*
*
"Tapi aku tahu ada sebuah senjata yang dapat membunuh Demon King."
"…Tapi hanya angel yang dapat menggunakannya?" Tebak Abaddon menatap Gerald tajam.
Gerald mengangguk.
"Apa kamu dapat-"
"Jangan memintaku melakukan hal itu." Gerald memotong cepat Abaddon. "Tidak mungkin seorang angel dengan rank sepertiku dapat melakukannya, bahkan aku tidak mungkin dapat menyentuhnya." Dia tersenyum. "Dan, kalaupun aku dapat menggunakannya, aku tidak mungkin dapat membunuhmu."
Kalimat Gerald membuat Abaddon benar-benar tidak percaya mendengarnya. "…Apa kita benar-benar begitu dekat?"
"Aku tak tahu apa kamu menganggapku sebagai teman dekatmu." Gerald menghendikkan bahunya. "Tapi yang ku tahu, kita selalu bersama selama pelatihan. Dan kita tidak punya teman lain." Ucapnya tertawa. Abaddon hanya diam mendengarnya. Kini Gerald menatapnya khawatir. "Kenapa? Apa kamu banyak merasakan sakit?"
Abaddon tersenyum. "Dengan kekuatanku sebesar ini… Aku bahkan tidak tahu aku dapat terluka."
Gerald menggeleng. Lalu menunjuk dada Abaddon. "…Bukan sakit di fisikmu."
Abaddon menatap Gerald. Lalu tersenyum lagi. Senyumnya terasa lebih pahit lagi.
"Apa kamu menyesal telah memilih jalan ini?"
"Sejujurnya, aku tidak tahu." Abaddon menghela nafas. "Aku bahkan tidak mengingat apa pun." Mereka berdua terdiam untuk beberapa menit. "…Apa dia cantik?" Abaddon bertanya memecahkan keheningan.
"Siapa?"
"Gadis yang membuatku memilih jalan ini."
"Tidak!" ucap Gerald kesal. "Dia begitu jelek." Dia menjawab cepat.
Abaddon tertawa. Lalu dia mencoba menyimpulkan. "Jadi aku, seorang angel, menyukai seorang manusia, dan membuat dosa besar. Lalu menjadi Demon King. Terdengar seperti drama."
"Manusia?" Gerald tertawa keras. "Jika dia adalah manusia, aku mungkin akan mencoba mengerti." Wajah Gerald berubah masam. Dia terlihat marah, menatap Abaddon tajam.
"…Apa maksudmu?"
"Kamu menyukai seorang demon."