Chereads / M.R PLAYBOY'S MY HUSBAND!! / Chapter 21 - 21. Posisi Yang Ambigu

Chapter 21 - 21. Posisi Yang Ambigu

KRIIIIIING...!!

Rino membereskan buku pelajarannya, Setidaknya ia masih harus menyempatkan diri untuk belajar karena hari ini di kelasnya ada ulangan matematika. Setelah itu Rino bergegas menuju ke lapangan untuk melaksanakan upacara bendera hari Senin, Kemudian bergabung dengan barisan laki-laki kelas 11-A IPA.

Yuni "Eeh lihat Kak Burhan jadi Pemimpin Upacara!" Seru Yuni dari barisan perempuan.

Risma "Ih iya loh! Gantengnya ya ampun!!" Puji Risma.

Rendi "Masih gantengan juga gue!" Ucapnya membanggakan diri.

Risma "Hueek... Ganteng dari Hongkong!" Kata Risma mengejek.

Ikhsan "Sudah-sudah! Sebentar lagi mau upacara jadi kalian diam!" Perintahnya sebagai ketua kelas membuat mereka diam, Bila ada yang ribut maka dialah yang biasanya dimarahi guru.

Kali ini petugas upacara bendera di tanggung jawab oleh kelas 12-B IPS dengan Burhan sebagai pemimpin upacara. Arwin juga dengan terpaksa ikut upacara hari ini, Karena sama sekali tidak memiliki tugas akhirnya ia menjadi murid buangan, Alias tukang nyanyi bersama yang lainnya.

Rino mengerutkan keningnya melihat Burhan, Sepertinya ia pernah melihat remaja itu tapi entah dimana.

Rino "Mungkin hanya mirip" Gumanya.

Lintang "Siapa?" Tanyanya dari samping, kebetulan mereka berdampingan. Rino menggelengkan kepalanya sebagai jawaban membuat Lintang mendengus.

Pembawa naskah Upacara mulai membacakan isi upacara satu persatu hingga tiba giliran Abdul Kholiq, sang kepala sekolah sebagai pembina upacara maju di ikuti pembawa naskah Upacara kemudian menyerahkannya kepada kepala sekolah dan Pak Abdul membacakan isi naskah diikuti seluruh siswa SMA NEGERI SULTENG secara bersamaan. Setelah itu tiba saatnya Sang Kepsek memberi amanat paling membosankan sepanjang sejarah persekolahan.

Burhan "ISTIRAHAT DI TEMPAT.... GRAK!!" Teriak lantang Burhan lalu semua Siswa mengikuti perintahnya untuk beristirahat di tempat.

Kepsek Abdul Kholiq "Assalamualaikum dan selamat siang anak-anak" Sapa sang kepala sekolah untuk membuka pembicaraan pagi ini.

Murid-murid "Waalaikum salam pak!/Selamat siang juga Pak!!" Jawab antusias dari murid-murid yang Muslim maupun non-muslim.

Jam masih menunjukkan pukul 09.23 saat ini, Matahari juga nampaknya sedang bersemangat untuk menyinari bumi dan seluruh isinya tak terkecuali para murid yang sedang berbaris di lapangan. Banyak yang mulai mengeluh kepanasan namun sebagian lagi santai karena di lapangan sekolah mereka yang luas itu ada beberapa pohon besar yang di tanam sehingga mereka yang berada di bawahnya tidak akan merasakan panasnya matahari.

Abdul Kholiq mulai memberi wejangan kepada murid-muridnya. Sebagian ada yang mendengarkan dan sebagian lagi memilih acuh, entah bercerita dengan teman sebarisnya, atau memandang ke sembarang arah yang tentunya mereka lakukan secara diam-diam tanpa ketahuan guru yang berjaga di belakang.

Abdul Kholiq "Tidak terasa kalian sudah akan melaksanakan ujian Nasional bulan depan nanti, Jadi bapak harap kalian harus banyak-banyak belajar entah itu di sekolah atau di rumah kalian, Jangan nanti di suruh baru belajar, Bapak di sini hanya mengingatkan kalau ujian sudah dekat sedang untuk informasinya kalian pasti sudah tau dari bulan-bulan lalu. Jadi Bapak selalu kepala sekolah menghimbau kepada kalian agar belajar dan belajar, jangan mengecewakan Orang tua kalian yang sudah susah-susah menyekolahkan kalian disini dan jangan kecewakan guru-guru kalian juga sebab gagalnya murid bisa membuat guru-guru sedih, Jadi bapak mohon kerjasama dari Kalian. Sekian dulu amanat dari bapak, Selebihnya akan disampaikan oleh Pak Yanto sebelum kalian bubar nanti. Kurang dan Lebihnya bapak Mohon maaf, Assalamualaikum, Selamat Siang" Ucap sang Kepsek panjang lebar, Murid-murid bernafas lega mendengarnya, Hampir 2 jam mereka berdiri di Lapangan membuat kaki mereka sangat keram.

Selesai upacara, Pak Yanto maju ke depan.

Yanto "Anak-anak hari ini bapak lihat sekolah kita sangat banyak sampah berserakan dimana-mana, Untuk itu sebelum masuk kelas kita akan mengadakan kerja bakti" Ucapnya kepada seluruh murid.

Murid "YAH!!!!" Pak Yanto terkekeh melihat Murid yang tadinya bersemangat ingin masuk kelas kini mendadak lesu bagai tisu.

Yanto menambahkan "Tidak ada yang boleh masuk di kelas sebelum pekerjaan selesai, Karena guru-guru akan berjaga di masing-masing kelas... Sekarang mari kita mulai!"

Satu persatu murid-murid mulai berpencar ketika melihat sampah, Tak terkecuali Rino. Dia berjalan-jalan untuk mencari-cari sampah dengan melihat sana-sini sampai dia tidak sengaja menabrak seorang siswa yang tengah membungkuk memunguti sampah.

BRUK!

"Wah!!!"

"Anjing!" Teriak keduanya, Mereka sama-sama jatuh ke tanah. Mata murid-murid nampak melotot bahkan tidak sedikit dari mereka yang tertawa melihat posisi ambigu itu.

Rino jatuh di atas siswa itu dengan posisi menungging, Kepalanya bersandar sempurna di dada yang berlapis seragam itu. Si siswa yang tak lain adalah Burhan juga berposisi dibawah dengan sebelah lutut terangkat menyentuh tengah bokong Rino. Saking meratapi kesakitan, Keduanya masih betah di posisi itu dan menjadi tontonan murid-murid di lapangan.

Lintang "Woi! Betah amat lu pada" Celetuknya sembari mendekati keduanya.

Mendengar itu Rino dengan malu-malu bangkit kemudian membantu Burhan, lagipula Burhan juga tidak menolaknya.

Rino "Maaf kak, aku tidak sengaja" Dia menundukkan kepalanya.

Dia menatap adik kelasnya itu sembari membersihkan belakang bajunya serta celananya dengan tangan. Sedetik kemudian matanya sedikit terbuka lalu mengangkat dagu Rino untuk mendongak kepadanya.

Burhan "Loh!, Lo kan yang waktu itu tabrak gue terus kabur kan?" Tebaknya.

Rino meringis saat mengingat kejadian itu "Hehe... Iya kak, sekali lagi aku minta maaf"

Lintang "Oi, Gue dari tadi cem anti nyamuk doang di sini" Tegurnya. Burhan segera melepaskan tangannya dengan gerakan kikuk.

Burhan "Okelah... Gak masalah, Lain kali hati-hati" Setelah mengatakan itu dia membungkuk, lanjut memunguti sampah.

Rino "Makasih kak" Jawabnya disertai senyuman lesungnya, Sayang Burhan tidak melihatnya dan hanya mengangguk sebagai jawaban. Setelahnya Rino juga membungkuk mengikuti Burhan memungut sampah.

Lintang "..." Kesal rasanya tidak dihiraukan, dia mendengkus lalu ikut keduanya dalam kegiatan bakti.

Dari kejauhan Arwin menyaksikan semuanya. Posisi tadi membuatnya tubuhnya panas, Serta ingatan soal mimpinya kembali terulang di kepalanya. Sebenarnya tidak terima melihat kedekatan teman serta adiknya dengan Rino, Entahlah dia pun tidak tahu kenapa.

Wardi dan Janu saling melirik.

Wardi "Si Arwin napa tuh?" Tanyanya.

Janu mengangkat bahu acuh dan menjawab, "Mene ketehe, Dari tadi matanya belok ke Lintang, Burhan sama Rino"

Fanda "Cemburu kali dia pacarnya dikerumuni adik sama teman sekelasnya sendiri" Sahutnya dari belakang keduanya, Sengaja mengeraskan volumenya agar di dengar oleh seseorang.

Seseorang itu menoleh dengan pandangan tajam ke ketiga sahabatnya terutama Fanda, "Lo ngomong apa barusan?" Dia bertanya kepada Fanda.

Tersenyum kecil, Fanda menggelengkan kepalanya dan lanjut memunguti sampah. Arwin mencibir sebelum melakukan pekerjaannya. Biarpun dia anak nakal tapi jika malaikat kebaikan menamparnya maka dia akan rajin seperti ini.