Sera menghela nafas panjang, sorot matanya menatap lurus ke arah neneknya yang sedang mencoba memanaskan motor matic berwarna merah karena beberapa menit lagi mereka akan berangkat ke sekolah.
Iya kalian benar, tebakan kalian sungguh benar karena memang pada dasarnya Sera sedang berdiri tidak jauh dari posisi neneknya yang bernama Tina itu.
Dengan rasa malas hanya karena rasa semangatnya untuk ke berangkat sekolah saja tidak ada gairah sama sekali, membosankan? Oh itu sudah jelas dan sangat pasti karena bagaimana pun Sera muak dan malas dengan kondisi keadaan lingkungan sekolahnya.
"Kamu sudah pamitan sama kakekmu?" Tanya Tina sebari memakai helm dan memberi aba-aba agar Sera maik ke atas jok motor.
Sera melangkahkan kakinya cepat, menuruti aba-aba yang ditunjukan beliau kepadanya.
Tanpa bisa di lihat gadis tersebut menganggukan kepalanya pelan.
"Sudah kok nek, waktu Sera ngambil kotak makan di dapur. Kakek lagi ngambil piring sarapannya,"
"Oh yawes, kiraiin lupa pamitan kamu,"
"Ya enggak lah, Sera juga ngerti kok nek,"
Mungkin kalian bertanya bahkan banyak yanh menebak-nebak juga bukan perihal kakeknya Sera ini?
Mudji namanya, itu nama kakeknya Sera. Yang mempunyai sikap sedikit strict bahkan sedikit kaku juga sebenarnya. Gengsinya besar namun Sera tahu bahwa kepeduliannya kepada dirinya dan anak-anaknya sangatlah besar karena bagaimana pun sikap lurah para kepala rumah tangga memang seperti itu bukan?
Terlebih lagi semua anak-anaknya bahkan cucunya adalah cewek semua.
Alhasil Tina dan Sera pun berangkat, memakai motor matic milik Tina yang sudah bertahun-tahun menemaninya untuk berangkat kerja menjadi guru dibsalah satu sekolah menegah atas yang ternama di kota Surabaya.
Kalian pasti sedang menebak Tina ini umur berapa?
Baik, akan di jawab secara singkat dan padat.
Tina berumur empat puluh tujuh tahun, di mana dirinya susah hampir berumur setengh abad.
Tapi kalian jangan salah kapeah atau menilai karena bagaimana pun secara fisik bahkan kesehatan beliau masih terlihat segar dan kuat, ya walaupun terkadang suka sedikit mengeluh akibat pergelangan tangannya yang sakit jika membawa motor.
Tiga tahun lagi beliau pensiun, lebih tepatnya sih setelah Sera lulus dari sekolah menegah atas ini, seperti yang di sebutkan sejak awal bukan bahwa Sera sudah bertekad kembali lagi ke surabaya dan kembali pindah ke sekolah penuh trauma hanya untuk membantu krang tuanya di masa depan.
Tidak apa-apa, ia tahu jika ia tidak menganbil kesempatan ini Sera tidak akan bisa sekolah bukan? Karena bagaimana pun Bunda tidak bisa menyekolahkannya terlebih mau berharap dengan ayahnya? Haha itu hal yang konyol. Tidak, Sera tidak ingin bersikap bodoh untuk yang ke dua kalinya.
Dan juga kenapa tidak Sera saja yang membawa motor, yang pasti Sera belum di izinkan sepenuhnya untuk membawa motor sendiri sebagaimana Sera baru bisa sedikit-sedikit. Halah! Matic kok, kaya bawa sepeda bukan?
Kalau kalian berfikir kalau Sera Egois, sebenarnya tidak juga. Kasian sih iya kepada Tina. Tapi bagaimana? Kakeknya yang bernama Mudji itu bersih keras tidak ingin Sera membawa motor sampai dirinya mempunyai SIM sendiri.
Menyebalkan! Padahal di jaman sekarang ini sudah banyak anak sekolah bahkan anak SMP yang selalu membawa motor ke sekolah, jangankan motor mobil pun mereka bawa sebagaimana mereka belum mempunyai SIM pribadi atas mereka sendiri.
Sudah kalian bayangkan bukan? Sebagaimana strictnya kakek Sera ini?
Setelah motor matic itu masuk ke karangan sekolah dan memparkirkan motor tersebut ke tempat parkiran khusus guru, semua siswa yang juga baru datang dan masuk ke halaman sekolah bahkan yang juga sudah datang pun menatap lurus ke arahnya.
Risih? Itu sudah pasti, ini tatapan yang selalu Sera dapatkan sejak dahulu saat dirinya masih sekolah dasar di sekolah ini.
Hash! Yasudah mau bagaimana lagi? Memang faktanya Sera adalah cucu dari seorang gueu BK bukan?
Mau mengelak? Oh jelas itu tidak bisa, Sera sudah banyak di kenal sepenjuru sekolah dari SD-SMP-SMA bahwa dirinya adalah cucu dari guru. TITIK!
"Sera ke kelas ya nek," Celetuknya saat dirinya sudah melepaskan jaket helm bahkan menaruhnya di jok motor tersebut.
Tina menoleh, yang baru saja berniat untuk membuka jaket yang ia kenakan langsung menganggukkan kepalanya.
"Iya, jangan lupa perhatikan pelajarannya ya Ser,"
Sera tidak menjawab, hanya mengangguk pelan sebari tersenyum tipis ke arahnya.
Helaan nafas dari mulutnya terlihat jelas lagi saat langkah beratnya terarah ke kelas yang akan dirinya tuju.
Baiklah, lantai satu. Dan itu juga lumayan jauh dan lumayan juga Sera melewati banyak orang tengah memandangnya dengan berbagai macam pandangan yang Sera tidak ketahui.
Sengaja, sengja Sera tidak ingin menatap ke arah mereka karena bagaimana pun hal itu bukanlah hal yang bagus untuk di tatap balik, yang ada tujun utamanya mampu membuat Sera goyah atau tidak malah dirinya ingin kembali pulang ke Jakarta.
Sial! Tidak semudah itu kawan.
Saat langkahnya berniat untuk menaiki anak tangga, bisa Sera rasakan bahwa ada kaki seseorang yang sengaja menjegalnya.
Fuck! Makinya dalam hati.
Dan tepat! Sera pun sedikit tersungkur pelan akibat ulah yang jelas Sera tahu siapa dia.
Irene, gadis yang sekarang Sera nilai bahwa dirinya adalah gadis centik yang biasa si sebut teman-temannya di Jakarta dengan sebutan "Pick Me Girl"
Sebenarnya sewaktu SD mereka itu teman dekat, bahkan sebangku kalau seandainya kalian tahu, tapi entah kenapa saat dirinya kembali ke sini. Lebih tepatnya sewaktu Sera kembali di mana mereka sudah menginjak ke arah Remaja menunu ke Dewasaan.
Irene tampak terlihat seperri ke kanak-kanakkan sekarang, dan tentunya Sera tidak tahu alasannya apa. Karena sewaktu kecil dulu kita berdua sedekat itu.
Apa karena dirinya ikut-ikutan dengan teman-teman yang lain? Jika dekat dengan Sera itu tandanya cari muka ke para guru?
Cih! Pikiran konyol apa itu?
Sera bangkit, tangannya mengibaskan rok abu-abu yang sedikit berdebu akibat kejadian barusan.
Mata Sera menatap malas ke arah Irene.
Dan hanya satu kata di dalam benak gadis tersebut sekarang, buang-buang waktu.
"Caper Ir?" Celetuk Sera, membuat Irene yangvtadi tertawa langsung terdiam begitu saja.
Bahkan kedua antek-anteknya yang Sera juga kenal. Siapa lagi kalau bukan Nia dan Dewi?
"Maksud lo Ser?" Langkah Irene sedikit maju, dan itu jelas tidak membuat Sera memundurkan langkahnya sedikit pun.
Baru juga mau membuka suara, tangan kanan Sera langsung di tarik pelan oleh seseorang, jelas Sera reflek menoleh dong. Karena bagaimana pun orang tersebut menganggu Sera di mana Sera juga ingin membuktikan bahwa dirinya bukanlah gadis yang menye-menye saat sekolah dasar dulu.