Chereads / ANGELIC DEVIL [MILEAPO FANFICTION] / Chapter 111 - S2-68 A SOUL TO RELY ON

Chapter 111 - S2-68 A SOUL TO RELY ON

"A soul to rely on ...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

Pukul 7 malam, Bible baru dinner usai mengerjakan separuh tugasnya. Dia ditemani triplets yang disuapi puree babysitter, sementara Paing hanya lewat di depannya tanpa bergabung. "Bible, setelah acara aku akan langsung ke Swiss selama seminggu," katanya.

Ekspresi si koas pun langsung terbengong. "Apa? Kenapa lama sekali? Ini bahkan masih tahun baru ...."

Paing hanya menepuk-nepuk bahunya. "Pokoknya begitu. Jadi cukup jaga diri, makan banyak, dan kerjakan semua tugas-tugasmu. See."

Bible pun menoleh memandangi langkah sang rekan. Terpekur. Lalu geleng-geleng kepala. "Perasaan Swiss bukan wilayah tempatnya kerja," pikirnya. Tapi masuk akal jika Paing mulai membagi waktu dengan perusahaan Apo. Alpha itu akan sibuk di luar jadwal aslinya. Memperbaiki masalah ekspor yang kacau. Sementara para baby Apo anteng saja di sebelahnya.

Krincing! Krincing! Krincing!

Krincing! Krincing! Krincing!

Pakh! Pakh! Pakh! Pakh! Pakh!

"Ma ma! Ma ma!" kata Blau Er sambil mengocok mainan di genggamannya.

Kaylee sendiri main jambak dengan Edsel, tapi keduanya tidak menangis. Mereka adu jotos sambil menepuki meja walker karena bisa duduk juga. Sementara Blau Er masih baring sambil menggigiti baju.

"Ayo mamam lagi, Sayang. Aaa ...." kata babysitter Blau Er. Wanita itu ikut membuka mulut agar si baby meniru, tapi pemandangan tersebut malah membuat Bible bergedik.

"Shit, sebocil ini masak akan punya adik?" batin Bible. "Omega memang mengerikan kalau sangat-sangat subur. Sudah hamilnya cepat, bayinya banyak--aku harus rajin pakai kondom kalau nanti menikah."

"Kenapa Tuan Wichapas? Mendadak lupa menyendok makanan Anda," kata si babysitter heran.

Bible pun tersentak sadar. Senyum kecut, lalu mulai basa-basi. "Oh, iya. Mereka sudah imunisasi berkali-kali, kan? Aku jadi penasaran sesuatu ...." katanya.

"Hm?"

"Pas di RS bukannya cek gender juga? Jadi diantara para bocil ini mana yang Alpha?" tanya Bible.

Si babysitter pun tersenyum tipis. "Oh, semuanya Alpha kok. He he he ... jadi Anda tidak perlu membeda-bedakan."

DEG

WHAT THE FUCK, BRO?!

Seolah Bible ingin memaki begitu, tapi dia langsung meneguk ludah kesulitan. "Tunggu, kau serius?"

"Iyes, tiap imunisasi hasilnya tidak pernah berubah," tegas si babysitter. "Mungkin karena dulu Tuan Natta pernah jadi Alpha, jadi gen Alpha mereka kuat sekali."

"Oh ...."

"Daddy mereka juga begitu, kan? Keluarga Romsaithong hampir semuanya Alpha. Yang Omega cuma jalur menantu. Bahkan sepupu dan kerabat pun tak ada yang Omega."

Hmmm ....

Oke. Tidak heran jika keluarga mereka keras sekali. Lingkungan Alpha memang haus dominasi, tapi Mile sepertinya sedikit berbeda. Dia versi dulu tak peduli persaingan dalam keluarga, malahan terbang bebas di Sydney sana. Jadi kenapa sekarang menggila dalam Company? Bible yakin urusan perusahaan sebenarnya nomor sekian.

"Kau ini benar-benar hebat," gumam Bible saat menyeka tubuh Apo menggunakan waslap. Dia tidak lagi mencium aroma apapun dari Omega itu, karena memang hanya Paing yang sekarang mampu menghirupnya. "Sudah kembar baby-nya fraternal, banyak, Alpha semua ... tidak heran kalau diperebutkan mereka." (*)

(*) Fraternal adalah kembar tidak identik.

Hanya kesunyian yang menyambut Bible di tengah obrolan itu. "...."

"Oh, iya. Ini sudah 5 hari. Memangnya kau mau tidur sampai kapan?" tanya Bible, lalu mulai mengganti piama Apo. "Jangan lama-lama ... oke? Temanku capek kalau kau enak-enak bermimpi. Apalagi bayimu bisa duduk kau pun tidak melihat moment-nya. Parah ...."

Namun, Apo tidak merespon sama sekali. Dia seperti boneka yang terbaring layaknya pangeran. Terus diam, padahal kissmark yang dikompres Bible sudah mulai terlihat mendingan.

"Hei, tapi knotting biasanya cuma butuh semingguan untuk bangun," batin Bible. Dia memberesi semua yang kotor ke dalam keranjang. Terpekur lagi, lalu menoleh ke wajah Apo Nattawin. "Kalau bonding, belum tahu juga. Sial ... gara-gara kau sekarang aku menghabiskan tahun baru di tempat ini--"

CKLEK!

"Permisi, Tuan Wichapas," kata seorang pelayan yang mendadak masuk.

"Ya?"

Dia membawa nampan yang isinya kotak paket. Jelas sekali alamatnya rumah ini, tapi dengan nama penerima Apo Nattawin. "Maaf baru ingat menyampaikan, tapi sebenarnya sudah sampai tadi siang," katanya.

Hm, jadi si pengirim sudah tahu Tuan Natta tinggal di sini? Pikir Bible.

"Oh, ya ... tak masalah. Nanti kutaruh di atas nakas. So, kalau beliau sudah bangun, kapan-kapan pasti dibuka sendiri."

"Baik, Tuan," kata si pelayan sebelum pergi.

Namun, setelah memandangi beberapa saat, Bible baru sadar sesuatu. Bukannya ini kotak yang dipakai Perth mengirim kalung pada waktu itu? Pikirnya. Kenapa sekarang ada di sini?

Meski lancang, Bible pun membuka paketnya demi memastikan. Dia janji akan diam kalau memang bukan kalung, tapi ternyata yang dilihat isinya sesuai dugaan.

"Oh, shit ...." maki Bible. Dia pun membayangkan si penerima malah Mile Phakpum. Toh Apo sudah pergi dari rumah saat benda ini dikirimkan ke tempat tinggal mereka.

***

"Ya, ya. Sebentar, aku punya hadiah untukmu."

"Apa."

"Just close your eyes."

"...."

"Bagaimana? Suka?"

"Menurutmu?"

"Menurutku, kalau suka pasti takkan kau lepaskan dengan mudah. Atau digantikan sampai aku sendiri yang membelikan baru."

"Recht."

Selama perjalanan pulang, Mile sering melamun dalam jet pribadinya. Dia menopang dagu sambil memandangi awan di luar jendela. Toh sekarang dia sendirian. Sunyi sekali di dalam sana. Pramugari cuma lewat untuk selesaikan tugas. Seperlunya. Sementara Mile mengabaikan kudapan di atas meja.

Well, jika nanti tiba di tanah air dia tak berharap bertemu Apo Nattawin. Mungkin Omega itu sudah memiliki sandaran lain. Bahkan lupa dengan pernikahan mereka. Tapi setidaknya Mile ingin tahu apa Apo sudah baik-baik saja.

"Kau yakin takkan melakukan apapun? Kami akan mengadakan penyerangan malam ini," kata Nadech saat dia masih di Bandar Udara Andan Menderes, Izmir. Lelaki itu menelepon Mile sebelum ada  peringatan landas. Sementara Mile hanya menjawab santai.

"Terserah. Nyawa Takhon itu urusan kalian. Toh tujuanku untuk menginjaknya dalam awards mulai tahun depan."

Nadech pun tertawa kecil. "Really? Padahal ini bagus untuk mendapatkan Omega-mu," katanya separuh mencibir.

Kelopak mata Mile meredup perlahan. "Aku akan menghajarnya kalau sudah kelewatan batas. Macam-macam dengan perasaan istriku. Atau ingin mengambil statusnya dariku. Itu saja, paham?" katanya dengan nada yang tegas.

"HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA! TOLOL ....! Brengsek ya brengsek saja! Buat apa mengampuninya segala--"

"Semoga berhasil kalau kalian memang seserius itu," sela Mile tanpa emosi. Dia sangat tenang sampai Nadech sulit menjawab. Bahkan menyimak saja walau kepalan tangan ingin meremukkan sesuatu di bawah meja. "Oh, ya ... penerbanganku sudah hampir siap. Jadi, sementara sampai sini dulu. Hm."

Tuuuuuutssss ....

Setelah itu, Mile pun menyeret kopernya perlahan-lahan. Langkahnya gontai saat memasuki gateway. Lebih tenang lagi saat duduk di kursi khusus untuknya.

Sangat aneh. Sangat sepi. Sangat dipenuhi oleh hal yang tidak pasti. Namun, entah kenapa Mile merasa itu bukan masalah. Dia hanya harus diam sejenak. Mengetuk kuku-kuku di atas meja. Berpikir, dan ikut menanti apa yang akan terjadi di masa depan.