Surabaya, 22 Febuari 2022.
Laki-laki itu mengusap wajahnya kasar dengan kedua tangannya, di sertai kedua mata yang melirik sekilas ke arah laptop yang sudah menyala hampir setengah jam berturut-turut.
Rasa pening yang menjalar di kepalanya membuat jari laki-laki tersebut sedikit memijat pelan di arah sana.
Lelah? Tentu. Itu yang sedang ia rasakan sekarang, banyak hal yang ia tampung sendirian dan beban dari segala aspek saat ini.
Keluarga, pekerjaan, kebutuhan. Ah! Semuanya, dan itu cukup membuat Azka lelah. Sangat amat lelah, sampai-sampai Azka tidak bisa berfikir jernih sama sekali.
Sebagaimana otak berucap untuk beristirahat, minimal sepuluh menit saja. Rasanya Azka tidak bisa mengindahkan hal tersebut.
Karena bagaimana pun ternyata ia tidak bisa dengan situasi yang sekarang ini.
Pekerjaan yang secara sepihak mengeluarkan dirinya, orang-orang tersayang terutama keluarga dan lebih jelasnya lagi Bunda yang mengharapkan banyak hal kepadanya membuat Azka merasa gagal jadi diri sendiri. Itu cukup membuat ia merasa sedih.
Seandainya ia mempunyai seseorang untuk bersandar dan berbagi kesedihan yang ia alami sekarang ini. Mungkin Azka tidak semenyedihkan sekarang atau semacamnya.
Karena bagaimana pun, Azka tidak sekuat yang orang lain pikir.
Tidak sehebat yang orang lain kira, dan tidak sekeren yang orang lain lihat selama ini.
Tidak, Azka tidak seperti itu. Dan hanya satu orang yang mampu dan memahami dirinya dari keadaan yang kacau bahkan semuanya.
Iya, hanya satu yaitu Sera. Teman masa kecilnya saat dirinya masih menginjak sekolah dasar.
Entah kenapa membayangkan wanita itu Azka terkekeh geli sebari berdecak pelan, rasa nyeri di hatinya tiba-tiba kembali tumbuh saat Azka baru saja ingat bahwa Sera sudah menikah dan mempunyai dua anak yang tumbuh sebagai anak-anak yang lucu, yap! Azka akui Sera benar-benwr mempunyai keturunan yang cantik sekaligus tampan.
Azka menghela nafas kasar, senyuman kecil di bibir tipisnya terlihat. Dengan kedua mata yang menatap nanar ke layar laptop yang masih menyala.
"HAH!" Azka menyenderkan tubuhnya. "Inget anjing! Sera bini orang."
Akhirnya, setelah setengah jam berdiam diri di kamar dengan laptop yang menyala. Azka membuka icon twitter di laptopnya, menjernihkan pikiran dari semua yang mampu membuat dirinya merasakan kepala pening yang hebat.
Ia menarik nafas panjang, membaca beberapa tulisan-tulisan kegabutan temen-temannya di sana. Namun saat ia berlarut dari tulisan-tulisan tersebut, dentingan notifikasi terdengar. Dan itu berasal dari icon pesan di akun twitternya.
Matanya melirik, lantas memencet icon tersebut dan melihat siapa yang mengirimnya pesan pada siang hari seperti ini.
Goo Goo?
Azka mengerenyitkan kedua alis matanya saat membaca usename itu, kemudian beberapa detik sesudahnya kedua matanya melebar saat tahu bahwa akun tersebut adalah akun twitter Sera.
Iya! Sera, wanita yang sempat ia pikirkan beberapa menit yang lalu.
Astaga! Mengapa bisa? Apa kebetulan?
Azka menggeleng, detak jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.
Rasa salah tingkahnya sudah tidak karuan, dan itu cukup menyebalkan. Karena hanya cuma Sera yang bisa membuat Azka seperti ini.
Goo Goo :
Hi Tan!!
Laki-laki itu membaca pesan tersebut, senyumnya terukir saat Sera memanggilnya dengan sebutan "Tan".
Tan ya? Hahaha, itu panggilan yang selalu mereka lakukan sejak dulu.
Tan = Mantan.
Memang sih, mereka itu teman semasa mereka masih kecil bahkan jaman-jaman mereka belum baligh sama sekali.
Tapi percayalah, semua itu memang terjadi. Sampai pada akhirnya saat mereka berdua menginjak masa-masa remaja.
Dan Azka menyukai Sera, sesimple itu. Banyak hal yang mereka lewati sampai mereka pun berpisah, dan itu jelas kesalahan Azka tentunya.
Jari-jari Azka mengetik beberapa huruf di atas tuts-tuts laptop miliknya, berniat membalas pesan tersebut.
Azka_13 :
Iya tan kenapa?
Jari telunjuknya memencet beberapa tuts untuk mengirim balasannya.
Dengan kaki kanan yang sedari tadi bergerak tanpa Azka sadari membuat dirinya menghela nafas kasar.
"Gue kenapa sih?" Lagi, Azka bergumam pada dirinya sendiri.
Meratapi dirinya yang terlihat sangat mengenaskan sekarang.
Suara dentingan tersebut kembali terdengar membuat Azka kembali mendongak kepalanya dan buru-buru memencet icon pesan tersebut.
Goo Goo :
Apa kabar Tan??!!!!
Membaca itu kekehan kecil Azka terdengar ke indera pendengaran miliknya, seperti yang ia baca dan ia lihat. Sera sepertinya sedang bersemangat sekarang, dan itu cukup menggemaskan. Bahkan ia bisa membayangkan wajah Sera kalau sedang bersemangat akan hal sesuatu, dan itu cukup membuat Azka senang untuk mengingatnya lagi.
Azka_13 :
Allhamdulillah, Lo sendiri gimana?
Goo Goo:
Sehat dong!!!
Gimana nih? Aman kan lo?
Membaca balasan Sera membuat Azka terdiam, detak jantungnya kembali berpacu lebih cepat dari biasanya. Dan itu cukup membuat kesedihan yang sempat ia rasakan tadi kembali muncul.
Kenapa bisa? Sepaham itu Sera pada keadaan Azka?
Lagi pula, mereka berdua sudah hampir tidak berhubungan semacam say hai atau yang lainnya seperti halnya berbasa-basi. Bahkan semua social media miliknya di sembunyikan oleh laki-laki itu agar tidak terus teringat akan kebodohan dan penyesalan yang ia lakukan di masa lalu.
Mungkin kalian bertanya-tanya, penyesalan apa yang ia rasakan sampai detik ini.
Jelas itu sangat besar, dan sepertinya sebentar lagi kalian akan mengetahui penyesalan apa yang Azka rasakan setelah membaca semua cerita tentang masa lalu mereka berdua nantinya.
Ngomong-ngomong, jari jemari milik Azka rasanya tidak mampu untuk membalas pesan milik Sera, karena jujur ia tidak ingin rapuh hanya karena pertanyaan Sera atau sikap ketahuan wanita itu yang seakan-akan tahu keseluruhan hidupnya.
Goo Goo :
Tan? Lo masih di situ kan?
Suara dentingan notifikasi kembali muncul, dan itu cukup membuat Azka menghela nafas pelan membaca balasan dari Sera.
Mau tidak mau, akhirnya ia memilih untuk membalasnya sebagaimana hatinya juga tidak mampu.
Karena bagaimanapun, untuk bohong dengan Sera juga rasanya tidak mungkin. Karena ia benar-benar akan tahu kapan Azka berbohong atau tidaknya.
Azka_13 :
Kayanya buat bohong ke diri lo tuh gak mungkin ya Ser, karena gimana pun lo bisa lihat diri gue baik apa enggaknya segimana kita jauh dan udah jarang ketemu.
Setelah selesai membalas seperti itu, Azka diam Dan kembali menatap layar laptopnya.
Menunggu jawaban wanita tersebut yang sudah lama ia rindukan selama ini.
Sepertinya kesalahan yang fatal jika Azka masih berharap kehidupan Sera dimana sudah jelas bahwa ia sudah berkeluarga, dan tentunya wanita itu tampak bahagia dengan kehidupannya yang sekarang. Berbanding balik dengan Azka yang setiap hari hanya beban yang dia rasakan dari segala macam-macam aspek.
Dentingan tersebut kembali terdengar, dengan rasa terburu-buru Azka memencet icon tersebut dan membaca pesan itu dalam hati.
Lantas, entah kenapa membaca rentetan pesan yang dikirim oleh Sera mampu membuat Azka menjatuhkan air matanya yang selama ini ia tahan agar terlihat kuat didepan banyak orang terutama Bunda. Sialan! Sera benar-benar memegang titik lemah dirinya.