*
*
"Lalu, karena Kii selalu bersamaku, kecelakaan biasa tidak mungkin mengambil nyawaku. Karena itu, aku sakit seperti ini. Bahkan dokter sampai sekarang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku." Sakura menjelaskan apa yang dia fikirkan.
"Penjelasanmu masuk akal."
Sakura seperti menyadari kalau Gerald tidak ada menjawab pertanyaannya. "Mii, apa ini kehidupanku yang kedua? Atau ini adalah kehidupanku yang terakhir?" suara Sakura semakin terdengar lemah.
"Malaikat tidak diperbolehkan untuk menjawab pertanyaan seorang manusia yang hidup."
Gerald dan Sakura saling menatap dan tersenyum satu sama lain.
"Aku pasti akan sangat senang jika aku dapat berjumpa lagi denganmu, Mii." Sakura mencoba memancing sesuatu dengan kalimatnya.
"Aku juga senang melakukannya lagi." Gerald masih tersenyum menatap Sakura.
Sakura tampak lebih tenang saat mendapat jawaban Gerald, karena dia sepertinya mengerti sesuatu dari kalimat Gerald. Dia kini menatap Abaddon yang hanya diam menggenggam tangannya.
"Hei, Kii. Apa kamu hanya akan diam seperti ini?"
Abaddon masih diam. Matanya masih lurus menatap tangan Sakura yang pucat dan kurus.
"Aku minta maaf, Kii." Sakura tersenyum getir. "Aku membuatmu menunggu terlalu lama." Suaranya parau. "Tapi, mungkin ini adalah keegoisanku. Aku mohon, tunggu aku lagi." Matanya berkaca-kaca.
Abaddon tak lagi sanggup menahan tangisnya. Dia sesegukan menempelkan tangan Sakura lekat di bibirnya.
"Tenang saja, kali ini aku akan bernegosiasi untuk mengembalikan ingatanku lebih cepat." Abaddon sama sekali tidak mengerti apa yang difikirkan Sakura untuk mengatakan kalimat itu dengan yakin.
Abaddon menggeleng. Dia masih tidak sanggup mengangkat wajahnya untuk melihat wajah Sakura.
"Aku berjanji akan melindungimu. Seperti kamu telah melindungimu selama ini." Sakura ikut menangis.
Kini Abaddon memeluk Sakura. "Jangan tinggalkan aku." Dia memeluk erat Sakura yang mencoba membalas pelukan Abaddon.
"Maafkan aku." Sakura terlihat menahan sakit yang ada di dadanya. "Terimakasih Kii."