"Jadi seperti inikah akhir dariku?, setelah semua yang kuperjuangkan sampai saat ini. Rasanya baru kemarin ketika aku menjarah sebuah makam di Gunung Severu dan bertemu dengan Arukh yang akhirnya menjadi 'rekan' yang sangat kuandalkan ...." Rayn menuangkan seluruh keputusasaan dalam benak pikirannya.
Tatapan tajam Rayn tampak menumpul dalam keputusan. Keheningan Hutan Paruwa di sore itu seperti menjadi simfoni kematian yang bergema lirih, namun mencekam.
Hingga,
Suara nyaring dari sebilah pedang yang menghalangi laju serangan mematikan Gajhmaz dan membuat semuanya terkejut. Terlihat sosok kakek tua yang menggenngam pedang itu kini berada di hadapan makluk keji itu.
"Hufft ... hampir saja. Kurasa seluruh persendianku akan copot jika harus menahan serangan itu dua atau tiga kali lagi" Sosok kakek tua dibalik pedang yang menahan serangan iblis itu berbicara dengan pelan.
Setelah berhasil menahan serangan Gajhmaz, lantas kakek tua itu mengayunkan pedangnya dengan cepat memotong pergelangan tangan makhluk itu dan membuat Rayn terjatuh ke tanah bersama sebuah potongan tangan.
Sosok tersebut meneruskan serangannya pada Gajhmaz yang membuat makhluk itu kini terdorong mundur menjauhi Rayn yang sedang tergeletak tanpa daya dengan kesadaran yang perlahan memudar.
"Hohoho ... siapa lagi ini?. Datang lagi manusia yang mengantarkan nyawanya cuma-cuma." Gajhmaz mencoba mengintimidasi kakek tua itu.
Kakek itu menghampiri Rayn dan dengan cepat memindahkan pemuda itu menjauh dari wilayah pertarungan.
Dia mengangkat tubuh pemuda itu dengan kedua tangannya dan melirik Gajhmaz untuk menyampaikan beberapa kata-kata kepada makhluk itu, "Sebentar, dia hanya akan mengganggu nantinya."
Gajhmaz yang melihat itu hanya menyeringai menanggapi ucapan dari sosok pria tua yang berpakain serba putih itu.
Wajah dari makluk itu tidak bisa berbohong, menunjukan ketertarikan yang besar pada sosok yang telah mengganggu kesenangannya.
Setelah kakek itu selesai mengamankan Rayn di kaki pohon besar di dekat area pertarungan, dia membalikan badannya ke arah makhluk yang telah menanti kedatangannya.
"Dari yang ku lihat, kau belum sepenuhnya mendapatkan wujudmu yang sesungguhnya," ucap kakek itu dengan nada bergetar akibat tenggorokan tuanya.
"Tentu, saja. Kebangkitan sempurnaku jauh lebih hebat dari ini" makhluk itu memandangi sekujur tubuh hitamnya.
Gajhmaz yang baru saja mengalami 'kelahiran kembali' memiliki tubuh dari manusia yang sebelumnya telah menggunakan kekuatannya. Hanya saja, seluruh tubuh itu seperti terlapisi asap hitam pekat yang mengelilinginya. Ditambah, seluruh masa ototnya seakan berkembang seperti memiliki kesadaran.
"Bukannya, kalian memiliki sayap?" Kakek itu melontarkan pertanyaan.
"Tidak semuanya," singkat makhluk itu menjawab.
Makhluk hitam itu perlahan mengangkat pedang hitam besarnya dan dijatuhkannya punggung bilah pedang besar itu di pundak kanannya.
"Hei kakek tua, aku memang merasakan energi yang cukup kuat darimu ... tapi aku tau kau tidak dalam kondisi terbaikmu, itu terlihat dari pancaran energimu yang samasekali tidak stabil, kau telah termakan usiamu. Apa kau berpikir bisa menghadapiku dengan sisa-sisa kekuatanmu itu?" seru Gajhmaz pada kakek tua di hadapannya.
"Aku memang tak yakin bisa membunuhmu ... namun, kau tidak tahu hal mengejutkan apa yang mungkin saja pak tua ini sanggup lakukan." Pria tua itu membalas seruan makhluk mengerikan tersebut.
"Hei Kakek, sepertinya aku memang harus segera mengirimmu pergi ke Akhrat, kau sudah di umur yang tepat untuk menyebrang, Bwahahaha. [Gajhmaz Enhance Skill: Berserk Auras]." Makhluk itu meramalkan sebuah mantra yang membuat atmosfer udara di sekitarnya bergejolak.
"Gajhmaz?, jadi itu namamu." Kakek itu menyimpulkan sesuatu.
Setelah mengaktifkan kemampuannya itu, asap hitam yang sebelumnya mengelilingi tubuhnya seakan membesar. Selain itu, dari tubuhnya keluar aura merah darah yang memancar, dan tampak begitu buas.
"Gawat! ... itu kemampuan peningkatan kekuatan. Wah, wah, kau memang tidak bisa menahan diri ya." Kakek tua itu mulai mengambil jarak dari lawannya.
~
Kemampuan Saithe Weapon sangat beragam dan berbeda tiap karakternya. Pengguna Saithe Weapon mampu melancarakan sebuah Casted Skill yang memanfaatkan kekuatan Saithe yang berada di dalam benda sakti itu sebagai sebuah serangan.
Seperti yang dilakukan Rayn dengan pusakanya. Dia mampu melancarkan sebuah serangan [Incision Storm] dengan mengadaptasi kemampuan Saithe dalam kerisnya itu, di mana dalam keadaan menggunakan Skill, Rayn memiliki kemampuan bergerak sangat cepat sembari melancarkan serangan yang bertubi-tubi dan merupakan sebuah serangan bertipe 'casted' atau di lancarkan.
Saithe Weapon juga memiliki kemampuan lain selain Casted Skill, salah satunya adalah peningkatan kekuatan (Enhance Skill), seperti yang dilakukan Gajhmaz pada tubuhnya, yang mana setelah Gajhmaz mengaktifkan kemampuan [Berserker Auras], tubuhnya mendapatkan peningkatan kekuatan yang signifikan.
Seluruh peningkatan otot dalam tubuhnya membuatnya lebih bertenaga dan memiliki ketahanan fisik yang jauh lebih besar dari sebelumnya, juga memperkuat tekanan aura membunuh yang dimiliki makhluk itu.
Saithe yang telah bangkit dan memiliki bentuk fisik otomatis mampu melakukan segala skill yang dimiliki Saithe Weapon yang sebelumnya menjadi tubuh fisik mereka.
Sejatinya kemampuan yang ada dalam pusaka itu memanglah milik mereka dan saat mereka masih dalam bentuk Saithe Weapon, mereka hanya meminjamkan kemampuan itu kepada pemilik/pengguna Saithe Weapon.
~
Setelah Gajhmaz mengaktifkan [Berseker Aura] dia melaju menuju kakek tua yang sedang menjadi lawannya itu, makhluk itu melancarkan sebuah serangkaian serangan ayunan pedang yang sangat brutal dengan menggunakan pedang besar yang digenggamnya.
Kakek tua itu nampak sedikit kerepotan untuk mengatasi segala serangan yang mengarah padanya. terlihat keringat mulai mengucur jatuh dari sela-sela pipi kakek itu yang dipenuhi bulu-bulu putih.
Kekek itu terus saja berusaha menghindari serangan demi serangan yang mengarah padanya. Sesekali dia mencoba menahannya namun karena perbedaan tekanan kekuatan di antara dia dan makhluk yang sedang dilawannya itu membuatnya selalu terpental ketika berhasil menangkis serangan.
Keadaan hutan yang mulai kacau dengan banyak pohon-pohon beterbangan akibat serangan membabi buta Gajhmaz membuat tempat itu kini tampak lebih luas.
Akibatnya, kakek tua itu kehilangan tameng-tameng alami yang sebelumnya dia manfaatkan untuk menghalau serangan dari Gajhmaz.
Hal itu merupakan kerugian yang sangat besar bagi kakek tua yang sedang bersusah payah untuk bertahan di pertarungan itu. Terlebih lagi, dia harus berpacu dengan stamina yang semakin lama akan semakin terkuras habis.
"Sial, waktuku sudah tidak banyak lagi ... sepertinya memang aku harus mundur sekarang. Terlebih lagi, bocah itu akan segera mati jika tidak segera mendapat pertolongan secepatnya." Pak tua itu mengkhawatirkan dirinya dan pemuda yang sedang ia coba selamatkan.
"Ada apa kakek tua? ... kau sudah lelah meladeniku. Ayolah ... aku tahu pusakamu itu menyimpan Saithe yang begitu kuat. Apa kau tak ingin bertransformasi dan segera membalas seranganku, aku tau kau bisa melakukannya ... kenapa ragu?! HAHAHA!" Gajhmaz kegirangan seiring meningkatnya intensitas pertarungan mereka berdua.
"Bisa-bisanya iblis itu berkata seperti itu, masalahnya bukan 'mau atau tidaknya', tapi aku tak yakin dengan daya eksistensialku yang melemah seperti sekarang ini. Dengan kondisi seperti ini, apakah aku mampu tetap mampu mengendalikan kesadaranku jika aku mengerahkan kekuatan lebih dari ini ... akan sangat berbahaya jika Anglains mengamuk dan mengambil alih tubuhku," pikir pak tua itu dalam benaknya.
*****
Sementara itu,
Rayn terduduk lemas bersandar pada pohon besar yang memiliki jarak cukup jauh dari area pertarungan.
Semuanya berkat kakek itu, tanpa disadari Gajhmaz tergiring menjauhi Rayn seiring berlangsungnya pertarungan, keadaan itu seolah-olah telah direncanakan oleh kakek tua yang menolongnya itu.
Rayn mulai sedikit demi sedikit kehilangan kesadarannya, dia hanya menyaksikan sebuah pertarungan yang hebat dengan pandangan matanya yang sudah buram.
"Arukh, apa kau tahu orang itu?" Rayn menggunakan sisa-sisa kemampuanya untuk berbicara dengan Saithe yang menjadi partnernya itu.
"Tidak tahu ... namun, aku merasa mengenali energi yang memancar dari Saithe Weapon-nya. Itu persis sekali dengan energi yang dipancarkan oleh Anglains, petarung yang menunggangi Naga Boja dimasa lalu." Arukh mengutarakan jawabannya pada Rayn.
*****
"Baiklah pedang gila, tolong ya ... [Anglains Enhance Skill: Wings Of Dragon]" Kakek tua itu mengeluarkan sisa-sisa energi yang dimilikinya.
Setelah kemampuan pria tua itu diaktifkan, tubuhnya diselimuti sebuah aura yang membentuk sepasang sayap biru kehitaman yang membuatnya mampu bergerak bebas di udara layaknya sebuah burung yang memiliki kuasa akan angkasa.
"Kau menarik, pak tua! ... teruslah menari untukku! Bwahahaa," seru Gajhmaz.
Pertarungan berlanjut dengan cukup sengit. Jual beli serangan pun terjadi antara Gajhmaz dengan kakek tua misterius.
Kakek itu memanfaatkan keunggulan terbangnya dalam pertarungan, sehingga hal itu semakin meminimalisir Gajhmaz dapat menjangkaunya.
Seiring berjalannya pertarungan semakin membuat sisi utara Hutan Paruwa seakan mulai terbabat habis, pohon-pohon beterbangan akibat dari hempasan serangan pedang dari kedua petarung ulung itu, dan tanah yang menjadi pijakan Gajhmaz semakin kehilangan bentuk ratanya.
Sesekali dalam pertarungan, kakek tua yang sedang berjuang melawan keletihannya itu melirik pada Rayn yang sepertinya telah sepenuhnya kehilangan kesadaran.
Dia harus merasakan dilema antara menaruh fokus pada pertarungan atau harus menyelamatkan nyawa pemuda yang ingin ditolongnya itu.
"Selagi durasi [Wings of Dragon] masih belum habis, aku harus memikirkan cara bagaimana aku bisa meloloskan diri dengan membawa pemuda itu pergi dari sini dan meninggalkan Saithe ini," pikir kakek tua itu disela pertarungan.
Gajhmaz kini sangat merasa jengkel melihat kakek tua yang terus menghindari serangannya dengan berlari menuju angkasa itu.
"Hai pak tua burung! ... kau harus turun sekarang! ... [Gajhmaz Casted Skill: Slash of Destruction]" Makhluk itu mengerahkan sebuah tebasan energi berwarna merah yang mengarah tepat pada targetnya yang berada di angkasa.
Dalam keadaan hidup dan mati, kakek tua itu mendapatkan sebuah ide cemerlang yang akan memecah kebuntuan yang dari tadi mengganggu kepalanya.
"Ini kesempatanku! ... aku akan memanfaatkan bias energi masif dari serangan makhluk ini untuk menutup pergerakanku meninggalkan tempat ini." Kakek tua itu menemukan sebuah cara untuk pergi dari pertarungan sia-sia itu.
Serangan Gajhmaz akhirnya meluncur ke arah kakek itu, dengan cekatan kakek itu mengaktifkan sebuah kemampuan pusakannya yang membuatnya bisa melesat cepat seolah bertransportasi ke tempat Rayn, dan melesat kembali membawa pemuda itu untuk segera pergi menjauh dari medan tempur itu.
*****
Dengan berakhirnya serangan hebat oleh Saithe perkasa itu, cahaya redup matahari di sore hari itu seakan terbiaskan oleh dahsyatnya gelombang energi serangan yang dilancarkannya.
Gajhmaz menatap langit dengan kedua matanya yang berseri-seri menantikan dampak seperti apa yang akan lawannya rasakan akibat serangan hebatnya itu. Namun, hal mengejutkan terjadi, Gajhmaz tidak melihat samasekali lawan yang ditargetkannya itu, seakan-akan lawannya tidak pernah ada dihadapannya.
Makhluk itu tertawa dengan kerasnya setelah mengetahui hal itu, sembari berteriak ke angkasa dengan penuh kekesalan.
"Dasar kau burung tua! ... Ternyata kau masih memiliki tipuan kecil semacam ini. Sudah pasti kau menungguku untuk mengeluarkan serangan berkekuatan besar agar kau bisa lari dengan teknik aneh yang kau miliki. Kau bertaruh pada seranganku agar energi besar dari seranganku menghapus residu energi dari skillmu dan membuatku tidak mampu melacak sisa-sisa energimu. Tidak apa-apa pak tua, segera aku akan menemukanmu dan pemuda yang kau selamatkan itu!" Saithe itu meracau tak jelas dengan wajah yang begitu kesal namun tetap dihiasi tawa mengerikan.
Setiap kemampuan Saithe Weapon membutuhkan sebuah konsumsi energi eksistensial untuk melepaskannya, mau itu casting skill, enhance skill, maupun model-model kemampuan lain yang beragam. Setiap energi yang muncul dari orang yang mengeluarkan kemampuan pusaka itu meninggalkan sisa-sisa energi yang disebut residu energi.
Kakek tua itu begitu memahami cara kerja dari kekuatan energi eksistensial yang menjadi sumber daya kemampuan supranatural yang berlaku pada dunia, sehingga dia dengan sengaja mengatur strategi agar dia bisa lari dari makhluk itu tanpa bisa terkejar.
Kakek tua itu memanfaatkan pengetahuannya terkait Saithe yang memiliki kemampuan untuk merasakan energi bahkan sampai tingkatan 'residu' sisa-sisa dan pengetahuan itu yang membuatnya harus menunggu agar tercipta sebuah momen dimana dia bisa melarikan diri sembari menghapus residu energinya dengan memanfaatkan serangan dari lawannya.