila sedikit luluh. Hanya saja untuk menikah dengan Marvel, Mila belum bisa memutuskanya. Bagaimana kata orang-orang dan teman-temanya, jika sampai semua orang mengetahui dirinya menikah dengan bocil. Pasti akan banyak omongan yang mencemooh dirinya karena tidak laku dan malah menikahi anak kecil yang jelas memang umurnya jauh dibawahnya.
"Marvel," panggil Mila ke Marvel.
"Iya Bu," jawab Marvel seraya menatap pada guru yang memang menjadi idaman begitu banyak murif di sekolahnya. Mila memanglah guru paling cantik dan feminim di sekolahnya. Itu membuat Mila menjadi idola banyak murid.
"Apakah kamu benar-benar tidak berani menolak perjodohan ini? oh iya aku ingat, bukankah kamu punya pacar? Celsea kan namanya?" tanya Mila menatap Marvel dengan seksama karena ingin mendengar kejujuran Marvel.
"Soal itu bisa di pikirkan nanti, yang terpenting saat ini aku tidak mau mengecewakan Papi dan Om Bisma," jawab Marvel santai.
"Kenapa kamu begitu santai? apakah kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan Celsea jika sampai dia mengetahui hal ini?" tanya Mila dengan menatap tajam pada Marvel. Rasa haru Mila yang tadi sempat ada untuk Marvel telah menghilang saat mendengar bahwa masalahnya dan Celsea bisa di pikirkan nanti. Tentu saja Mila pasti merasakan seandainya tidak di hargai oleh seorang pria. Sesama wanita akan merasakan perasaan yang sama.
"Tentu saja aku memikirkan perasaan Celsea, tapi aku lebih memikirkan perasaan Papi dan Om Bisma, yang jelas keduanya lebih dari apapun dan siapapun di dunia ini," jawab Marvel dengan bijak.
Mendengar jawaban Marvel yang bijak Mila kembali terharu. Ya tentu saja Mila adalah wanita yang mudah terjerat oleh kata-kata seorang lelaki. Namun Mila tidak pernah menunjukanya secara langsung, karena merasa gengsi jika terlihat dirinya brgitu tergoda pada lelaki. Meskipun dirinya sangat tegas saat mengajar, tapi dalam hatinya, Mila adalah sosok wanita lembut dan penyayang.
"Hemmmmn, begitukah?" tanya Mila memastikan.
"Ya tentu saja," jawab Marvel yakin.
"Jadi bagaimana keputusan anda Bu?" tambah Marvel bertanya.
"Aku belum bisa memutuskanya," jawab Mila sedikit memalingkan wajahnya.
"Baiklah, saya akan memberi anda waktu sekitar 20 menit lagi untuk berfikir, karena Om Bisma dan Papi menginginkan jawabanya sekitar 20 menit lagi, juga mereka tidak ingin di kecewakan," jelas Marvel panjang lebar.
"Kenapa kamu begitu memaksaku? apakah memang kamu juga bersekongkol dengan Om Yustian dan Ayah agar kita di jodohkan?" tanya Mila dengan penuh selidik karena penasaran, sepertinya Marvel setuju-setuju saja di jodohkan denganya. Padahal umur saja jelas sudah sangat berbeda jauh.
Jika perbedaanya adalah lelaki yang lebih dewasa, itu semua wajar sekali. Namun jika wanitanya yang lebih dewasa, itu sama sekali tidak lucu, ditambah wanitanya adalah guru dari laki-laki tersebut.
"Bu Mila, bagaimana bisa anda berfikiran seperti itu? saya sendiri tidak mengetahui jika putri Om Bisma adalah anda, juga Papi tidak mengatakan bahwa hari ini adalah acara perjodohan, yang Papi katakan hanya mengajak saya untuk di kenalkan dengan putri dari Om Bisma, dengar sekali lagi Bu, hanya di kenalkan, dan saya juga mengira hanya perkenalan biasa, tanpa embel-embel perjodohan seperti ini, saya sendiri tidak habis fikir bagaimana bisa Bu Mila yang biasanya berfikiran panjang kok malah berfikiran pendek seperti itu," jelas Marvel dengan nada tak terima karena Mila menuduh dirinya yang tidak-tidak.
"Baiklah-baiklah, aku yang salah," ucap Mila yang merasa bersalah karena salah menduga dan malah menuduh Marvel secara langsung. Tanpa memikirkan perasaan Marvel jika di tuduh seperti itu.
"Jadi bagaimana Bu?" tanya Marvel sekali lagi.
Mila hanya diam dan kembali terjadi keheningan di antara keduanya untuk beberapa saat.
Mila benar-benar berfikir sangat dalam, dirinya tidak bisa memutuskan sesuatu dengan mudah untuk masa depanya. Sekarang Mila benar-benar dalam keadaan yang sulit.
"Baiklah aku sudah memutuskanya," gumam Mila yang di dengar Marvel setelah keheningan sesaatnya.
"Jadi bagaimana Bu?" tanya Marvel langsung setelah mendengar gumaman Mila.
"Aku akan berpura-pura menerima perjodohan ini, aku berfikir mungkin orang tua kita akan berubah pikiran nanti kedepanya, lagian kan kamu juga masih sekolah, masih lama juga sampai hari pernikahanya," jawab Mila dengan tenang.
Marvel mulai berfikir, walaupun dirinya sangat bertolak belakang dengan yang ada di pikiran Mila, jelas Marvel tidak ingin berpura-pura pada Papi dan Om Bisma. Namun jika Marvel terang-terangan menolak keputusan Mila, bisa-bisa Mila juga akan terang-terangan menolak perjodohan ini dan tentu saja akan mengecewakan orang yang sangat di hormatinya. Yakni Papinya dan Om Bisma, juga keluarga keduanya. Jadi Marvel harus mengikuti saja permainan dari Mila.
"Baiklah, saya akan ikuti kemauan anda, lagian benar juga jika kita bisa berpura-pura, aku tetap masih bisa berhubungan dengan Celsea," ucap Marvel yang setuju dengan keputusan Mila.
Kembali ke tempat Bisma dan Yustian, tentu saja saat ini Melani dan Sinta juga sudah datang kembali ke lokasi tersebut.
"Jika mereka setuju dengan perjodohan ini, aku ingin segera menikahkan keduanya, bagaimana menurutmu Yus?" tanya Bisma saraya meminta saran pada Yustian.
"Aku sih ngikut saja baiknya bagaimana," jawab Yustian dengan anggukan yang berarti dirinya q sedikit setuju.
"Papi! jangan memutuskan sepihak!" pekik Sinta seraya menyenggol-nyenggol suaminya.
"Papi kan tidak memutuskan sepihak, semuanya tergantung Marvel dan Mila," jawab Yustian menjelaskan.
"Hahaha istrimu galak juga Yus," kekeh Bisma yang mendapat tawa dari istrinya.
"Hahaha benar juga ya Yah, jeng Sinta galak juga sama suaminya," sahut Melani menggoda keduanya.
"Hehe bukanya galak jeng, hanya saja tegas, agar suamiku gak salah arah," jelas Sinta yang tak mau kalah. Padahal jelas-jelas dia sedikit galak pada suaminya.
Semua orang kemudia tertawa mendengar jawaban Sinta, termasuk Sinta sendiri ikut tertawa.
Bahkan orang-orang ini juga tidak menyadari jika marvel dan Mila sudah berada di tempat mereka saat ini.
"Pi, Mi, Om, dan Tante," sapa Marvel yang langsung menghentikan tawa semua orang.
"Hey Marvel, kamu membuat Om kaget, tiba-tiba sudah disitu, seperti hantu saja," canda Bisma yang mendapat tawa kembali dari semua orang. Bahkan Mila juga sedikit tersenyum dengan candaan Ayahnya.
"Ayah ini paling bisa ya bercanda," ucap Melani menanggapi Bisma.
"Hahaha ya kita kan memang harus bercanda, lagian sebentar lagi juga kita menjadi keluarga, karena Marvel juga akan menjadi anak kita," jawab Bisma menanggapi ucapan Melani, sebelum menatap Marvel dan berucap, "benar kan Marvel?" tanya Bisma seraya mengedipkan satu matanya pada Marvel.
"Hehe, mungkin Om, jika Bu Mila bersedia menjadi jodohku," jawab Marvel tanpa menutup-nutupi apapun.
"Hahaha kamu tenang saja Vel, Mila pasti setuju berjodoh denganmu," ujar Bisma dengan percaya diri sebelum menatap Mila dan berucap, "benar kan Mila? kamu setuju dengan perjodohan ini?" tanya Bisma dengan sedikit nada penekanan ke arah Mila. Tentu saja Mila tidak berani menolak dan hanya menjawab dengan anggukan kepalanya saja.
"Baiklah kalau begitu, langsung kita putuskan saja hari pernikahanya kalau begitu, juga kami akan segera menyiapkan seserahan sebagai maharnya," sahut Yustian yang sangat bersemangat setelah melihat dan mendengar jawaban keduanya.
Mendengar ucapan Yustian membuat mata Mila membulat karena kaget dan seolah tak percaya, namun demikian dia tetap diam dan tidak berbicara sedikitpun. Mila takut akan mengecewakan Ayah dan Om Yustian seperti yang Marvel katakan.
"Tunggu sebentar Pi, apakah Papi yakin? Marvel masih sekolah, bagaimana Marvel akan membiayai hidup Marvel sendiri serta hidup Bu Mila?" tanya Marvel langsung ke Yustian, karena dirinya juga merasa kaget dengan pergantian peristiwa saat ini.
"Marvel, kamu tidak perlu kuatir soal keuangan, Papi dan Om Bisma yang akan membiayai hidup kalian," jawab Yustian menanggapi pertanyaan Marvel.
"Tapi Pi,"
"Tidak ada tapi-tapian Vel," paksa Bisma memotong pembicaraan Marvel.
"Baik Om," jawab Marvel pasrah dengan patuh, karena memang dirinya tidak mau sampai mengecewakan Papinya juga Om Bisma.
"Jadi kita tentukan saja tanggal pernikahanya sekarang," ucap Bisma menambahkan.
"Bagaimana kalau seserahan lamaranya kita laksanakan minggu depan saja, juga pernikahanya sekalian," ucap Yustian menyarankan.
"Aku setuju denganmu Yus," sahut Bisma menanggapi.
"Sebentar Ayah, Mila mau bicara," ucap Mila yang sedari tadi diam tanpa kata.
"Ada apa sayang? jangan bilang kamu menolak perjodohan ini?" tanya Bisma seraya menatap Mila.
"Tidak Ayah, bukan seperti itu.... hanya saja begini,...." ucapan Mila terhenti sesaat seraya menghela nafas panjang sebelum melanjutkan, "Mila punya usulan, Marvel kan jelas masih sekolah, juga Mila sendiri saat ini masih mengajar di sekolah dan menjadi guru Marvel, bagaimana seandainya pernikahannya sementara di rahasiakan dulu, takutnya nanti Marvel akan di keluarkan jika ketahuan sudah menikah, begitupun dengan Mila sendiri akan dapat cemooh dari teman-teman sesama guru, seandainya mereka mengetahui bahwa Mila sudah menikah dan itu menikahi muridnya sendiri," jelas Mila panjang lebar, dirinya berani bicara karena sudah tidak bisa di tahan lagi.
"Benar juga yang di ucapkan Mila, aku setuju denganmu Mila, jika tidak ada yang setuju dengan usulan Mila, aku juga tidak akan membiarkan pernikahan ini terjadi, intinya aku tidak mau sampai sekolah Marvel sampai terhenti," sahut Sinta menanggapi usulan Mila.
"Baiklah-baiklah, aku setujui saja permintaan kalian," sahut Yustian pasrah, karena tidak mungkin menang melawan istrinya.
"Ya, baiklah jadi sudah di putuskan kalian akan menikah minggu depan," sahut Bisma memutuskan.
Setelah semuanya selesai, semua makanan langsung di sediakan dan kedua keluarga makan dengan lahabnya. Karena memang masakan di Rumah Makan Mila memang sudah sangat terkenal akan cita rasanya.
Hanya dua sejoli yang tidak terlalu nafsu saat makan, tentu saja Marvel juga Mila.
Setelah acara makan selesai, kedua keluarga saling berpamitan dan berpisah. Namun sebelum mereka berpisah, Bisma meminta Marvel menyimpan nomor ponsel calon istrinya, begitupun dengan Mila menyimpan nomor ponsel Marvel.
Setelah kedua keluarga berpisah, keduanya langsung pulang dengan kendaraan masing-masing.
"Papi! Apakah Papi benar-benar akan menikahkan Marvel yang usianya masih 17 tahun ini?" tanya Marvel pada ayahnya yang saat ini sedang menyetir mobil, karena mereka memang tidak membawa seorang sopir.
"Ya, Mami juga heran dengan keputusan Papimu itu Vel, anak masih SMA kok di nikahkan," sahut Sinta dengan nada sedikit kesal juga, karena dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.
"Lagian kamu juga punya pacar kan Vel? Celsea itu kan pacar kamu?" tambah Sinta bertanya seraya menatap Sinta.
Yustian hanya diam dan mendengarkan tanpa menanggapi istri dan anaknya tersebut.
"Iya Mi, tapi tidak apa Marvel akan mencoba bicara baik-baik pada Celsea nanti, semoga dia bisa mengerti," jawab Marvel dengan yakin.
"Apa? apakah kamu gila ya Vel?" pekik Sinta kaget dengan yang di katakan anaknya.
"Kok bisa gila sih Mi?" tanya Marvel dengan polosnya.
"Ya jelas gila lah, ini kan pernikahan rahasia, jika Celsea mengetahui dan melaporkanya ke pihak sekolahmu, apakah kamu siap di keluarkan?" tanya Sinta seraya menjelaskan pada anaknya.
"Ah iya, hampir saja Marvel lupa Mi," jawab Marvel dengan memamerkan giginya yang rata karena merasa sedikit bodoh atas tindakanya.
"Dasar Marvel," kekeh Yustian seraya menggelengkan kepalanya.
"Sama seperti kamu kan Pi," sindir Sinta pada Yustian.
"Ya tau sendiri lah Mi hahaha," jawab Yustian jujur seraya tertawa.
Sekarang kita ke keluarga Bisma yang saat ini juga sedang dalam perjalanan pulang menggunakan mobilnya.
"Ayah," panggil Mila yang memecahkan keheningan di antara semuanya.
"Iya sayang, ada apa?" jawab Bisma seraya balik bertanya.
"Apakah Ayah yakin dengan pernikahanku dengan Marvel?" tanya Mila meyakinkan dirinya sendiri seraya menggigit bibir bawahnya, karena Mila takut jika sampai salah bicara dengan Ayahnya.
"Ya tentu saja Ayah yakin, ayah sangat yakin jika kamu bisa bahagia hidup dengan Marvel, walaupun setiap rumah tangga pasti ada juga cekcok dan pertengkaran kecil, tapi Ayah yakin kalian pasti bisa saling memahami dan memaafkan," jawab Bisma dengan yakin.
"Apakah kamu merasa keberatan Mila?" sahut Melani memotong pembicaraan keduanya.
"Tidak sama sekali kok Bunda, asalkan Ayah dan Bunda yakin, Mila juga yakin bahwa Mila akan bahagia nanti kedepanya," jawab mila seraya tersenyum palsu. Bisma sebenarnya mengerti dan sedikit tahu tentang di balik senyum palsu anaknya. Hanya saja dia telah bertekad dan yakin bahwa anaknya hanya akan bahagia bila menikah dengan keluarha Sinta Maharani. Tentu Bisma sudah mengetahui dengan benar latar belakang keluarga tersebut. Karena memang hidupnya berubah juga berkat kerjasamanya dengan keluarga besar Maharani. Keluarga kaya kelas Dunia yang selalu menyembunyikan kekayaanya.
"Nah begitu, itu baru anak Ayah dan bunda," ujar Melani dengan nada bangga pada putrinya.
Setelah jeda singkat, akhirnya kedua keluarga sampai di rumah masing-masing tanpa ada kendala apapun.