Chereads / Direktur, Ayo Cerai / Chapter 33 - ##Bab 33 Idaman Para Lelaki

Chapter 33 - ##Bab 33 Idaman Para Lelaki

Ekspresi semua orang seketika berubah. Semua jenis pandangan memandang Febi, ada beberapa yang terlihat bersimpati.

Febi menarik napas dalam-dalam dan berdiri perlahan. Dia sudah mabuk dan langkah kakinya sedikit terhuyung-huyung. Tasya menyalahkan Helen karena bisa melihat situasi, dia melangkah maju untuk memapah Febi, "Aku akan menemanimu keluar untuk melihat wanita jalang dari mana itu?"

"Tidak perlu, wanita jalang mana pun tidak ada hubungannya denganku." Suara Febi tampak sangat pelan di dalam ruang pribadi itu, dia menepuk bahu Tasya seolah dia baik-baik saja, "Kamu duduklah, aku akan pergi ke kamar mandi."

Tasya khawatir dan ingin mengikuti, tapi Febi menggelengkan kepalanya pada Tasya. Tasya akhirnya duduk kembali, di dalam hatinya dia memarahi terus-menerus memarahi Nando.

Febi berjalan keluar dari ruang pribadi yang berisik, hatinya juga menjadi tenang. Seketika dia teringat dengan apa yang dikatakan Helen barusan. Febi tidak berhenti, dia pergi ke kamar mandi.

Namun ...

Saat dia hendak menyeberang sebuah ruang VIP, tiba-tiba pintu didorong terbuka dari dalam. Tanpa sadar Febi mengangkat kepalanya, dia melihat sosok yang dikenalnya.

Pada saat ini, Nando juga melihatnya. Seakan tidak menyangka Febi muncul di sini, terlihat sedikit kejutan di mata Nando.

Kapan terakhir kali Febi melihat Nando? Setelah membahas perceraian dan Nando membanting pintu. Sejak itu, setiap hari Nando pulang subuh, saat itu Febi sudah tidur. Saat Febi bangun, di sampingnya sudah tidak ada orang lagi.

Oleh karena itu, bahkan jika mereka tinggal di bawah atap yang sama, mereka tidak dapat bertemu satu sama lain.

"Kenapa kamu di sini?" Orang yang pertama berbicara adalah Nando.

Febi berdeham pelan sambil tersenyum, "Mungkinkah hanya Tuan Muda Nando, yang bisa datang ke klub?"

Wajah Nando terlihat masam, "Kamu minum?"

"...." Febi tidak menjawabnya.

"Dengan siapa kamu minum?" Setelah Febi mengabaikannya, wajah Nando terlihat sangat masam dan nada bicaranya lebih seperti menyalahinya.

"Bagaimana denganmu? Dengan siapa kamu berpelukan di sini?" Febi juga menjadi kesal, nada suaranya menjadi lebih kesal.

Mata Nando menegang, dia mengulurkan tangan untuk memegang pergelangan tangan Febi dan menyeretnya keluar, "Kamu sebaiknya tidak membuntutiku ke sini!"

Febi tidak bisa menahan tawa, tawanya penuh dengan penghinaan, "Lepaskan aku! Kamu tidak perlu menganggap tinggi dirimu, aku tidak punya waktu untuk membuntutimu!"

Febi berjuang keras, dia memegang pintu ruang VIP lain, dia menolak untuk membiarkan Nando menyeretnya pergi. Nando memelototi Febi dengan marah, seolah-olah tidak ingin menatapnya lebih lama. Saat ini ....

"Nando?" Tiba-tiba terdengar suara lembut seorang wanita.

Tanpa menunggu Febi menoleh, tiba-tiba Nando melepaskan tangan Febi dengan cepat, seolah-olah dia bersalah. Nando bahkan mendorongnya dengan keras sehingga Febi mundur dua langkah ke belakang.

Menyedihkan ....

Sungguh menyedihkan ....

"Apa yang kalian lakukan?" Suara wanita itu masih sangat lembut, cukup membuat tulang menjadi rapuh.

Febi mengikuti suara itu dan melihat seorang wanita ramping dan tinggi. Dengan rambut hitam lurus terurai di belakang punggungnya, dia memiliki temperamen yang bersih dan ceriah yang merupakan idaman para lelaki. Dengan wajah kecil seukuran telapak tangan, dia terus tersenyum tipis, fitur wajah kecilnya terlihat imut.

Febi mengatupkan kedua tangannya erat-erat, jari kukunya hampir menusuk masuk ke dalam daging. Dibandingkan dengan sosoknya, Febi tidak lebih buruk dari wanita ini. Dibandingkan dengan penampilannya, dia juga mungkin tidak bisa menandinginya, tapi ....