Chereads / Keeping Memories / Chapter 6 - Chap 5

Chapter 6 - Chap 5

"Apaan sih?" Kata Sera sebari menarik tangannya kasar dari pegangan Azka saat laki-laki tersebut sudah membawa Sera ke dalam kelas yang tidak ada orang satu pun di sana.

Azka menghela nafas panjang, kedua sorot matanya menatap ke arah Sera dengan tatapan datar.

"Udah gak usah di hirauin,"

Mendengar hal itu Sera menaikan sebelah alis matanya.

"Gak salah denger gue?" Ucapnya dengan nada heran.

"Lo gak lihat dia sengaja jengkal gue di tangga? Masa iya gue diem aja Ka? Gak masuk akal banget," langkahh Sera menjauh. Menuju ke arah bangkunya dan menaruh tas ke atas meja sebari mendudukan tubuhnya ke atas bangku secara bersamaan.

"Iya tau, tapi kan lo masuk sekolah sini lagi baru beberapa hari lagi loh. Masa iya mau bikin bu Tina pening liat kelakuan cucunya?"

"Dih! Ngatur lo?"

Mendengar hal tersebut Azka menghela nafas panjng, jujur baginya Sera yang sekarang ia kenal sedikit banyak perubahan setelah dirinya sempat tinggal di Jakarta.

Bahkan sejujurnya Azka aja tidak tahu kebapa Serabyang ia kenal sebagai sosok yang ceria bahkan ramah (ya walaupun ini juga masih dan terkadang ke lewat bego juga kaya kemarin) tapi entah kenapa sekarang ini Sera sedikit mempunyai sikap dominan.

"Ya enggak, gue ngasih tahu doang," Jawab Azka yang tengah melewati tempat duduk Sera karena laki-laki itu berjalan menuju ke bangkunya.

"Jangan berulah dulu, yang ada makin ribet. Percaya sama gue,"

"Gak peduli sih,"

Mendengar itu Azka langsung menoleh ke arah Sera. Sedikit tidak percaya bahwa gadis itu benar-benar menimpal ucapannya seperti itu.

Sial! Sera yang ia kenal dulu secara baik itu ke mana?

"Yaudah terserah, gue kan cuma ingetin. Lo lupa tujuan lo balik lagi ke sekolah ini apa Ra? Segimana lo ke paksa pun dengan keadaan lingkungan yang toxic begini?" jelas Azka dengan nada lembut.

Dan itu cukup membuat Sera mendengarnya terdiam.

Ia tidak menimpali ucapan laki-laki tersebut, bahkan dirinya pun tidak mengelak atau apalah itu seperti beberapa menit lalu.

Rasanya seperti di tampar dengan sebuah rentetan pernyataan yang di berikan Azka.

Sedangkan Azka yang melihat respon tersebut hanya menatap lurus ke arah Sera yang tengah membelakanginya.

Entah apa yang tengah gadis tersebut pikirkan, namun yang pasti Azka sedikit merasa bersalah karena sudah berkata seperti barusan kepada Sera.

Mungkin sedikit dari kalian sedikit agak bingung dengan yang terjadi barusan.

Namun yang jelas, sebelumnya mereka memang sedekat itu. Sangat amat dekat, mungkin sudah di jelaskan di bab sebelumnya kedekatan Azka dan Sera itu seperti apa.

Namun yang pasti, mereka berdua memang sangat sedekat itu.

Azka melawati Sera yang masih duduk di sana, laki-laki tersebut berniat untuk keluar kelas agar semua teman-temannya tidak berfikir yang tidak-tidak jika melihat dirinya berduaan dengan Sera di dalam kelas.

Baru juga beberapa meter menuju keluar kelas, langkah Azka terhenti saat dirinya mendengar perkataan Sera.

"Sorry,"

Satu kata namun mampu membuat Azka menoleh langsung kearah Sera, dan alhasil pandangan mereka saling bertemu sekarang.

Sudah berapa lama? Sudah berapa lama mereka tidak saling menatap satu sama lain seperti ini?

Dan Azka pun menyadari sesuatu di dalam diri Sera, bentuk wajah yang berubah. Rambut yang biasanya di potong pendek bak salah satu tokoh kartun yang bernama Dora, seakan ia memilih untuk berambut panjang.

Warna rambut yang kecoklatan itu tampak membuat Sera terlihat cantik.

Pipi yang dulu ia ingat berbentuk chubby itu sekarang sedikit terlihat tirus.

Iya, sudah banyak perubahan di dalam diri Sera. Dari fisik bahkan sikapnya.

Azka menghela nafas panjang, bibirnya tersenyum kecil ke arah gadis tersebut. Dan dirinya tidak mengeluarkan sedikit perkataan untuk membalas ucapan Sera barusan.

Lantas ia memilih untuk melanjutkan langkahnya, meninggalkan Sera seorang diri di sana.

Mungkin, memang sulit untuk kembali akrab dengan Sera di mana mereka berdua sudah menginjak remaja.

Namun jauh dari lubuk hatinya itu, Azka ingin kembali seperti dulu. Karena yang ia tahu dan ketahui Sera adalah gadis yang rapuh.

Terlebih dirinya juga masih ingat bagaimana bu Tina sejak sekolah dasar selalu meminta Azka untuk memantau Sera.

Sampai gadis itu memilih pindah di saat kelas lima SD sampai SMP.

Dan akhirnya, beberapa minggu yang lalu, di mana ajaran baru akan di mulai dan Azka akan masuk ke Sekolah Menengah Akhir.

Bu Tina tiba-tiba memanggilnya, menceritakan semua tentang gadis itu kepadanya sekaligus memberi tahu bahwa Sera terpaksa masuk ke sekolah ini sebagaimana Bu Tina tahu bahwa Sera sangat tidak nyaman di sini.

Tentunya, bu Tina meminta bantuannya. Membuat Sera nyaman dan memantau gadis tersebut setiap harinya.

Terkadang memang Azka sedikit kurang mengerti kenapa bu Tina sepercaya itu kepadanya.

Namun saat beliau menjawab bahwa di kelas yang lebih bersikap dewasa hanyalah Azka bagi bu Tina.

Iya memang, kelas Azka memang terkenal sedikit sulit di atur sejak mereka semua masih berda di sekolah dasar, berbeda dengan dua kelas lainnya.

Dan mengapa Sera di masukan kelas lainnya? Ya karena itu keputusan kepala sekolah, dimana sejak awal Sera memang sudah sekelas dengan mereka semua sejak SD.

Iya, Azka juga sedikit bingung dengan krikulum dan sistem sekolah di sini, tapi bagaimana pun sekolah ini adalah sekolah terbaik di Surabaya. Ya seperti halnya sistem sekolah International begitu intinya.

Di mana anak yang di sekolahkan di sini sejak SD harus di selesaikan di sini sampai SMA kelak.

Tapi jika memang Sera bisa di pindahkan kelasnya juga tetap saja lingkungannya akan toxic, karena bagi semua murid. Anak guru atau cucu guru adalah murid yang sangat menyebalkan, dan jelas mereka akan di kucilkan di sini.

Jika ada yang berteman di anggap cari muka oleh mereka.

Aneh? Haha! Faktanya memang seperti itu teman-teman.

"Lo ngapain sih sok narik-narik Sera?" Kata Irine yang tiba-tiba menghampirinya di saat Azka sedang asik mengobrol dengan teman-temannya di luar kelas sebari menunggu bel masuk.

Azka menoleh, menatap malas ke arah mantannya itu.

"Centil sih lo, pagi-pagi caper,"

Irene membelalakan kedua matanya, rasanya tangannya ingin menampar laki-laki itu secara langsung. Tapi sayang, ia tidak ingin terlihat sebrutal itu di hadapan semua orang di mana di sana banyak kakak kelas semua.

"Ya dari pada lo carmuk ke bu Tina,"

"Lah mending, bisa dapet nilai A+. Dari pada lo udah caper macem cewek jual diri Dolly sono,"

"Anjing ya lu Ka!" Marah Irene sebari menampar mulus wajah tampan laki-laki tersebut.

Tanpa melihat suasana sekitar Irene langsung pergi meninggalkan Azka, di mana semua orang tengah menatap ke arahnya.

Ben teman sebangu Azka menghela nafas panjang, matanya melirik ke arah sekitar di mana semua sudah terlihat sibuk masing-masing kembali.

"Sera ya?"

Azka hanya mengangguk, tanpa mengeluarkan sedikit ucapan terhadap laki-laki itu.

Dan Ben pun langsung paham, iya hanya Ben yang memahami kepedulian Azka terhadap Sera itu seperti apa.

Sejak dulu mereka masih kecil.