Chapter 19 - Bab 19-Hantu Lautan

Hantu dan dedemit

adalah alam lain yang ada dalam diri

ketika kegelapan menghampiri

dan membuat remangnya hati

Ayu Kinasih sedari tadi sudah lemas. Dia berada di situasi yang sungguh aneh namun berbahaya bagi keselamatannya. Seandainya gadis ini tahu yang sesungguhnya, mungkin saat ini dia tidak hanya lemas, namun bisa jadi sudah setengah pingsan.

Wida Segara adalah seorang manusia yang diasuh oleh lelembut semenjak bayi. Gadis ini tidak tahu siapa ayah dan ibu kandungnya. Dia hanya tahu bahwa dirinya adalah anggota dari sekelompok orang atau lebih tepatnya bukan orang, yang menamakan diri mereka sebagai Hantu Pesisir Selatan yang dipimpin oleh ketuanya Hantu Lautan. Kelompok lelembut ini mengabdikan diri mereka kepada Ratu Laut Selatan. Untuk menjaga hubungan, kelompok Hantu Pesisir Selatan selalu berusaha menyenangkan junjungannya dengan mencari tumbal atau persembahan manusia bagi Ratu Laut Selatan

Semakin tinggi derajat manusia yang dijadikan tumbal, maka imbalan maupun perlindungan dari Sang Ratu akan semakin besar. Oleh karena itu Hantu Pesisir Selatan selalu memilih bukan orang sembarangan. Di sepanjang pesisir selatan yang membentang dari ujung hutan Meru Betiri hingga pantai Blambangan, Hantu Pesisir Selatan benar-benar jadi momok mengerikan bagi penduduk desa. Meski tentu saja tidak semua bisa secara langsung berurusan dengan manusia karena alam yang berbeda namun Hantu Pesisir Selatan punya kaki tangan manusia untuk memperlancar urusan mencari tumbal ini.

Wida Segara adalah salah satunya. Gadis ini dididik langsung oleh Hantu Lautan yang merupakan manusia lelembut sakti sebagai anak murid sekaligus ujung tombak mencari tumbal. Gadis ini tumbuh besar menjadi seorang manusia asli yang berwatak lelembut. Dia jarang bergaul dengan manusia kecuali saat berburu tumbal. Kepandaian olah kanuragan dan sihir gadis ini tentu saja sangat tinggi. Hantu Lautan yang menjadi gurunya apabila disandingkan dengan para tokoh dunia persilatan di Tanah Jawa memiliki kemampuan luar biasa yang setara dengan Panglima Amranutta saat Lawa Agung dulu masih ada.

Saat Ario Langit dan Ayu Kinasih mulai memasuki area hutan Meru Betiri, kehadiran mereka sudah tercium oleh Hantu Lautan yang segera mengutus Wida Segara untuk menjebak keduanya agar bisa menjadikan Ayu Kinasih sebagai tumbal istimewa. Gadis itu punya kepandaian tinggi dan merupakan keturunan orang-orang hebat sehingga menjadi pilihan bagus untuk dijadikan tumbal.

Namun Hantu Lautan berpesan kepada Wida Segara agar berhati-hati. Ario Langit bukan manusia biasa. Pemuda anak angkat Arawinda itu selain sakti juga merupakan anak manusia yang separuh darahnya diturunkan dari bangsa gaib di laut utara. Ayahnya adalah Pangeran Siluman Karimun Jawa, putra tertua Ratu Laut Utara sedangkan ibunya adalah tokoh sakti yang dulu membuat geger daratan Jawa dari ujung timur hingga ujung barat.

Putri Anjani yang dalam pertempuran di Benteng Pangcalikan dikira telah tewas sebetulnya belum betul-betul tewas. Setelah terluka sangat parah di tangan Arya Dahana, Putri Anjani diselamatkan oleh Pangeran Siluman Karimun Jawa yang diutus oleh ibunya untuk memata-matai pertempuran besar itu. Pangeran siluman itu membawa Putri Anjani ke Istana Laut Utara dan berusaha mengobatinya. Namun akibat perpaduan pukulan Bayangan Matahari dan Busur Bintang yang mengenai tubuhnya, Putri Anjani tidak bisa disembuhkan. Putri dari Laksamana Utara itu hanya bisa bertahan hidup selama lima tahun.

Selama lima tahun penuh, Pangeran Siluman Karimun Jawa merawat Putri Anjani tanpa kenal lelah. Pangeran ini akhirnya jatuh cinta kepada Putri Anjani. Dari rahim tokoh wanita sakti ini lahirlah dua orang anak dengan selisih usia dua tahun. Dewi Lastri merupakan anak pertamanya yang dididik langsung oleh neneknya dan Ario Langit yang berada di asuhan ayahnya sendiri. Kedua anak itu tinggal di Pulau Laut Utara peninggalan Laksamana Laut Utara karena tidak mungkin bagi mereka yang masih kecil untuk tinggal di istana gaib Laut Utara. Hanya saat-saat tertentu saja Ratu Laut Utara, Pangeran Siluman Karimun Jawa dan Putri Anjani mengunjungi anak-anak yang berdarah campuran itu.

Mereka dijaga oleh pasukan penjaga dan diasuh oleh dayang-dayang yang semuanya adalah manusia. Karena itulah keduanya tumbuh besar hingga usia lima dan tiga tahun sebagai manusia sampai akhirnya pasukan Majapahit menyerbu pulau dan menghancurkannya. Dewi Lastri berhasil bersembunyi dan kemudian ditemukan oleh ayahnya yang datang berkunjung. Sedangkan Ario Langit diselamatkan oleh Arawinda yang memang sengaja pergi ke pulau untuk mencegah pasukan Majapahit berbuat sewenang-wenang. Namun kedatangannya terlambat. Seluruh pulau telah dibumi hanguskan. Dalam kekacauan itu Arawinda menemukan seorang anak kecil yang nyaris tewas terpanggang di bangunan yang dilahap api.

Sebelum kejadian mengenaskan itu, Putri Anjani sudah habis umur saat melahirkan Ario Langit dan Dewi Lastri berusia 2 tahun. Putri Anjani dalam sisa-sisa hidupnya menuliskan seluruh kepandaiannya dalam sebuah kitab dan meminta kepada Pangeran Siluman Karimun Jawa agar memberikannya kepada Dewi Lastri. Anak perempuan yang setelah dewasa menjadi seorang Gadis Penebar Maut yang mengerikan. Dewi Lastri sengaja dibentuk menjadi perempuan yang sangat pendendam karena ibunya menuliskan nama orang-orang yang kelak harus dihabisi olehnya karena telah membuat hidup ibunya menjadi sangat sengsara dan teraniaya.

Oleh sebab itulah kemunculan Gadis Penebar Maut yang mengerikan dan sanggup membunuhi orang seperti membasmi lalat memang telah direncanakan lama. Dewi Lastri tumbuh besar menjadi seorang gadis sakti yang keji dan penuh dendam. Tujuannya hanya satu. Membalaskan dendam ibunya kepada nama-nama yang dituliskan di halaman terakhir kitab Puncak Prahara dan Gora Waja.

Ario Langit kebalikannya. Karena dibesarkan oleh Arawinda yang berwatak baik, Ario Langit menjadi pemuda perkasa yang hadir di dunia sebagai pembela kebenaran dan keadilan. Pemuda yang kemudian terkenal di mana-mana dengan julukan Pendekar Langit.

Ketika jebakan lelembut dilakukan terhadap mereka berdua, Ario Langit terbangkitkan. Darahnya yang separuh gaib langsung bereaksi terhadap jebakan lelembut. Pemuda itu bisa melihat dengan jelas melalui mata batin apa yang sesungguhnya sedang terjadi.

Wida Segara sedang bingung apa yang mesti dilakukan selanjutnya terhadap dua orang ini. Hantu Lautan berpesan kepadanya agar jangan sampai menimbulkan permusuhan yang tidak perlu dengan pihak laut utara. Namun jelas-jelas bahwa pemuda keturunan siluman dari laut utara itu membela mati-matian gadis yang rencananya akan dijadikan tumbal.

Dalam kebingungannya, Wida Segara terselamatkan dengan kedatangan gurunya yang tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingnya. Hantu Lautan yang merupakan pemimpin dari Hantu Pesisir Selatan mempunyai keadaan yang sama persis dengan Ario Langit. Seorang peranakan manusia dan lelembut.

Hantu Lautan yang tahu kebingungan muridnya menyentuh lengan Wida Segara untuk menenangkannya. Dia akan mengambil alih urusan.

"Kisanak Pendekar Langit, perkenalkan namaku Hantu Lautan. Aku hanya minta pengertianmu untuk melepaskan gadis itu. Kami akan mengangkat derajatnya dengan mempersembahkannya kepada junjungan kami."

Ario Langit mendengus marah. Dia tahu bahwa orang di depannya ini berkepandaian tinggi dan dia juga tahu persis bahwa lelaki setengah baya tinggi kurus ini punya kesamaan dengannya.

"Hantu Lautan, aku menghormatimu sebagai sesama orang campuran. Tapi kau juga harus menghargaiku untuk tidak mengganggu gadis yang bersamaku ini. Tinggalkan kami dan aku akan menganggap kejadian ini tidak ada." Ario Langit menatap tajam Hantu Lautan dan Wida Segara bergantian. Menunjukkan betapa serius kata-katanya. Anehnya, sepasang mata yang tadinya normal, sekarang berubah hitam seluruhnya.

Ayu Kinasih yang menyaksikan semua dengan jantung berdegup kencang, nyaris pingsan melihat sepasang mata Ario Langit.

-*********