Chereads / Silver Dynasty | Dinasti Perak / Chapter 12 - ●11.000 tahun silam (5)

Chapter 12 - ●11.000 tahun silam (5)

Kecantikannya tak pernah meninggalkan istana.

❄️💫❄️

Selama ini hanya diabdikan bagi sang raja dan demi menghadirkan penerus takhta Aswa. Ratusan tahun telah ia buktikan kesetiaan bagi Shunka hal Aswa yang menjadi belahan hati sejak mereka pertama kali bertemu dan dijodohkan sebagai pasangan abadi.

Sepasang mata berwarna langit yang dimilikinya, menjadi penentram Shunka bila ia gundah gulana. Setiap kali diliputi amarah, hanya dengan melihat sosoknya dan berada di sisinya telah memadamkan api dalam diri Shunka. Tak pernah sekalipun Shunka ingin berada jauh dari istrinya, apalagi berpisah darinya. Hadiah paling berharga yang telah dipatrikan bagi dirinya adalah kelak akan bersama-sama berdua hingga mati.

Sebelum pernikahan mereka, anggota dewan istana dan orangtua mereka memberikan kekuatan istimewa bagi mempelai Shunka saat itu : sang putri memiliki keahlian yang akan dibutuhkan kerajaan Aswa saat genting, di saat yang lain tak dapat melakukan.

Shunka jatuh cinta sejak pertama kali bertemu dan tak pernah berniat memanfaatkan kekuatan ajaib istrinya untuk perkara-perkara kerajaan yang sulit. Lagipula, ratusan bahkan ribuan tahun wangsa Pasyu hidup dalam kedamaian ; bersanding dengan wangsa Akasha. Mengapa pula membutuhkan kekuataan luarbiasa untuk mengatasi masalah?

Tapi bukan tanpa alasan dewan istimewa istana dan raja ratu dahulu memberikan kekuatan khusus pada sang putri yang kini menjelma ratu.

❄️💫❄️

Ruang peraduan Shunka tak pernah terasa sesempit ini.

Jendela-jendela raksasa yang dibuka untuk menangkap gerakan angin, tetesan hujan, kilatan petir dan bisikan-bisikan rahasia malam tak dapat membawa rasa tenang bagi dirinya.

"Aku tak ingin melibatkanmu pada awalnya, Laira," Shunka sungguh diliputi kebimbangan.

Senyum indah Laira mengembang.

Shunka kini merasa resah memandang wajah istrinya.

"Apakah Sang Raja ingin merendahkanku?" goda Laira.

Shunka menggeleng-gelengkan kepala, "Kau selalu istimewa dan kau, juga pemimpin Aswa."

"Hamba selalu ingin menyenangkan Sang Raja dan tentu, apabila dibutuhkan; sangat ingin membantu Paduka," Laira berujar lembut.

Shunka menatap istrinya.

"Apakah anak-anak baik-baik saja?" Shunka bertanya.

"Mereka dalam pengawasan terbaik para pelindung dan pelayan Aswa," Laira meyakinkan.

"Aku ingin meminta bantuanmu, yang tak dapat dilakukan pihak lain," Shunka menurunkan nada suara.

Alis Laira yang tebal dan melengkung, naik.

"Apakah Paduka kehilangan rasa percaya pada Gosha dan para pemimpin pasukan serta anggota dewan?" sang ratu bertanya.

Shunka menarik napas panjang.

Gosha adalah abdi kepercayaan. Tangan kanan. Telinganya. Matanya.

Namun kejadian beberapa waktu lalu saat pertemuan dengan para raja wangsa Akasha dan para penglima mereka; Shunka berpikir bahwa ia harus mempersiapkan rencana lebih besar. Ia melihat kekuatan Vanantara banna Wanawa dan Milind, Jaladri banna Jaladhi dan Vurna, Nadisu banna Gangika dan Kavra, juga Araga banna Giriya dan Rakash. Para raja Akasha dan para panglima mereka terlihat menghimpun kesatuan sementara raja wangsa Pasyu terlihat lengah dan tak siap. Bahkan, Tala hal Vasuki tak hadir.

Ahya.

Mengingat Tala hal Vasuki, Shunka menghela napas.

Apakah ia telah melangkahi sekutunya sendiri, ketika Vanantara mengajak dua wangsa besar dunia berunding? Ataukah sebenarnya, ia pun dicekam rasa was-was menghadapi Tala hal Vasuki? Apakah seluruh rasa wangsa Pasyu bersatu sebagaimana wangsa Akasha? Mengapa ia meragukan bahwa raja Ame dan raja Rohid memiliki pemikiran yang sama dengannya? Terlebih lagi, ia merasa bahwa Tala hal Vasuki selalu memiliki pemikiran dan tindak tanduk yang berseberangan.

Mengapa Pasyu tak bisa seperti Akasha?

Mengapa mereka tak bisa satu suara?

Mengapa Tala hal Vasuki seperti menyembunyikan sesuatu?

Mengapa ia sendiri tak dapat menguatkan ikatan dan kendali terhadap kerajaan Pasyu Paksi dan kerajaan Paksu Mina? Apakah sesungguhnya, wangsa Pasyu tak pernah sekuat wangsa Akasha?

Berbagai pertanyaan dan keraguan menghantam benak. Shunka tentu tak dapat memuntahkan semua beban pikiran pada Gosha dan dewan kerajaan. Ia harus berhati-hati demi nama baiknya sendiri. Dan ia juga harus berhati-hati agar jangan sampai kecurigaannya bocor ke luar kerajaan. Bagaimana jika kecurigaannya tak mendasar dan justru menyinggung raja Tala hal Vasuki?

"Paduka sepertinya justru sibuk berbincang dengan diri sendiri," Laira menegur pelan.

Shunka tertawa tanpa suara.

Sang raja menggenggam tangan Laira.

Ia memejamkan mata, mencoba menghalau keraguan dan menghimpun keyakinan.

"Laira, pemimpin putri-putri Aswa dan pendampingku," bisik Shunka pelan dan berat, "Bersiaplah untuk berangkat ke kerajaan Vasuki. Kaulah utusan terbaik Pasyu Aswa untuk dapat menjalin ikatan lebih erat dengan Pasyu Vasuki."

Keluwesan dan keanggunan Laira, membuatnya seketika membungkukkan badan dan patuh menerima titah sang raja. Kesetiaannya dibuktikan tanpa menyangkal. Namun tentu, Shunka menangkap ada kilat terkejut di mata Laira. Sama seperti dirinya dan Gosha, Laira pun diliputi keraguan tentang langkah Shunka hal Aswa kali ini.

Mengapa bukan Gosha?

Mengapa bukan raja Shunka sendiri?

Mengapa harus Laira?

Bagaimana nanti tanggapan raja Tala hal Vasuki?

Apa yang harus disampaikan?

Bagaimana jika tertolak dan tujuan utama Shunka hal Aswa tak tercapai?

Meski masih kabur dengan tujuan tugasnya, Laira mengingat sumpahnya ketika dahulu menikahi Shunka –pangeran dan sosok terbaik kerajaan Pasyu Aswa. Ia akan membuktikan diri pantas menerima cintanya dan pantas memimpin garis seluruh perempuan Aswa.

❄️💫❄️