"hahahaha oke oke kamu sangat berbakat dalam hal bela diri." ucap Kimmy masih dengan tawanya.
"hei apa ada yang lucu? kamu ingin mencoba pukulan dari aku?" tanya Dias mencoba menakuti Kimmy.
tadinya Kimmy tertawa, kini dia menatap Dias, "apa kamu mencoba menyakiti anak aku?" tanya Kimmy mendekatkan wajahnya pada Dias.
Sebelah tangan Dias mengambil bantal disampingnya, dan memukul tepat di bagian wajah Kimmy, "aku tidak ingin memukul kamu, juga memukul anak kamu." ucap Dias yang sudah mendaratkan bantal di wajah Kimmy.
akhirnya terjadi peperangan bantal di antara mereka berdua, Kimmy dan Dias tertawa lepas di larut malam itu, tadinya mereka berdua ingin bergegas tidur, tapi dengan tingkah laku mereka jadinya tidak ada yang bisa tertidur.
Dias merasa lelah dan mengakhiri peperangan mereka berdua, "oke sudah-sudah, ini waktunya kita tidur." ucap Dias ngos-ngosan. Kimmy juga sibuk mengatur napasnya, dan mengakhiri pertempuran mereka.
Seharian ini Kimmy dan Dias sudah merasa bahagia, seharian penuh di warnai dengan tawaan lepas mereka berdua, sungguh kebahagiaan yang lama yang tidak mereka rasakan kini kembali dirasakannya.
Pukul 9 pagi Justin dan tiga orang temannya sibuk dengan ponsel mereka masing-masing, mereka hari ini di tugaskan menjaga perbatasan daerah rawan teroris. Justin yang dari tadi sibuk menghubungi nomor Kimmy yang sampai sekarang masih juga belum aktif. Justin berpikir
kenapa nomor Kimmy sudah tidak pernah aktif lagi, jika dia mengganti nomornya, kenapa tidak memberi tahunya, ya setidaknya Kimmy menghubunginya.
Justin terus bertanya-tanya pada dirinya, pada saat sibuk dengan pikirannya, temannya meminta izin untuk membuang air kecil sebentar. temannya sudah berada di dalam rumput hijau, sambil berdiri membuang air kecil. Cukup jauh dari tempat Justin berjaga, tapi dia masih bisa melihat temannya dari kejauhan.
Tidak lama dari situ, tiba-tiba suara tembakan dari arah temannya tadi terdengar dengan jelas, Justin sudah melihat temannya terjatuh akibat terkena tembakan. Justin dan kedua temannya sungguh terkejut, mereka langsung siaga memegang senapan mereka. Justin ingin menghampiri temannya, tapi tidak bisa, mereka harus bersembunyi terlebih dulu, untuk mengetahui dari mana arah peluru yang menembaki temannya tadi.
Saat sedang bersembunyi mereka di kejutkan dengan peluru yang mengarah pada mereka, saat itu juga mereka mengetahui dari mana arah penembakan berada. Justin dan temannya sudah
bersiaga dari tadi, mereka tidak tinggal diam, pada saat bersamaan Justin dan temannya juga ikut menembaki kearah penembak musuh yang mereka pastikan adalah teroris.
Terjadi baku tembak di daerah terpencil itu. Justin mengambil sedikit waktu untuk menghubungi markas, dia memberitahu bahwa mereka di serang tiba-tiba oleh orang yang tidak di kenal. Markas tentu saja tidak tinggal diam, mereka meluncurkan personil elit untuk membantu Justin dan rekannya.
Justin mengeluarkan sedikit badannya dari balik tembok, mencoba menembaki kearah musuh lagi. Berapa kali meluncurkan tembakannya akhirnya Justin berhasil mengenai pelurunya tepat di bagian kepala musuh. Terlihat dari kejauhan musuh terjatuh, Justin dan temannya masih kembali baku tembak dengan musuh lain, mereka tidak mengetahui ada berapa musuh yang menyerang mereka.
Saat sedang menembak, tiba-tiba Justin terjatuh dari persembunyiannya, dia terkena tembakan musuh tepat di bagian dada kirinya. Dia memegang dadanya dengan kedua tangannya, Justin mengerang kesakitan yang luar biasa, nyeri di dadanya menyiksa dan membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Darah terus mengalir dari badannya, salah satu rekan Justin kini sudah duduk di samping Justin mencoba membantu Justin yang terbaring lemas. Rekannya memotong kain mengikat erat di bagian luka Justin, dia berpikir dengan cara ini darah yang terus mengalir akan berhenti keluar.
Terdengar jelas suara helikopter tiba di lokasi, dari ketinggian beberapa personil elit ikut menembaki ke arah musuh dari ketinggian helikopter, tidak butuh waktu lama aksi baku tembak itu pun berakhir.
Dari kejadian tadi, dua orang personil Polri terluka parah termaksud Justin, dan tiga orang diduga teroris tewas di tempat. Justin dan satu rekannya yang terkena tembakan kini sudah di larikan ke rumah sakit menggunakan helikopter.
Pukul 12 siang Justin dan satu rekannya
sudah tiba di rumah sakit, tapi hal itu membuat beberapa personil juga Dokter kaget. Justin dan temannya baru sampai di rumah sakit, dan belum sempat menjalani operasi kini sudah tidak bernyawa. Hal itu membuat Dokter bertindak cepat, mencoba memeriksa lagi mengeluarkan dua peluru yang berada di dada Justin.
Ketika sudah menjalani pemeriksaan yang serius, Dokter sudah memastikan dengan pasti, bahwa Justin dan temannya memang sudah tidak bernyawa, mereka gugur dalam pertempuran.
Menurut satuan aparat, gugur di medan
perang suatu kehormatan bagi mereka, ya walaupun setiap aparat tidak menginginkan gugur. Mereka menyiarkan berita di televisi nasional, dan juga tersiar di televisi internasional di negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Kimmy dan Dias yang sibuk beristirahat untuk makan siang di cafe tempat mereka bekerja dengan tidak sengaja mendengar suara reporter di televisi. Mendengar kabar bahwa dua orang personil Polri gugur dalam perang baku tembak dengan teroris. Reporter itu juga menyebutkan nama prajurit yang gugur, Kimmy mendengar dengan jelas bahwa nama Justin Russell barusan disebut oleh reporter itu.
Kimmy mengalihkan pandangannya pada televisi cafe, dia melihat dengan jelas foto yang di tampilkan di layar televisi sangat tidak asing. Kimmy berjalan maju selangkah demi selangkah, memastikan penglihatannya apakah memang benar apa yang dia lihat.
Jarak televisi dan dirinya sangat dekat, Kimmy kini mengeluarkan air matanya dengan deras, dia tidak menyangka dengan apa yang barusan dia lihat. Dia sungguh tidak percaya, Justin, sosok pria yang selalu membuatnya
tertawa kini sudah tiada, pria yang selalu menemaninya di waktu luang, kini pria berseragam polisi itu sudah gugur dan meninggalkannya.
Kimmy kembali mengingat kenangan mereka berdua, sejak pertemanan mereka berdua yang dekat, Kimmy dan Justin menjadi sahabat. Kimmy juga merasa bersalah, kenapa dia tidak lagi memberi kabar pada Justin, padahal dia tahu, bahwa pria itu pasti merindukannya. Kimmy menjadi sangat merasa bersalah, kini dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Dias menyadari sahabatnya yang dilihatnya sedang bersedih, dia berjalan kearah Kimmy yang sudah menangis sesenggukan, "apa yang terjadi Kimmy?" tanya Dias khawatir.