Chereads / DEVIL BRIDE [MILEAPO FANFICTION] / Chapter 17 - BAB 17: MUSTAHIL TIDAK MENYADARI

Chapter 17 - BAB 17: MUSTAHIL TIDAK MENYADARI

BAB 17

"Adikmu Mile pasti sudah gila."

Max berkeluh ribut setelah berhasil terbang sebagai burung beo hingga kediaman Jeje. Kakak Mile itu baru saja meniduri seorang wanita imut, tetapi langsung meninggalkan ranjang untuk menolong rekannya yang berdarah.

"Memang apa yang kau lakukan?" tanya Jeje. Dia pun memeluk beo cantik itu.

"Aku—uhuk-uhuk!" Max baru mampu jadi manusia lagi setelah beberapa saat. Untung Jeje iblis yang lebih kuat darinya. Dalam gendongan, tubuh Max pun dibaringkan ke sebuah sofa panjang.

"Aku ambil minuman untukmu dulu," kata Jeje.

Max pun tak banyak protes waktu lukanya diobati Jeje. Sebaliknya, dia justru menceritakan segala keluh kesahnya tentang perubahan Mile. Dengan cermat, Jeje mendengarkan segalanya tanpa reaksi berarti. Max pikir, kakak Mile itu akan mengambil tindakan. Ternyata justru meleset jauh.

"Aku justru senang adikku berubah," kata Jeje. Dia menunjuk wanita imut yang berbaring pulas di atas ranjangnya. "Karena dengan tubuh seindah wanita itu, belum tentu bisa menarik hatinya."

"Tapi, Jeje ... ini agak keterlaluan," kata Max. "Apa lelaki itu hanya utusan musuh? Bisa-bisanya dia meracuni otak panglima kita sejauh itu."

"Ha ha. Ada-ada saja kau ini." Jeje pun menggeleng gemas. Dia memberesi kotak P3K setelah mentransfer energi untuk kebugaran Max. "Jangan terlalu serius. Aku yakin tak ada campur tangan musuh kali ini."

"Kenapa bisa sampai begitu?"

"Kulihat istrinya punya senyum yang tulus sekali," kata Jeje. "Yah ... meskipun jenis perasaan itu belum dimiliki adikku."

"Lalu bagaimana dengan—"

"Max," sela Jeje dengan menyentil kening sang rekan. Dia gemas, apalagi iblis di depannya memang lebih muda untuk dimanja-manja. "Bisa lupakan jabatan kita sejenak?" pintanya. "Ini sudah bukan zaman kuno. Toh kita juga tidak hidup di alam iblis seperti dulu."

Bola mata kuning Max berkilat-kilat membara. "Aku tahu, Jeje-"

"Baginda raja juga belum memanggil lagi hampir seratus tahun," sela Jeje lagi. "Bukankah itu pertanda alam kita masih aman saja? Jadi, kuminta biarkan adikku berlibur sejenak. Toh dia merupakan panglima kita. Jika penjagaannya selemah itu, siapa pun prajurit yang tersebar di negara ini takkan bertahan sampai sekarang." (*)

(*) Meskipun udah enggak ada perang, Mile tetep bertugas jadi pengawas seluruh kedamaian pasukannya sampai sekarang. Cuma ya gak kelihatan aja. Kek santuy hidupnya 🗿

Ketika Max terdiam. Jeje epun mengacak-acak rambutnya sebelum pergi. "Kau juga. Tidur dan istirahat. Sesekali cari wanita tak masalah untuk menghangatkan ranjangmu."

Kata-kata barusan memang terdengar bijak sekali. Sayang Max di titik kesalnya karena merasa janggal sendirian.

"Aku kurang suka kehadiran mendadak lelaki itu. Dia tampan dan baik, memang. Hanya saja ... kenapa kalian semua lebih tak berada di pihakku?" pikir Max kesal.

Raistello Binarki Pet Shop. Tulisan itu tampak meriah dengan hiasan lampu tumblr warna-warni. Mungkin karena terlalu takjub, Apo pun sempat menatapnya begitu lama. Toko hewan peliharaan terbesar di Milan tersebut memang tampak unik. Dengan dekorasi hias ala pesta-pesta, ia berani tampil beda diantara gedung lain yang memiliki desain artistik.

Selama dua puluh menit, Apo ke sana menggunakan mobil audi hitam Mile. Apo memperhatikan bangunannya sampai lupa turun. Dan Mile pun menepuk pahanya agar cepat kembali ke alam sadar.

"Phi."

"Eh?"

"Kapan mau masuk dan melihat-lihat?"

Apo tampak linglung untuk beberapa saat. Ditatapnya wajah si iblis yang tampak begitu segar. Lalu meraihnya lembut tanpa sadar. "Bible ...." panggilnya.

"Apa, Phi?"

"Setelah mendapatkan husky, bisa kita langsung pergi cari wedding organizer?" pinta Apo. Dan itu sungguh di luar dugaan Mile.

"Boleh." Mile pun mengangguk pelan. "Sekalian fitting jas resepsi jika Phi mau."

"Iya." Senyum tipis Apo pun muncul perlahan. "Aku mau pakai jas hitam yang bagus. Dengan dasi pita, mungkin?"

"Hm. Terserah. Senyaman Phi saja nantinya."

"Kalau kau, Bible ... hmm ...." Apo tiba-tiba mendekat hingga napas Mile tercuri oleh sebuah ciuman. "He he. Pakai apa pun pasti tetap tampan."

Pujian itu terdengar murni.

"Benarkah?"

"Umn. Aku jadi tak sabar melihatmu mencoba-coba."

Mile tersanjung sejenak. Namun, dia tahu hanya wajah Bible yang disukai Apo. Bila Apo menghadapi wajah Asia Mile, jelas reaksinya berbeda.

"Aku akan terus lelah jika memikirkan hal sepele seperti itu," pikir Mile.

Mile pun memutuskan untuk menjalankan segalanya saja. Dari A sampai Z, hari ini harus berisi rencana masa depan mereka. Mile bahkan ikut antusias saat Apo memilah-milah husky. Hanya dengan memperhatikan, dia jatuh cinta untuk kesekian kali kepada lelaki itu.

"Bible, lihat!"

"Hm?"

"Yang ini! Dia lucu kan!" Apo menggendong seekor husky tanpa ragu meski berat anjing manja itu terlihat membebaninya. "Aku akan memberi nama Shigeo."

Mile tahu binatang lebih peka terhadap kehadiran iblis. Dia pun tersenyum ramah kepada Shigeo sebelum dihujani dengan salakan ribu.

Guk! Guk! Guk!

"Bagus. Sekalian beli buku panduan, makanan, dan alat-alat untuk merawatnya."

"Oke ... eh?"

Mile menangkap tangan Apo sebelum lelaki itu melangkah pergi. "Phi yakin membelinya sendiri?" tanyanya setelah melihat masa lalu lelaki itu. Di sana, Bible sempat bilang akan membayar transaksi husky milik Apo.

"Iya, kenapa?"

"Biar aku saja, Phi."

"Tidak mau, jangan." Apo segera melepaskan diri. Meskipun risih, dia justru terkikik senang. "Kau kan sudah membelikanku ponsel baru kemarin. So, kali ini biar aku saja."

Mile sempat tercenung mendengar kalimat Apo. Dia pikir, lelaki itu sudah lupa semua memorinya bersama "si iblis pemberi kontrak". Apalagi mereka baru bercinta panas semalam. Jadi, barusan itu apa yang terjadi?

"Bible, bilang "selamat datang" pada Shigeo?" pinta Apo yang tiba-tiba sudah hadir lagi.

"Hm, ya ...." Mile pun mengelus bulu lebat di leher si husky. "Selamat jadi keluarga kami mulai sekarang."

"Halo .... Papa Bible!" kata Apo. Dia melambaikan tangan si husky seolah sedang berkenalan dengan Mile. Terlalu senang, anjing itu pun menyalak semangat beberapa kali.

Guk! Guk! Guk! Guk! Guk! Guk!

Papa Bible, ha?

Mile ingin tertawa geli.

Kedengarannya tidak buruk juga.

Bukan Apo, kali ini Mile yang menerka-nerka perilaku lelaki itu. Kenapa begitu mudah membuka diri? Mile tadinya yakin itu hanya disebabkan wajahnya sudah berganti. Namun, Apo benar-benar mengabaikan semua unsur janggal lain di sekitarnya tentang si iblis.

Ada yang tidak beres.

Tapi apa? Mile sulit memikirkan alasan selain kejiwaan Apo berubah, walau tak berkomentar apa pun. Apo bahkan menciumnya mendadak setelah mengurus keperluan resepsi mereka.

Tentu saja Mile kaget. Apalagi dirinya baru menutup pintu rumah sore itu. Namun, karena pelukan Apo begitu manja, mau tak mau dia pun membiarkannya berulah.

Mile ingin tahu apa yang direncanakan lelaki manis tersebut. Walau kejutan yang dia dapat hampir melepaskan urat jantung.

"Phi Po—"

"Bible ...." desah Apo. Dialah yang mengawali seks buru-buru sore itu. Tanpa pemanasan yang banyak, Mile menyaksikan Apo lepas celana dan menduduki pahanya di sebuah sofa tunggal. Lelaki itu meremas penisnya dalam lubang yang terlatih berkat seks tadi malam. Dia mengocok ribut penis milik sendiri, lalu ambruk ke pelukan Mile setelah mencapai klimaksnya. "Ahhh ... Annnh ... ahhh."

BRUGH!

"Hati-hati ... pelan-pelan," kata Mile khawatir. Dia pun melingkari pinggang telanjang Apo sebelum terjatuh. "Apa semuanya baik-baik saja?" tanyanya dengan sebuah kecupan di pipi.

"Iya, aku hanya agak bersemangat," bisik Apo sembari mengatur napas. Suaranya dekat. Mile bisa merasakan kehangatan di setiap embusannya. "Kita akan menikah, Bible! Ha ha. Dan aku penasaran kapan undangan resepsi dibuat?"

Mile lagi-lagi kesulitan membalas. Sumpah demi apa pun Apo sangat seksi dengan perilaku senakal ini. Penisnya bahkan masih terkubur di dalam bokong kenyal itu, tetapi Apo tak ragu menggodai lebih jauh.

"Iya, besok pun bisa langsung dilakukan."

"Serius, Bible?"

"Tinggal buat daftar tamu yang kau mau. Bukankah itu yang terpenting?"

Apo mengangguk pelan. "Oke."

Mile tak bisa membaca isi hati lelaki itu. Di luar sini, dengan situasi mereka berdua, memang siapa yang akan menjadi tamu? Namun, Apo tampak begitu serius saat menulis beberapa nama di buku tulisnya.

Mile tidak mau mengganggu kesibukan itu. Dia cukup menikmati pemandangan Apo sudah mau tiduran di sisinya, telungkup, dan tampak berpikir keras.

Ah, mereka bahkan mengenakan piama pasangan malam ini.

"Bible, meskipun semua kutulis, sepertinya tak ada yang mau datang," kata Apo. Dia menunjukkan berbagai nama asing yang memenuhi satu halaman kertas.

"Apa mereka teman-temanmu di Thailand?" tanya Mile.

Apo tersenyum begitu manis. "Bukankah kau kenal mereka juga?"

Percakapan aneh sering terjadi diantara mereka. Seolah-olah Apo menyadari Bible di depannya adalah Mile, tapi dia juga tidak mau mengakui.

Namun, Apo tak berpikir terlalu keras. Lelaki itu justru memasukkan buku dalam laci dan menabrak peluk Mile. "Ah, biarkan. Jika tak ada tamu undangan, dari keluargamu saja cukup kok."

Mile pun langsung memikirkan wajah Jeje. "Iya." Hanya saja, daripada itu dia lebih memikirkan perubahan demi perubahan Apo.

"Mustahil dia tak menyadari identitas asliku," batin Mile sembari balas mendekap.

Bersambung ....