Abaddon menatap bayi mungil yang baru lahir ke dunia itu. Malaikat penjaganya terus menerus menatap Abaddon, terlihat takut, namun mencoba melindungi wajah bayi itu dari tatapan Abaddon. Wajahnya cemas berharap Abaddon segera pergi dari tempat itu.
"Bukan dia. Lagi-lagi bukan dia." Abaddon tampak kecewa sambil berbicara dalam hati.
Abaddon berjalan pelan di lorong rumah sakit bersalin itu, entah untuk berapa juta kali. Berharap bertemu dengan gadis yang sangat dia rindukan.
"Kali ini adalah kehidupan terakhirnya. Dua kehidupannya telah sia-sia bersamaku. Apa dia tidak akan menyesal jika kali ini dia akan bersamaku lagi?" Abaddon masih berbicara dalam hati. Setelah sekian lama dia menunggu, dia terlihat telah berfikir terus menerus sehingga terlihat begitu pesimis.
"Aku berharap dia tidak akan mengingatku. Dia harus bahagia dengan manusia lain. Kehidupannya akan begitu singkat jika dia memilihku lagi. Aku tak mau dia melakukannya lagi." Fikir Abaddon berjalan pergi dari rumah sakit itu dan masuk ke dalam rumah sakit lain.
"Tapi, aku harus bersamanya untuk melindunginya. Aku tak ingin dia mendapat kecelakaan seperti Sakura." Abaddon masih sibuk dengan fikirannya melewati lorong rumah sakit lain itu.
Suara tangisan bayi membuat Abaddon menatap kamar bersalin itu dengan lekat.
Dia tertegun melihat angel yang berada di sana. Angel itu tersenyum padanya saat dia menyadari Abaddon sedang menatapnya.
Abaddon membalas senyuman angel itu. Dan dia merasakan air mata mengalir di pipinya.
"Beruntunglah, dia tetap menjadi seorang gadis." Gerald seakan menggoda Abaddon ramah. "Dia terlihat begitu gigih ingin menjadi pasanganmu."
Abaddon mendekati bayi mungil yang dari tadi menangis dengan keras.
"Selamat datang." Desah Abaddon pelan dengan senyum, menatap bayi itu lekat.