Chereads / GHABE: Jiwa Pembangkang Akhrat / Chapter 6 - Ritual Pengikat #2

Chapter 6 - Ritual Pengikat #2

"Tangkap anak itu!", "Kurang ajar"

"Jangan biarkan dia kabur", " Tidak tahu malu!"

"Memang kurang ajar", "Manusia rendahan!"

"Dasar tikus menjijikan!", "Bocah biadab!"

"Kurung dia!", "Serahkan pada para penjaga!"

...

Beruntai-untai kalimat cacian saling bersautan yang terlontar dari mulut orang-orang yang menyaksikan pencurian yang dilakukan oleh Bony malam hari itu di salah satu gerai penjual roti di Pasar Kota Malv.

Bony yang syok dengan segala cacian yang mendadak begitu ramai di kepalanya, hanya bisa diam terpaku sembari menatap temannya di sisi yang berlawanan darinya.

Beberapa orang yang berada di sana dengan cekatan langsung meraih kedua tangan Bony dan membekuk dua tangan mungil itu sehingga melingkar kebelakang punggungnya.

"Henti--" Mulut Fiona mencoba berteriak namun secara mendadak sebuah tangan menutup mulut gadis itu.

Fiona mencoba memandang sosok yang menghentikan teriakannya itu, dan yang dilihatnya adalah tuan penjual roti yang secara perlahan menggelengkan kepala memberi isyarat kepada Fiona untuk berhenti berteriak.

"Kau akan terlibat jika sampai orang-orang itu melihatmu memperdulikan anak itu." Penjual roti membisikan kalimat itu perlahan ke telinga sang gadis.

Bony yang melihat peristiwa itu dalam keadaan terbekuk tiba-tiba saja memunculkan senyuman kecil di wajahnya seolah merasa lega akan suatu hal.

Kemudian, tak berselang lama, orang-orang yang mulai menarik bocah itu untuk dibawa menuju seorang prajurit keamanan kota yang sedang berjaga wilayah pasar pada malam hari itu.

Fiona dari kejauhan sayup-sayup mendengar pembicaraan orang-orang yang membawa Bony pergi, dan yang dia dengar adalah orang-orang tersebut menganggap Bony sebagai orang yang bertanggung jawab atas perkara kasus pencurian yang marak terjadi akhir-akhir ini di pasar.

Padahal Fiona tahu betul bahwa ini adalah kali pertamanya mereka mencuri lagi setelah pencurian terakhir mereka adalah dua tahun silam, tepat sesaat sebelum mereka bertemu dengan Rayn, kakak yang begitu mereka sayangi.

{"Kalian tidak perlu mencuri lagi, aku akan menjamin kalian bisa makan setiap hari tanpa rasa lapar sedikitpun, jadi berhentilah menangis anak-anak cengeng, hahaha."} Perlahan perkataan dari Rayn dua tahun silam seperti terulang kembali dikepala Fiona membuat air mata gadis itu mengalir begitu saja menuruni pipi dan jatuh disela kedua kaki nya.

"Nona kecil, Nona kecil! ... sudah, sekarang kau pulang saja, jangan sampai terlihat mereka lagi." Penjual roti itu nampak khawatir pada gadis itu.

Bony yang perlahan dibawa menjauh oleh prajurit kota, menyempatkan untuk memalingkan wajahnya ke arah belakang dan memberikan sebuah senyuman lebar untuk temannya yang sedang terpaku dengan air mata yang begitu deras mengucur.

Bony nampak mengucapkan sesuatu yang ditujukan kepada teman yang berharga baginya itu.

"bertahan hidup"

Fiona yang melihat gerakan bibir Bony dengan cepat menyadari apa yang sahabatnya itu ucapkan, segera dia menyeka air mata yang terlanjur membasahi wajahnya.

Gadis itu seketika membalikan badan dan mencoba berlari sekencang mungkin kembali menuju lorong yang menjadi tempat persembunyian mereka.

Fiona terus berlari dengan air mata yang berjatuhan ke setiap jalanan yang dia lalui dan menjadikan malam hari itu sebagai salah satu malam paling menyakitkan baginya, malam ketika dia melihat teman hidupnya yang begitu berharga untuk terakhir kalinya.

********************************************************

"Maafkan aku Fiona, aku memang orang yang sangat payah dalam hal membuat rencana" Bony mengucapkan sebuah kalimat yang membuka pintu bagi seluruh air mata yang telah ditahannya sedari tadi.

********************************************************

.....

(Gunung Severu, di halaman belakang kediaman Mpu Ganddru - Di malam yang sama)

"Siaallll!, harus tertahan berapa lama lagi aku disini?!" Rayn tampak seperti orang gila yang sedang meneriaki langit.

Rayn telah berada beberapa jam di dekat tungku penempaan pusaka Mpu Ganddru dan tanpa ada sedikitpun kemajuan.

"Kakek tua itu sempat menjelaskan soal jalur komunikasi antara manusia dan Saithe, tetapi apa syarat terwujudnya jalur itu hanya dengan bersentuhan?" Pemuda itu nampak begitu kebingungan.

"Tidak, tidak ... bukan bersentuhan dalam arti fisik, dia membicarakan perihal energi yang saling mengait dan terkoneksi ... andai saja aku bisa mengeluarkan energi eksistensialku keluar dari tubuhku"

Rayn larut dalam pemikirannya sendiri.

"Aku sedikit mengingat sensasi pengeluaran energi ketika aku sedang menggunakan salah satu teknik menyerang [Incision Storm] milik Arukh. Pada saat itu, aku merasa energiku dan Arukh keluar dari tubuhku dan terpancar begitu saja ketika aku sedang dalam masa penggunaan kemampuan itu, seolah energi itu mampu memanipulasi angin disekitarku sehingga membuatku melesat dengan kecepatan ekstrim ... Aku harus mampu mengingat dengan jelas sensasi saat itu dan menggunakan sensasi itu untuk melatih tubuhku agar dapat mengeluarkan energiku sendiri." Rayn tampak begitu serius.

Waktu berjalan begitu cepat tanpa disadari oleh Rayn. Malam hampir sampai menuju puncaknya, purnama telah begitu gagah di angkasa malam, menemani Rayn mengejar ambisinya.

Meskipun nampak seperti tidak bisa diandalkan, pada dasarnya Rayn merupakan seorang pemuda yang cukup jenius dan cekatan, insting bertahan hidup yang selama ini menuntunnya untuk melalui segala rintangan yang silih berganti menghampirinya.

"Kalau tidak salah, Arukh pernah menjelaskan padaku tentang bagaimana orang zaman dahulu memperoleh pengendalian yang luar biasa akan energi mereka, dia menyebutkan bahwa orang terdahulu cenderung melakukan suatu kegiatan yang disebut 'Semedi' untuk meningkatkan fokus mereka yang akan bermanfaat sebagai alat untuk pengendali energi eksistensial." Rayn perlahan menemukan titik terang atas kebuntuan yang membelitnya.

"Aku tidak akan pernah tahu jika belum mencoba nya" Rayn perlahan memposisikan tubuhnya terduduk dengan kaki bersila dengan jari-jari tangan bagian kiri dan kanan yang saling bertemu.

"Aku mulai!" Rayn segera menutup matanya.

Rayn memulai semedi-nya. Pemuda itu bukannya tiba-tiba mengusai salah satu metode latihan kuno tersebut, melainkan Arukh pernah menjelaskan tata cara pelaksanaan metode itu kepada Rayn.

Pada dasarnya, semedi adalah kegiatan penyelarasan diri manusia dengan alam yang menghidupinya. Merasakan angin yang membelai kulit, merasakan gemuruh bunyi malam yang sunyi penuh kedamaian, mencium aroma bulan yang begitu ranum, serta mencoba menyadurkan diri pada alam seolah kita adalah bagian diantaranya.

Rayn nampaknya sangat mengenal konsep penyelarasan diri tersebut, dia sudah sangat terbiasa untuk beradaptasi dengan lingkungannya, dengan kata lain, mungkin saja dia telah menangkap esensi utama dari metode semedi sudah sedari dulu sekali.

****************

(Beberapa jam tanpa disadari telah berlalu)

Waktu bergulir dengan halusnya bagaikan sebuah gulungan kertas yang sedang digelar. Malam seperti sudah hampir dijemput sang fajar, rona jingga dari timur telah mengisyaratkan kepada Rayn untuk segera membuka mata dan mengakhiri semedi-nya.

"Baiklah, biar kucoba sekarang."

"Datanglah ... [Kein Arukh: Arrival]!" Teriakan pemuda itu begitu menggelegar di sebuah pagi yang begitu tenang.

Rayn mendengar sebuah angin bertiup begitu kencang dari sisi utara, perlahan angin itu mendekat dengan semakin cepat hingga akhirnya sampai ke pergelangan tangannya dan memunculkan wujud aslinya, Keris [Kein Arukh].

****************

(Di dalam kediaman Mpu Ganddru)

Mpu Ganddru perlahan membuka kedua matanya, dan menyeringai. Pertanyaan yang mengganggu benaknya sedari malam hari kemarin akhirnya telah terjawab, dan jawaban yang ditemukan oleh Mpu Ganddru tentang keunikan yang ada pada diri Rayn adalah:

"Dia begitu bodoh!!!"

Mpu Ganddru segera keluar dari kediamannya setelah mendengar gemuruh angin yang begitu kencang dari arah belakang rumahnya. Rayn yang sadar akan kedatangan Mpu Ganddru segera menyiapkan senyum puas berhiaskan sedikit kesombongan untuk membalas penghinaan habis-habisan yang dia terima di hari sebelumnya.

"Kau kecolongan lagi kakek tua, Hahaha." Pemuda itu sontak memberikan salam pagi hari yang begitu menohok kepada Mpu Ganddru.

"Ku akui kau memang berhasil memanggil Arukh kembali padamu, padahal sebelumnya aku sempat berpikir kau tidak akan pernah bisa melakukannya"

"Kau yang memberi tahu aku soal jalur komunikasi itu kan, aku hanya mencoba mendengarkan nasihat-mu itu Kakek tua." Pemuda itu tersenyum dengan menanggung begitu besar rasa bangga.

"Seharusnya, orang yang tidak melakukan ritual pengikat tidak akan bisa menyambung jalur komunikasi itu tanpa bersentuhan dengan Saithe Weapon, tapi aku tidak menyangka kalau kau memang orang yang begitu bodoh, dan sayang sekali kebodohanmu yang memberikanmu kemenangan atas aku" Mpu Ganddru menggelengkan kepalanya karena keheranan.

"Sudahlah, menang berarti menang! ... Arukh milikku!, sesuai janjimu. Lagipula, aku sebenarnya tak tahu apa yang kau maksud dengan kebodohan atau apalah itu tadi ejekanmu kepada ku kek" Rayn semakin merasa tinggi.

"Asal kau tahu, yang kau lakukan barusan untuk menyambungkan jalur komunikasi dengan Arukh bisa saja membuatmu mati dalam sekejap!" Mpu Ganddru tiba-tiba memasang wajah yang begitu serius.

"..." pemuda itu mendadak terdiam setelah mendengar ucapan Mpu Ganddru.

"Ku akui, kau pandai karena tahu satu-satunya cara agar suaramu dapat sampai kepada Arukh adalah dengan menciptakan 'jalur komunikasi' antara kau dan Arukh. Kau pun tahu bahwa jalur komunikasi tercipta tidak hanya melalui kontak fisik melainkan dapat dengan cara melakukan kontak energi, seperti yang baru saja kau lakukan. Tapi disinilah kebodohanmu, kau berhasil membuka akses kontrol pada energi eksistensialmu entah bagaimana caranya, dan kau dengan membabi buta melepaskan seluruhnya energi yang ada pada dirimu dengan harapan pasti akan menjangkau Arukh karena kau berpikir Arukh pasti kusimpan tidak jauh dari tempat ini. Bisa kau bayangkan, jika ternyata ledakan energi yang kau pancarkan dengan asal tadi gagal menjangkau Arukh?" tegas Mpu Ganddru.

"Jawabannya, kau mati! ... itulah yang terjadi apabila seluruh energi eksistensial makhluk hidup keluar dari tubuhnya. Kau beruntung karena kebetulan saja pancaran energimu menjangkau Arukh, sehingga dia bisa langsung melesat dan sampai kepada-mu, sehingga dia bisa mengisi kekosongan energi di tubuhmu akibat pengeluaran energimu yang begitu sembarangan dan mengakibatkan banyak energimu yang terbuang percuma. Fakta bahwa kau masih bisa menghirup udara segar saat ini adalah karena kau menyerap energi dari Arukh!" tambah Mpu Ganddru dalam penjelasannya kepada pemuda ceroboh yang ada di hadapannya.

Seketika setelah mendengar penjelasan lebar dari Mpu Ganddru, Rayn menjatuhkan pandangannya pada pusaka yang sedang melekat di genggamannya.

"Terimakasih, rekan."