Kembali tak terjadi apa-apa membuat Juan berfikir ini adalah hal yang teramat aneh. Bagaimana tidak, semua yang telah mereka lalui berujung seolah tak terjadi apa-apa.
Athena berjalan memasuki kantor, jarang-jarang ia mengenakan pakaian kantor pada umumnya.
Tok..tok..
"Nona, anda kedatangan tamu. "
Siapa yang menyangka tamu itu adalah seorang pria dengan setelan pakaian santai. Athena mengalihkan pandangannya dari iPod, yang sibuk memperhatikan data-data perusahaan.
Juan langsung duduk di atas sofa, menyandarkan punggungnya dengan leluasa.
"Sikap kau sedikit tidak sopan tuan Haze, " Athena berdiri menghampiri tamunya itu dan bergabung duduk di hadapannya.
"Tak berbeda dengan dirimu nona Zilgasta. " yah ucapan Juan memang tidak bisa ia sangkal.
"Katakan apa yang membuatmu kemari, " tanpa basa-basi karena Athena takut tidak akan bisa menahan dirinya lagi.
"Kau tidak menawariku minum? Selain tidak berperasaan kau juga tidak ramah. " entah mengapa mendengar ucapan Juan yang seperti sindiran itu membuat Athena semakin tidak bisa menahan dirinya.
"Kau ingin minum apa? " tanya wanita itu dengan nada dingin, walau tampak seperti itu dari luar.
"Lupakan, aku sudah tidak haus. " Athena masih berusaha sabar sedangkan Juan berusaha untuk mempermainkan kesabaran Athena. Sampai mana wanita itu menahan dirinya?
Jika Athena benar-benar tidak mencintainya mengapa ia rela mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkannya tempo hari? Pasti ada alasan mengapa sikap nya berubah seperti ini dan Juan mengunjunginya untuk mencari alasan tersembunyi itu.
"Sepertinya kau sangat senggang tuan Haze, " panggilan formal itu sangat dibenci oleh Juan. Seolah hubungan mereka hanya sebatas rekan bisnis.
"Berhenti memanggilku tuan Haze, aku membencinya. " ucap Juan berterus terang.
"Melihat sikap mu yang seperti ini sangat membuatku terganggu. " Athena yakin Juan sangat membencinya ketika dirinya kepergok tengah membunuh seseorang, namun sekarang? Ada apa dengannya.
"Aku berusaha untuk memahamimu, "
"Jangan mencoba untuk memahamiku, " Athena berdiri dan berjalan menuju meja panjang yang di atasnya terletak mesin kopi dan beberapa jenis minuman lainnya. "Kau suka Latte? "
"Apapun. " menyebalkan melihat sikap Athena yang seperti ini.
Keadaan begitu hening menikmati secangkir latte buatan Athena yang sangat enak, melebihi rasa latte yang biasa ia beli.
"Kau sibuk? " pertanyaan Juan memecahkan kecanggungan.
"Kenapa baru kau ajukan pertanyaan itu, " ucapnya tanpa menjawab pertanyaan Juan.
"Aku akan bermain golf, ikutlah. " nada yang terkesan memperintah.
"Kau memperintah ku? " kesal Athena.
"Tidak. Aku mengajakmu, " berhubung jadwal nya sudah berantakan tidak ada salah nya Athena mengiyakan ajakan Juan.
Melihat Athena mengenakan pakaian golf pun mampu membuat Juan jatuh cinta, sampai kapan keadaannya harus seperti ini.
"Ada apa dengan tatapan mu padaku, " tatapan yang ingin membuat Athena berhambur untuk memeluk tubuh Juan.
"Aku sangat ingin memelukmu, " jawaban spontan yang membuat jantung Athena berdegup kencang. Sekejam apapun Athena tetap saja ia juga seorang wanita yang masih memiliki sesuatu yang bernama hati.
"Kau tidak takut? Bisa saja aku membunuhmu, " kakinya terbuka dan tangan nya bersiap-siap untuk memukul bola alih-alih menahan dirinya. Langit begitu cerah sangat sempurna untuk bermain golf.
"Jika kau ingin membunuh ku kau bisa melakukannya sekarang, " Athena menghentikan kegiatannya yang hendak memukul bola, menoleh menatap Juan dengan tatapan heran.
"Ada apa dengan mu hari ini? Ucapan mu sangat tidak terduga. "
Juan menarik pinggang Athena agar bisa melihatnya dengan jelas. Siapa yang tidak salah tingkah dengan sikap Juan saat ini.
"Ka..kau —cup, " kecupan manis itu seolah membuat berbagai macam kupu-kupu di dalam perutnya beterbangan. Sensasi apa ini, apakah Athena merindukan ciuman ini.
Juan menggigit kecil bibir Athena, sebagai bentuk kesalnya selama ini. Wanita itu terdiam seolah tidak mempunyai tenaga untuk mendorong Juan agar menjauhinya, seolah tidak ingin melepaskan ciuman itu.
"Kau sudah membunuhku sebanyak dua kali, saat kau meninggalkan ku malam itu dan saat kau kepergok olehku tengah membunuh seseorang. " lirihan Juan yang sepertinya akan menitikkan airmata.
Athena masih terdiam memandangi manik Juan yang tertunduk menatap rumput, Athena meraih tangan Juan yang menahan pinggangnya berusaha melepaskan dengan lembut namun semakin di eratkan oleh Juan.
"Akankah kau membunuhku untuk yang ketiga kalinya? " mata mereka bertemu, saling menatap dengan makna tersendiri. Harus seberapa kuat lagi Athena bisa menahan dirinya.
"Kau akan lebih sering terluka jika selalu berada di sekitarku, kecelakaan itu bukanlah apa-apa. " masalah ini sangat serius karena menyangkut pria yang Athena cintai.
"Kau bodoh. Apakah aku selemah itu di matamu? " benar juga, Juan tidak selemah itu.
Athena lagi-lagi terdiam, "mengapa kau harus setampan ini. " giliran Athena yang mendaratkan bibirnya, mendapatkan ciuman sukarela itu membuat Juan semakin bersemat.