Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Terry and Pren

🇮🇩Giande
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.3k
Views
Synopsis
Kuliah, dengan status maha dari siswa tidak membuat Terry dan teman2nya menjadi lebih baik dalam kehidupan mereka. Ikutilah kisah Terry sang mahasiswa di universitas Anda yg penuh dengan "kenormalan" , dibalut dengan keunikan dan kekonyolan dari para "maha" dri siswa jurusan teknik elektro universitas Anda Ada Terry yg malas penuh dengan teori Andre yang polos dan "sdikit" naif Jimmy playboy modal khayalan Hermes calon model yang rakus Yosep si veteran Juga banyak teman-teman Terry yang lain yg penuh warna Terry and pren dikemas dengan model cerita pendek jadi kalian bisa membaca dengan bebas subjudul yang kalian suka. Baca sambil lompat-lompat juga boleh, sambil nyetor, sambil olahraga, sambil nunggu antrian lampu merah, semua bisa. Lebih nikmat lagi kalau dibaca saat sambil makan es krim, dijamin bakal puas. Apalagi kalau es krimnya gelato
VIEW MORE

Chapter 1 - Terry and Pren - Ch.01 Madcow

Matematika, pada tahu kan pelajaran satu ini. Mata pelajaran yang selalu menjadi momok bagi banyak orang. Coba saja liat dari namanya M A T E MA T I K A, tersusun dari MATE ditambah MATI ditambah Ka. Mengerikan bukan fakta yang tersimpan dalam namanya. Nama matematikan seakan-akan menyuruh orang belajar Mate sampai Mati , syukur isa ngerti, tahu, hapal. Tapi Matematika ini juga menjadi berkah bagi banyak orang loh, kenapa? Banyak orang jadi guru mendapat pemasukan tambahan dengan memberi les pelajaran tersebut. Matematika memang favorit di dunia kursus, les, belajar kelompok dan sebagainya.

"Riset membuktikan dari 10 anak yang ditanya, ada 11 anak yang mengatakan benci dengan pelajaran matematika," kata Terry mengemukakan teorinya.

"Loh kok bisa 11 Ter? Kan yang di tanya cuman 10," tanya Andre kebingungan.

"Ya bisa, yang lakukan riset itu saya, dari 10 orang yang gw tanya, semua bilang ga suka matematika, dan termasuk saya jadi ada 11 orang," jawab Terry polos.

Walaupun tidak suka Terry tetap harus ketemu dengan pelajaran yang dibencinya di kuliah, berhubung jurusan yang dia ambil adalah jurusan teknik, yang kental dengan suasana matematika.

Nama Matematika saat di bangku universitas berevolusi jadi kalkulus, ataupun matematika teknik, tapi yakinlah perubahan nama itu tidak berarti banyak bahkan dengan ditambah kata "teknik" di depan " matematika " pelajaran yang diajarkan jauh lebih gampang....gampang membuat orang stress sampe bunuh diri. Ini menurut analis Terry, jadi jangan protes. Mata kuliah ini memang menjadi momok menakutkan buat mahasiswa teknik sama seperti jaman kelulusan SMA, pelajaran matematika menjadi biang banyak siswa tidak lulus demikian juga saat kuliah, mata kuliah ini sering menjadi biang masalah yang menahan mahasiswa untuk di wisuda walaupun telah menyelesaikan TA ataupun Skripsi.

Satu lagi fakta tidak menyenangkan tentang mata pelajaran atau mata kuliah matematika adalah dosen yang mengajar selalu saja killer abis. Dan saat ini Terry sedang kuliah Kalkulus dengan dosen paling killer di jurusannya. Pak Saptono atau biasa dipanggil Pak Sap memang dosen yang paling disiplin. Ia tidak segan-segan mengeluarkan mahasiswa yang bernapas agak keras, ataupun kentut saat kuliah sedang berlangsung. Semua tindakan yang menghambat kegiatan mengajar akan membuatnya mengambil tindakan disiplin ketat yaitu meniadakan kegiatan perkuliahan. Hal ini membuat penjualan ubi goreng di sekitaran kampus laris manis, karena banyak mahasiswa yang memborongnya agar bisa kentut dengan lancar.

Namun hal itu tidak berlangsung lama, karena ada yang mengingatkan mereka kalau tidak lulus, artinya bakal terus ikut kuliah ini di semester berikutnya. Kegiatan sabotase itupun berakhir.

Suasana mata kuliah kalkulus oleh Pak Sap benar-benar berat, rasanya seperti di penjara, suasana mencekam terasa sekali. Ditambah lagi penjelasan Pak Sap susah sekali dimengerti. Pernah satu kali Terry berusaha konsentrasi penuh mengikuti pelajran Pak Sap ini, dan hasilnya 2 hari 2 malam kepalanya pusing berat, jadi sekarang Terry lebih memilih duduk manis, sambil pura-pura catet tapi pikirannya melayang. Dan untuk menghadapi ujiannya , Terry berharap pada anak-anak pintar seperti Filix mau mengajarinya sebelum tes diadakan.

"Yu yang di pojok sudah ngerti? Kalau mau talking-talking di luar saja," semprot Pak Sap dengan logat sok kebarat-baratan.

Jimmy dan Hermes yang merasa disemprot langsung manyun dan pura-pura sibuk nyatet. Untung saja Pak Sap masih berbaik hati tidak meneruskan tegurannya, ia kembali menerangkan pelajaran. Terry hanya cekikikan melihat kedua temannya itu. Seperti yang sudah dikatakan suasana kuliah Pak Sap memang menegangkan, seperti penjara, lengah sedikit maka maut sudah menunggu. Waktu berjalan sangat lambat, setiap detik terasa sekali. Terry kembali dalam lamunannya, ia melihat sekelilingnya. Rata-rata teman sekelas Terry tampak tersiksa hanya sebagian kecil mahluk rajin yang dengan mata berbinar masih sanggup mendengarkan ceramah pak Sap, ya itu golongan pintar yang duduk di depan. Selain itu? Semua tersiksa. Andhi salah satu teman Terry yang duduk di sebelah Terry tampak komat-kamit pelan. Terry berusaha mendengar apa yang diucapkan Andhi.

"Ya Tuhan, ampunilah daku, Ya Tuhan percepatlah waktu ini, Ya Tuhan apa salahku sehingga aku terjebak dalam ruangan ini," gumam Andhi dalam komat-kamit doanya.

Terry berusaha menahan senyumnya agar tidak terdeteksi oleh sensor Pak Sap. Dasar tuh anak memang suka berlebihan, tapi sebenarnya ga juga. Kuliah Kalkulus ini benar-benar menyiksa. Peraturan tidak tertulis Pak Sap begitu banyak, seperti tidak boleh bicara atau ribut, kecuali mau bertanya yang penting, tidak boleh gerak-gerak apalagi lari-lari dalam kelas, ga boleh bersendawa apalagi perut krucukan, ga boleh kentut, gak boleh tidur, ga boleh ini, ga boleh itu, tapi untunglah bernapas masih diperbolehkan. Terry mengalihkan pandangannya ke depan, Tampak Levi lagi asik mencatat, tapi ia berani taruhan kalau Levi itu cuman asal nyatat, tapi ga ngerti apa-apa. Pernah Terry iseng-iseng tanya Levi setelah kelar kuliah.

"Wah Lev, kamu ngerti yang tadi diajarkan pak Sap?"

"Wah Ter kamu jangan nuduh yang gak-gak donk," protes Levi dengan mata melotot.

"Nuduh gimana? Kamu kan tadi asik banget nyatet kelihatannya ngerti tuh tentang apa yang diajar."

"Nah tuh kamu nuduh lagi. Jangan semabrang nuduh donk, siapa bilang aku nyatet pelajaran?"

"lha terus? Apa yang kamu tulis tadi?"

"Oh itu , hanya beberapa puisi untuk cewek yang lagi kukejar. Udah ya ini puisi khusus buat cewek gw ga boleh di sebar-sebar," kata Levi sambil melangkah pergi

" Dasar siapa juga yang doyan ama puisi " dengus Terry dalam hati

Terry kembali ngelamun, tetap sambil pura- pura nyatet. Namun saat dia menoleh ke kiri, Terry mendapati pemandangan yang membuatnya kagum, plus kaget. Ia melihat Candra lagi dengan seriusnya nyatet, dan memperhatikan penjelasan Pak Sap, Bahkan pake acara angguk-angguk kepala. Terry tidak menyangka kalau Candra termasuk anak yang rajin. Maklum tampang Candra sama sekali tidak mengesankan kalau dia tipe anak yang rajin. Terry jadi penasaran gimana catatan Candra, ia menggeser bangkunya perlahan. Kalau gesernya kencang-kencang, bisa ketahuan Pak Sap dan akhirnya dia digeser keluar sama Pak Sap.

Hup !!

Terry sukses menggeser kursinya lebih dekat Candra. Terry tidak menyia-nyiakan kesempatan yang sudah datang, ia langsung mengintip catatan Candra. Spontan Terry tertawa sambil ngikik, dan sensor Pak Sap langsung mendengar tawa Terry. Terry juga langsung sadar dan menutup mulutnya, tapi telat.

"Hei yu yang disitu , apa yang lucu? Yu kira I ngelawak di depan?" tegur Pak Sap.

Terry sudah pasrah bakal di usir, tapi untunglah Pak Sap hari ini lagi berbaik hati tidak mengeluarkan Terry hanya menegur sedikit, mungkin ini hari ulang tahunnya kali. Tapi Terry tidak ambil pusing, yang penting dia selamat dari hukuman dikeluarkan dari kelas. Penasaran apa yang dilihat Terry dalam catatan Candra? Ya ternyata seperti juga levi, Candra tidak mencatet pelajaran melainkan keluh kesah seperti

Asem lama banget

Gila dosen ini tega, tega , tega, tega...

Cape deh , cape deh

Kill me please, kill kill kill kill

Dari keluh - kesah sampai ucapan pasrah, Candra tuangkan dalam bukunya. Itu membuat Terry tertawa. Candra ini salah satu teman kuliah Terry yang ajaib. Sebenarnya yang lain juga pada ajaib. Candra ini sifatnya cuek banget, tapi juga terkesan lambat dalam merespon atau telat sadar. Wajahnya pun lucu, seperti anak kecil atau anak TK yang over dosis, orangnya juga sabar, tapi kadang tingkah lakunya susah di tebak, bahkan kadang nekat. Teman-teman memberikan julukan sapi padanya karena sifatnya itu lamban dan suka asal seperti sapi. Pernah pas kuliah dia tiba tiba ngeluarin box makanan yang dia bawa dari rumah, dan langsung makan disana. Ya makan saat kuliah masih berlangsung, untungnya dosen saat itu orangnya sabar, dan dengan keheranan menanyakan alasan Candra makan di kelas saat kuliah berlangsung

"Saya lapar Pak, jadi saya makan," jawab candra polos tanpa ada niat buruk, untungnya Pak dosen sabar dan hanya tertawa. Dia hanya menyuruh candra menyelesaikan makannya di luar , dan memperbolehkan Candra kembali ikut kuliah setelah selesai makan.

Setelah penderitaan panjang, akhirnya jam kuliah kalkulus abis juga..Pak Sap yang masih semangat dengan terpaksa mengakhiri kuliahnya dengan wajah cemberut. Entah karena beliau doyan ngajar, atau doyan melihat wajah tersiksa muridnya. Reaksi berbeda diperlihatkan para muridnya termasuk Terry, Andhi langsung berlutut berterima kasih pada Tuhan. Memang Andhi selalu berlebihan, Terry hanya cekikikan liat tingkah Andhi. Kuliah selanjutnya masih berada di kelas yang sama. Biasa ada jeda 5 menit sebelum dosen selanjutnya nongol di depan pintu. Terry dan teman-temannya memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk melemaskan kaki setelah duduk tersiksa selama hampir 3 jam.

"Bener-bener dah Pak Sap ini, betah banget kuliah ngomong sendiri selama 3 jam nonstop," keluh Terry sambil melemaskan kakinya.

"Tahu tuh, Nyiksa banget, ampir jamuran aku," Tambah Jimmy.

Hermes dan Andre hanya angguk-angguk setuju, tapi tidak semua tampak tersiksa. Hanya Yosep yang masih tampak bahagia, senyum-senyum sendiri.

"Wah Sep bisa-bisanya kamu masih tetap fresh abis kuliah kalkulus ini?" tanya Terry heran.

"Jelas saja Ter, dari awal kuliah sampai selesai dia WA-an terus sama cewek. Untung aja ga ketahuan sama Pak Sap. Nekat tuh !" cerita Andre yang tadi duduk di sebelah Yosep

"Wah Cewek Sep? kenalin donk," sahut Jimmy semangat.

"Wa sorry Jim, bukan untuk umum," Tolak Yosep.

Teng tong

Hp Yosep bergetar, tanda pesan WA masuk. Tanpa di komando semua berebut Hp Yosep. Untung saja Yosep dengan gesit menghindar ke samping terus loncat ke belakang dan..

BUK!!

Yosep nabrak Pak Darwin, dosen mata kuliah digital, kuliah Terry selanjutnya.

"Aduh! hati-hati donk!" tegur Pak Darwin sabar.

"Aa.aa Maaf Pak," ucap Yosep minta maaf.

"Gak pa-pa. Nah ayo semua duduk," ajak Pak Darwin.

Semua nurut dan kembali ke kursi mereka.

"Yak, silakan semua tas, buku di taruh di depan, kecuali alat tulis. Hari ini kita tes mendadak," kata Pak Darwin tetap dengan nada tenang.

Spontan semua langsung protes dengan alibi "Belum di kasih tahu kalau hari ini akan Tes", tapi Pak Darwin dengan tenang menjawab

"Yang namanya Tes itu kalau mendadak baru memberi hasil sebenarnya dari kalian."

Semua langsung tertunduk pasrah , menerima tes

"Hasil yang ancur maksudnya kali ya," gerutu Terry, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa sama seperti yang lainnya.

10 menit berlalu, semua sudah mulai gelisah. Garuk-garuk kepala kebingungan, berharap kalau kepalanya diasah alias digaruk-garuk siapa tahu menjadi lebih tajam dan tiba-tiba ada peri yang memberi tahu jawabannya. Tapi untuk kasus Andre berbeda, dia kalau lagi kebingungan tidak suka garuk-garuk kepala melainkan ngupil. Iya Ngupil, kalau ditanya alasannya,

"Biar oksigen dapat dihirup dengan lancar, jadi otak tidak kekurangan oksigen untuk berpikir."

Logis bukan alasannya. Hasilnya? Meja Andre penuh dengan upil bahkan ada yang melakukan solo karir upilnya terbang ke meja seberang untuk mencoba peruntungan nasib. Lain Andre, lain juga dengan Yosep. Cara Yosep lebih klasik caranya yaitu dengan noleh kanan kiri, atas bawah, depan belakang. Dan hasilnya? Tetap nihil karena semua yang mau di contek pada ga bisa juga, malah setiap kali Yosep tanya calon orang yang di contek malah di tanya balik pertanyaan yang sama.

"Sst sst Mes, ui Mes," panggil Yosep.

"Opo Sep?" jawab Hermes.

"Nomor satu tau ga ?"

"Gak, kamu? Tau nomor 2 gak?

"Gak juga, hmm kalau nomor 3 gimana Mes?"

"Boro-boro, yang ditanya apa aja aku ga ngerti, Eh Sep tau nomor terakhir? Nomor 4?"

"Bentar aku baca dulu... Ga tau juga."

Yosep sama Hermes jadi pasrah, sekitar mereka duduknya ya anak-anak malas setipe, jadi kalau untuk tes mendadak jelas sama-sama tidak bisa. Terry juga demikian, mau nyontek tapi mau tanya siapa? Kanan kiri depan belakang , semua ya sama-sama bingung. Mau nyontek? Tidak ada persiapan karena mendadak. Kondisi benar-benar membuat Terry pasrah, ia pasrah mengisi asal sekedarnya pokoknya kelihatan meyakinkan. Terry mengisi sambil komat-kamit berdoa agar tesnya di periksa pada tengah malam saat Pak Darwin udah berada dalam kondisi mata 5 watt, jadi mungkin aja jawabannya terlihat benar dan dikasih nilai bagus. Lagi berpikir gimana mengisi jawabannya, Terry mendapat pemandangan yang lagi-lagi membuatnya kaget. Dia melihat Candra begitu tenang dan santai mengisi lembar jawabannya.

"Hebat benar Candra, ga kusangka. ...hmm tapi jangan-jangan kasusnya sama dengan catatan kalkulus....tapi ga mungkin ah, masa ia begitu nekat isi asal. Dilihat dari kemantapannya sepertinya memang dia mengerti jawaban soal-soal yang diberikan. Ah coba saja aku tanya dia, daripada aku isi asal," Pikir Terry dalam hati.

Terry berusaha memanggil Candra yang duduk kursi di sebelah kanan depannya.

"Cann...sst... Can...," panggil Terry dengan super hati-hati. Tapi tidak ada tanggapan dari Candra. Terry tida menyerah, ia berusaha manggil Candra lagi kali ini dengan volume lebih besar.

"Cannn. ... Uiii.... Cann," panggil Terry, tapi usahanya yang kedua juga gagal total. Candra tidak memberikan reaksi. Terry mulai berpikir jangan-jangan Candra ini budek? Ah tidak mungkin , mungkin hanya terlalu konsentrasi. Terry berpikir untuk mengganti siasat. Kali ini ia mencoba melempar kertas ke Candra. Terry lebih hati-hati lagi jangan sampai saat dia lempar ketahuan oleh Pak Darwin. Saat Pak Darwin menoleh memperhatikan bagian lain, Terry langsung memanfaatkan kesempatan itu.

Syuttt...Plakkk

Kertas berhasil tiba di target , punggung Candra dengan sukses. Terry harap-harap cemas menunggu reaksi dari Candra. Berhasil Candra merespon lemparan kertas Terry. Badan Candra bergerak-gerak.

"Pasti dia kerasa kali ini," pikir Terry.

Tapi ternyata Candra hanya menggerakan tangannya untuk menggaruk punggungnya terus kembali asik dengan lembar jawabannya.

"Sial , gw kira dia sadar, ternyata hanya garuk-garuk doank," keluh Terry. Tapi Terry belum menyerah. Ia kembali merobek kertas corat-coret yang biasa disiapkan saat ujian. Lemparan kedua kembali sukses sampai tapi kembali Candra tidak memberikan reaksi yang diharapkan Terry. Terry terus melempar Candra sampai 5 kali , sampai akhirnya kertas corat-coretnya hanya tinggal puing-puing. Kehabisan amunisi kertas tidak membuat Terry menyerah. Kali ini Terry menggunakan tip-ex nya.

"Kalau ini tidak bisa membuat Candra sadar , benar- benar keterlaluan dia."

Terry mencari momen yang tepat , dan saat momen itu datang Terry siap - siap untuk melempar Candra....

Braakk!!

Candra sudah berdiri, diikuti pandangan seisi ruangan yang memandang dengan takjub, termasuk para mahasiswa-mahasiswa teladan bergumam.

"Wuihhhhhh Gileeee !" Terdengar serentak di ruang kelas.

Semua memandang tidak percaya Candra sudah menyelesaikan tes nya bahkan lebih cepat dari golongan anak-anak pintar. Tangan Terry yang sudah ancang-ancang melempar tip-ex langsung di tarik mundur saat Pak Darwin menoleh melihatnya. Untung saja Pak Darwin tidak menanyakan lebih lanjut. Candra berdiri kemudian maju menyerahkan lembar jawabannya. Dia dipersilahkan keluar duluan. Dengan langkah santai Candra kelaur dari ruang tes diikuti dengan pandangan takjub dari seisi kelas. Terry juga memandang Candra seakan-akan sebuah cahaya harapan untuk lulus terbang menjauh meninggalkan dirinya. Terry akhirnya pasrah dan kembali mengerjakan tes nya seperti rencana sebelumnya, yaitu dengan mengisi ala kadarnya sebisa mungkin dibuat kelihatan meyakinkan walaupun dalam jawaban muncul teori baru , rumus baru dan rancangan digital yang baru.

2 jam penderitaan tes berlalu, Terry dan teman-temannya keluar dengan langkah gontai dan lemas. Kali ini lemasnya kerasa berlipat karena abis kuliah kalkulus ditambah tes mendadak.

"Aku mampir ke kosmu dulu ya Sep, tak lagi berat kalau disuruh nyetir pulang," pinta Andre lemas.

"Terserah saja, tapi kasurnya khusus aku pake. Aku sendiri amu tidur capek banget hari ini. Kalau mau tidur di lantai ae," jawab Yosep ga kalah lemas.

"Ga masalah, aku mainan komputermu saja."

"Aku ikut deh," kata Hermes nyusul.

"Sama Sep aku juga, kita kumpul main kartu dulu aja di kos Yosep, sekalian refreshing liat anak juragan kos Yosep," Kata Jimmy tersenyum.

"Ter ,gimana kamu? Ikut juga?" tanya Yosep.

"Ga deh, aku mau pulang aja," tolak Terry.

"Ya udah , ayo deh kita pergi tinggalin Terry. Tapi hati-hati loh, biasanya kalau sumpek sering ada setan suka nyambetin hahaha," ejek Jimmy.

"Sialan lo!"

"Udah deh ayo pergi, makin lama makin bikin sumpek nih kampus," Ajak Yosep.

Akhirnya Terry pun berpisah dengan Yosep dan lainnya. Terry berjalan lemas menuju area parkir. Saat lagi berjalan dia melihat sosok yang dikenal, duduk santai di dekat pintu gerbang menuju area parkir. Di dekat pintu gerbang memang diletakan beberapa meja dan kursi yang biasa dimanfaatkan mahasiswa untuk menunggu jemputan, sekedar nongkrong menunggu waktu pulang, atau sekedar iseng-iseng kumpul di sana. Dan Terry melihat Candra lagi duduk di sana. Terry langsung saja nyamperin Candra, sekalian dia ingin tahu gimana caranya Candra bisa sehebat tadi ngerjain tes.

Plok !!

Terry menepu bahu Candra.

"Ui Can !" sapa Terry terus pergi duduk di depan Candra.

"O.. Yo Ter," balas Candra.

"Belum pulang Can? Padahal dah keluar dari tadi kamu."

"Belum, masih nunggu telpon dari mama. Disuruh jemput ntar sekalian baru pulang."

"Oooooo."

"Lha kamu sendiri? Barusan kelar tesnya?"

"Iya baru saja kelar ini. Ya ini tadi aku mau pulang tapi pas lewat sini liat kamu ya mampir dulu sebentar hehe."

"Eh Can, tadi kamu hebat benar, begitu cepatnya kamu selesaiin tes digital tadi, apa rahasianya? Bagi-bagi donk?" tanya Terry penuh harap.

"Rahasia? Rahasia apa?" Candra keheranan.

"Ya itu rahasia kok kamu bisa begitu cepat menyelesaikan tes digital tadi. Lihat kan kamu paling duluan selesai. Bahkan golongan yang pinter seperti Filix saja ngumpulnya pas akhir tes. Ga nyangka aku kamu begitu pinter."

"Hahaha!"

"Loh kok ketawa?" Terry keheranan.

"Ya iya, jadi kamu mikir aku isa nyelesaiin soal tes itu dengan baik?"

"Iya."

"Ga lah, aku juga sama bingungnya dengan kalian sama ga ngertinya. Bahkan tadi aku ga ngerti sama sekali tesnya itu apa."

"Lah terus apa yang kamu isi dalam lembar jawaban?"

"Diketahui, ditanya.. dan seterusnya aku tulis rumus asal, terus ditambain 'Aku tidak tahu Pak', udah itu doank," Candra menjelaskan.

"Heh!"

"Lagian ngapain juga bengong bingun lama-lama di dalam? Emangnya kamu jadi isa jawab? Ga toh, bagus kumpulin ala kadarnya terus keluar , lebih fresh."

Terry berpikir sejenak, memang situasinya tadi tidak jauh berbeda dari apa yang di katakan Candra. Duduk diam 2 jam juga sama sekali tidak membantu malah tambahin masalah dan stress. Pernyataan Candra memang tidak salah, dasar madcow.