Semua wanita akan menjadi ratu ditangan laki-laki yang tepat, itulah perumpamaan yang sangat tidak cocok untuk seorang Neana. Seorang pengusaha makanan yang sukses hidup di negeri orang, hidupnya hanya terobsesi dengan uang, uang dan uang. Bukan karena dirinya jelek atau tak menarik, tubuhnya tinggi dengan berat badan yang ideal. Bukan hanya itu, Neana adalah satu-satunya perempuan yang hidup di negeri orang setelah menyelesaikan kuliahnya disalah satu universitas di Korea dengan beasiswa sepenuhnya dari SMA hingga S2. Tekatnya yang kuat membuat dirinya pergi meninggalkan negara bahkan kota kelahirannya 10 tahun yang lalu, segala asam, garam dan hinaan telah ia telan mentah-mentah. Sikapnya yang berusaha bodo amat membawa dirinya ke sebuah kesuksesan meskipun tanpa adanya pendamping disisinya. Semuanya berawal ketika 15 tahun yang lalu seorang Neana muda hidup dikota yang cukup besar, hidupnya ia jalani menjadi seorang siswa yang rajin dan penurut kepada guru dan orang tuanya. Namun, disinilah seorang Neana kecil ditempa untuk menghasilkan berlian yang indah dan bernilai jual tinggi.
"Rasain tuh, dasar jelek. Pelit banget sih!" bentak seorang siswi bernama Kelli yang dengan sengaja melempar bungkusan susu basi yang sengaja ia simpan di laci mejanya.
Iya, dialah Neana. Siswi kelas 5 sekolah dasar yang hidupnya dihabiskan untuk menjadi jongos atau investor dari mulut besar Kelli. Kelli tak segan-segan menyiram Neana dengan jus yang sangat dingin dipagi hari jika dirinya tak mendapatkan uang saku dari Neana. Jika kalian berpikir Kelli adalah anak orang tidak punya, itu salah besar. Ayahnya seorang pengusaha ayam potong yang menghasilkan omset hampir 17 juta dalam waktu satu bulan. Itu semua Kelli lakukan hanya atas dasar iri dan dengki kepada Neana yang termasuk saingannya dalam mendapatkan peringkat pararel disekolahnya. Semua guru tentu tidak akan mengetahui sikap jahat Kelli, karena semua siswa seperti sudah hafal. Jika dirinya melawan dan membela Neana, ialah orang yang akan melanjutkan peran Neana selanjutnya.
"Ini apa? Kok basah gini sih?" tanya seorang guru agama yang masuk ke kelas 5 pagi itu.
"Nggak tau tuh bu, Neana buang susu basi sembarangan. Iya kan, temen-temen?" tuduh Kelli dengan menghasut teman-temannya untuk mengikuti perkataannya.
"Iya, buuu" jawab serentak siswa kelas 5 dengan saling bertatap-tatapan.
"Neana! Bersihin ini semua!" seru Bu Cahya menyuruh Neana yang telah basah kuyup oleh susu yang dileparkan Kelli tadi.
Neana yang tidak ingin menambah masalah dengan mengatakan yang sebenarnya dan hanya menuruti perintah Bu Cahya, dirinya bergegas ke kamar mandi siswa untuk mengambil peralatan kebersihan untuk membersihkan tumpahan susu yang mengenai dirinya. Tidak hanya itu, Neana bahkan tidak diperbolehkan masuk kekelas hingga pelajaran Bu Cahya selesai hanya karena tubuhnya yang bau susu basi dan menganggu teman-temannya dalam menerima pembelajaran.
Neana yang malang hanya duduk di taman sebrang kantin untuk menunggu bel selanjutnya berbunyi, dirinya yang terbiasa menulis pun lebih memilih mengarang sebuah cerita yang kemudian dirinya simpan sebagai koleksi tulisannya. Bu Wanti, seorang penjual makanan dikantin yang tidak sengaja melihat Neana duduk di taman yang berada diseberang kantin pun mendekati Neana yang sedang asik menulis.
"Kamu kenapa nggak masuk kelas, nduk?" tanya Bu Wanti sambil mengelus kepala Neana.
"Nggak boleh masuk, bu" jawab Neana yang tidak menatap wajah Bu Wanti.
"Loh, kenapa? Kamu nakal?" tanya Bu Wanti lagi.
"Ini, bajuku bau susu basi" jawab Neana polos menunjukkan seragamnya masih masih setengah kering.
"Kasian sekali kamu, nduk. Selalu jadi bulan-bulanan teman mu" batin Bu Wanti yang tidak berpaling memandangi Neana dari ujung rambut hingga ujung kakinya.
"Nggak mau ganti baju aja? Bu Wanti ada kaos olahraga punya cucu Bu Wanti,
"Nggak usah, bu. Bentar lagi juga pulang, tuh kan bener" jawab Neana yang diiringi dengan suara bel tanda pelajaran hari ini telah selesai. Neana sengaja menunggu agak sepi, karena dirinya takut akan dikerjai lagi oleh Kelli dan teman-temannya.
Seperti yang sudah Neana duga, ketika dirinya masuk kedalam kelas. Dirinya mendapati tasnya yang terbuka dan bukunya yang berserakan dibawah meja tempat duduknya, beberapa buka terisi penuh oleh coretan-coretan tak beraturan dan sisanya terdapat bekas injakan sepatu yang sebelumnya telah menginjak tanah merah, sehingga buku Neana hari itu tidak ada yang bisa digunakan lagi. Tidak hanya itu, ketika dirinya pergi ke parkiran untuk mengambil sepedanya dan bergegas ingin pulang. Neana justru kehilangan sepeda pemberian kakeknya, Neana yang kebingungan berusaha mencari sepedanya ke sisi-sisi sekolahnya hingga dirinya melihat sebuah stang sepeda yang timbul diatas gorong-gorong samping sekolahnya. Dengan perasaan marah yang ditutupi dengan wajah polos, Neana angkat sepeda itu dengan sekuat tenaga beradu dengan lumpur dibawah gorong-gorong itu. Air matanya mengalir, matanya yang rabun makin tak melihat apa-apa karena tertutupi oleh buliran ari mata yang jatuh ke pipinya. Dirinya bukan tak ingin melawan, namun lagi-lagi dirinya hanya bisa pasrah dan menerima semua perlakuan Kelli.
Dengan rasa lelah dan haus akhirnya Neana sampai dirumahnya yang terbuat dari kayu. Dirinya segera masuk kedalam rumah untuk membersihkan diri dan meminum segelas air untuk melepaskan dahaganya. Baru saja dirinya melangkah memasuki rumah, bapaknya yang terkenal temperamen tiba-tiba menampar Neana hinga dirinya terjatuh dilantai. Rina, ibu Neana yang melihat itu segera menghampiri anak sulungnya yang sedang dihajar oleh bapaknya.
"Dari mana aja kamu? Kamu disekolah ngapain aja? Kamu main kan?" tanya Aiman memarahi anaknya.
"Liat ini, ini. Kenapa buku kamu kotor semua, trus tadi bapak juga liat sepeda kamu penuh sama lumpur kering. Kamu ngapain aja sih?! Haaaahh?!" tanya Aiman lagi dengan tangan yang hendak memukul anaknya.
"Udah! Udah! Sini! Pukul aku aja sini!" seru Rina memeluk anaknya.
"Kamu selalu aja belain anak mu, makanya anak mu jadi pembangkang. Nggak tau diri, nggak kaya Kelli tuh. Nurut sama orang tuanya, nilainya juga bagus-bagus. Haaah! Udahlah, aku mau pergi. Bosan dirumah" seru Aiman penuh amarah pada anak dan istrinya.
"Kamu nggak papa, Na? Kamu dari mana aja sih? Kok jam segini baru pulang?" tanya Rani pada anaknya yang kini duduk disebelahnya.
"Nggak papa, bu. Neana mandi dulu" kata Neana yang berlalu meninggalkan ibunya.
Neana bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya dan mencuci seragamnya yang kotor karena besok seragam merah putih yang dipakainya tadi akan dipakai keesokan harinya. Dirinya sengaja menutupi masalah pembulian disekolahnya karena dirinya merasa kasihan dengan kedua orang tuanya, ia tak sengaja melihat segelas air tajin yang habis diminumkan kepada adiknya sebagai pengganti susu formula yang tidak mampu orang tuanya beli untuk adiknya.
Neana yang merasa lebih segar keluar dari kamar mandi dengan perasaan gembir, dibukanya tudung saji diatas meja makan. Terdapat satu bakul nasi dengan lauk tahu goreng kesukaan Neana dan sayur caisim yang dibeli ibunya dipenjual sayur keliling. Sayur yang sebenarnya ditukar dengan kantong keresek yang dikumpulkan ibunya saat berbelanja selama berhari-hari. Tak jarang pula Neana menukarkan beberapa kantong kresek untuk mendapatkan sebungkus jajan mie-mie an yang bisa langsung dimakan.
"Bu, mau beli ini. Tapi tuker pake kresek ya?" tanya Neana yang telah mengambil satu buah jajanan yang diinginkannya.
"Aduuuh, kalo kaya terus ya akunya bangkrut" kata seorang penjual yang jajanannya ditukar dengan kantong kresek yang dibawa Neana.
"Nea, Neana. Sini" panggil seorang nenek penjual jajan yang letaknya bersebelahan jauh dari penjual tadi.
"Kamu kalo mau beli jajan di embah aja ya?" kata Mbah Jumi.
"Tapi aku pengen ini, di mbah nggak ada" jawab Neana polos menunjukkan jajan yang diinginkannya.
"Yaudah, besok mbah kulakin ya. Tapi Neana harus beli di mbah, pake kantong kresek ya" kata Mbah Jumi.
Terkadang ada juga orang baik yang mau menolong kita disaat kita benar-benar membutuhkan sepasang tangan tanpa sayap. Mbah Jumi contohnya, dia dengan ikhlas membantu Neana. Sebenarnya Mbah Jumi juga sangat membutuhkan pertolongan orang lain karena statusnya yang seorang janda tua, namun dengan hatinya yang bersih dan penuh dengan kasih sayang. Dirinya menyayangi Neana seperti menyayangi cucunya yang jauh disana.