Chapter 16 - Prabu Arimbaji

Raden Sitija menuju kearah Petilasan Gandhamadana.Petilasan(Bahasa Jawa:Pemakaman) Para Leluhur Sang Ayahanda, Sri Narendra Khrisna.Raden Sitija Bersama Sang Ayahanda berangkat bersama Menjelang Mentari Bersinar.

"Ngger …,Apakah Kau sudah siapkan Ubarampenya(Bahasa Jawa:Persiapan)...?"Tanya Sang Ayahanda Pada Raden Sitija.

"Sendiko Dawuhipun(Bahasa Jawa:Sesuai Keinginan), Kanjeng Rama..."Jawab Raden Sitija Sambil Menyatukan Kedua Telapak Tangan.

Tak lupa Raden Sitija Menundukkan Kepalanya Memberi Hormat Pada Sang Ayahanda.

"Kita akan berkuda saja,Ya…Ngger.Menuju kearah Gandhamadana.Karena Letaknya Juga tidak cukup jauh sini?"Kata Sang Ayahanda Kepada Putranya.

Raden Sitija Tersenyum dan menganggukkan Kepalanya Kepada Sang Ayahanda.

Para Abdi Dalem mempersiapkan Kuda -kuda istana pilihan. Kemudian Para Abdi Juga memasangkan Pelana dan Tali Kekangnya.

"Sendiko Dawuh,Sinuwun Pangeran(Bahasa Jawa:Paduka Pangeran).Apakah Kanjeng Sinuwun Narendra dan Sinuwun Pangeran membutuhkan Penunjuk Jalan?"kata seorang abdi dalem sambil duduk bersila. Kemudian dengan menyatukan Kedua Telapak tangannya.Juga Menundukkan Kepalanya kepada Junjungannya.

"Tidak perlu…,Paman.Kami Sudah tahu arahnya hanya beberapa jangkah dari sini.Silahkan Paman -paman beristirahat dulu."kata Raden Sitija Seraya membalas Hormatnya sang Abdi Dalem.

"Matur Sembah Nuwun, Sinuwun Pangeran..."Kata Sang Abdi Dalem Memberi Hormat Kembali sembari berlalu dari Tempatnya.

Mereka berdua segera menaiki Kuda -kuda yang telah dipersiapkan. Dan menghentak pelan Tali Kekangnya.Seketika Kuda -kuda itupun Meringkik Kemudian berlari dengan kencang. Kuda -Kuda Itu menuju kearah Pertapaan dan Petilasan Gandhamadana.

............

Tanpa terasa Pasangan Ayahanda dan Putra itu telah sampai di Pintu Gerbang Gandhamadana.Disambut oleh Resi Jembawan Dan Cucunya Raden Gunadewa. Tampak didepan gerbang Prabu Baladewa Bersama dengan kedua putranya Raden Wisata,Raden Wilmuka.Putra Tertua Raden Pradjumna,Kakak Kandung Raden Sitija yaitu Raden Arya Bawana dan Sang Adik Raden Samba.Mereka menyambut Sang Ayahanda dan Sang Kakak Sekaligus Adik Mereka. Kemudian Mereka segera menuju ke Petilasan. Guna mendoakan para Arwah Sesepuh Mandhura.

Sang Narendra Dan Prabu Baladewa Mempersilakan Semua Untuk bersama duduk bersila.Mereka Mulai Menyatukan Kedua Telapak Tangan.Kemudian Memejamkan Mata dan Berdo'a bersama.Tapi lama kelamaan Raden Sitija merasa Ada yang lain. Raden Sitija merasa ada Situasi yang sama. Ketika sa'at mau melewati gerbang Batara Yamadipati.Raden Sitija Berusaha memusatkan pikirannya. Tapi semua terasa gelap. Raden Sitija seperti merasa masuk kealam lain.Alam Dimana Raden Sitija Menemui Batara Yamadipati.

"Kakang Sitija...!"ada suara besar parau yang memanggilnya.

"Aku Adalah Arimbaji,Kakang...!"tiba -tiba muncul sosok Raksasa Ditya berpakaian Seorang Resi.

Sang Resi Raksasa Berjalan kearah Raden Sitija.Kemudian Sang Resi mengikuti Pola Duduk Raden Sitija.Dengan sikap duduk bersila Sang Resi Ditya kemudian memberi hormat pada Raden Sitija.

Raden Sitijapun membalas hormatnya.

"Aku tahu, Adi.Tentang cerita Adi Arimbaji dari Paman Prabakesha.Akhirnya Aku bisa bertemu denganmu secara langsung.Adakah yang bisa Aku lakukan Untukmu,Adi Arimbaji...?"tanya Raden Sitija Kepada Sosok Adik Sepupunya Yaitu Prabu Arimbaji.

"Aku kesini menemuimu,Kakang.Karena Aku merasa berdosa, Dengan membiarkan jiwa jiwa Pasukan Pringgondhani.Yang dulu mengikuti Aku.Dan Sekarang Jiwa dan Ruh Mereka terperangkap dalam dendam di Wana Goa Siluman,Kakang.Aku ingin Kakang Sitija Mau membebaskan Mereka..."Pinta Prabu Arimbaji kepada Kakak Sepupunya.

"Bagaimana caranya,Adi...?"Tanya Raden Sitija.

"Mereka adalah Korban dari hasil perbuatanku,Kakang.Aku terlalu mementingkan diriku sendiri dalam memuja Para Dewa.Tanpa memperhatikan sekelilingku.Rakyat dan semua yang Aku percayai harus mati karena ulahku."kata Prabu Arimbaji Terlihat Kedua matanya yang berkaca -kaca.

"Aku ingin menebus kesalahanku pada Mereka. Semua Rakyat dan Arwah Pasukan yang pernah ada didekatku.Arwah -arwah itu percaya jika nanti ada yang bisa menghidupkan Mereka. Mereka meyakini bahwa itu adalah Aku.Kakang...!"

"Kau tidak bersalah Adi Arimbaji.Memang kadang apa yang Kita inginkan.Tidak seperti yang Kita harapkan.Kau sudah melakukan Dharmamu sebagai seorang Raja.Kau Punya Banyak Rakyat yang mencintaimu.Dan Pasukan -Pasukan hebat yang Pemberani berada disampingmu.Tidak ada yang perlu disalahkan dari Raksasa Ditya yang berhati suci sepertimu.Hanya Saja Kau selalu mempercayai ucapan Semua Yang Berbicara Padamu.Karena Kepolosanmu hingga Mereka yang durjana memanfaatkan kebaikanmu.Adi... "Jawab Raden Sitija Kepada Adik Sepupunya.

" Batara Yamadipati bicara Padaku, Seandainya mau Aku akan diberikan kehidupan kembali di alam fana.Tapi hatiku berat,Kakang.Biarlah Aku mencapai moksa, Dan Aku ingin menunjukmu, untuk menggantikanku.Aku Kemarin melihatmu,Kakang.Kakang menghidupkan kembali Kakang Wisata dan Kakang Gunadewa.Sekarang jika Kau Berkenan, Kakang.Aku meminta dan memohonmu kembali.Tolong Pergilah Kembali kearah Wana Goa Siluman.Dan hidupkan Para Pasukan yang juga teman dan sahabatku,Aku mohon.Hidupkanlah Mereka,Kakang.Agar Mereka bisa mengabdikan diri mereka Kepadamu..."kata Prabu Arimbaji sambil bersimpuh kepada Raden Sitija.Sang Prabu Seraya Menyatukan Kedua Telapak tangan dan Menundukkan Kepalanya Kepada Raden Sitija.

"Berdirilah, Adi.Baiklah akan Aku coba lakukan Untukmu..."Jawab Raden Sitija.

"Terima kasih…,Terima kasih. Kakang Sitija.Aku pamit dulu, Kakang. Dan Aku berharap,Semoga Engkau, Kakang. Tetap dalam lindungan SangHyang Wenang..."Pamit Sang Prabu, Kemudian Prabu Arimbaji Kembali menyatukan kedua telapak tangannya.

Dan Sang Prabu menghormat pada Raden Sitija lalu berdiri dan beranjak pergi.Raden Sitija kembali menutup kedua matanya.Tiba -tiba perasaan itu kembali gelap gulita.Dan ketika Raden.Sitija membuka matanya terasa ada yang aneh.Sang Narendra Khrisna,Ayahandanya duduk bersila melakukan hal sama dengannya.Sementara yang lainnya sudah tidak ada ditempat.Sri khrisna membuka Kedua Matanya dan tersenyum melihat Putranya.

"Kanjeng Rama kemana yang lainnya...?"Tanya Raden Sitija heran Kepada Sang Ayahanda.

"Kau melakukan Tapa brata ketika melakukan upacara nyekar,Ngger.Aku sampai mengikutimu..."

"Kanjeng Rama,Ma'afkan Hamba..."kata Raden Sitija sembari menghormat pada Sang Ayahanda.

"Kakang …,Diam diposisi seperti itu selama tiga hari Tiga Malam..."kata suara dibelakangnya yang ternyata adalah Raden Arya Gunadewa.

Raden Arya Gunadewa tersenyum Ketika melihat Kakangnya kembali.

"Sampai Kanjeng Rama merasa Khawatir,Tapi Syukurlah. Yang Penting Kalian berdua telah kembali..."Jelas Raden Gunadewa kepada Sang Kakang.

Raden Sitija dan Sri Narendra tersenyum akhirnya mereka bertiga saling merangkul.

"Kanjeng Rama…,Hamba meminta ijin untuk pergi nanti tengah malam kearah Wana Goa Siluman...?"

"Jika itu memang Wangsit(Bahasa jawa:Petunjuk) yang diberikan Kepadamu lakukanlah,Ngger.Nanti Aku akan menyuruh,Nakmas Tetuka, Adi Pancatyana dan Adi Prabakesha. Dengan membawa sedikit pasukan Pringgondhani untuk mendampingimu,Ngger..."Kata Sang Ayahanda kepada Putranya.

"Terimakasih, Kanjeng rama..."

"Hmmmm...,Sebentar lagi Matahari menggelinding. Sebaiknya Kita bersiap -siap balik ke Trajutrisna,Ngger...!"kata Sri khrisna sembari berdiri dan diikuti oleh Kedua Sang Putra.

"Sendiko Dawuh, Kanjeng rama...!"Jawab keduanya

seraya melangkah kearah Gapura Gerbang Gandamadhana.

Dan Mereka menaiki kuda masing -masing dan beranjak pulang kearah Trajutrisna.

Malampun tiba, Rembulan purnama menghiasi langit yang suram.Setelah berpamitan pada Sang Narendra Khrisna dan Prabu Baladewa beserta kakak -kakak beserta adik -adik nya.Raden Sitija,Ditya Pancatyana, Mahasenopati Prabakesha dan lima belas Raksasa Ditya Prajurit Kerajaan Pringgondani. Mereka bersiap siap melakukan perjalanan kearah Wana Goasiluman.

Raden Sitija memasang tali kekang pada Paksi Wilmuna, Lalu Raden Sitija kemudian menaiki Punggung Sahabatnya.

"Apakah Kau sudah siap.Ngger...!"kata Ditya Pancatyana Kepada Raden Sitija.

Raden Sitija menjawab dengan mengangguk Kearah Sang Paman.

"Baiklah…,Sebelum pagi tiba.Kita harus sampai disana, Paman...!"kata Raden Sitija.

"Ngger…,Aku menunjuk lima belas Hulubalang terbaik Pringgondhani.Mereka siap berjaga -jaga diluar Goa. Ketika Kita Kedalam Memasuki Goa Siluman..."kata Mahasenopati Prabakesha.

"Baiklah Paman-paman semua.Ayo Kita Berangkat...!"Kata Raden Sitija sambil sedikit menghentak tali kekang Garuda Wilmuna.

Sang Garuda pun mengeluarkan suara melengking berkali -kali sambil mengepak-epakkan Sayapnya.Paksi Wilmuna terbang mengambang diudara sebentar lalu melesat cepat kearah langit.

"Apa Kau siap Adi Pancatyana...,Siapa yang duluan Kita makan Sepuluh ekor Rusa hutan…!"kata Mahasenopati Prabakesha pada Ditya Pancatyana.

Dan Ditya Pancatyanapun Tersenyum Kemudian

membalas dengan anggukkan Kepala.Mereka Semua sembari mengambil ancang -ancang untuk berlari

"PRINGGODHANI…,AYOOO…BERANGKAT…!!"Seru Mahasenopati Prabakesha Kepada Semua Prajuritnya.

Para Raksasa Ditya itupun langsung berlari menggunakan kemampuan ilmu meringankan tubuhnya.Meskipun berbadan besar tapi Mereka mempunyai kecepatan yang luar biasa. Mereka Semua Berlari Kadang Melompat Cukup Tinggi Tanpa Menimbulkan Suara.Mereka Berlari menembus keheningan malam tanpa suara. Rombongan Para Ditya Kerajaan Pringgodhani mengikuti arah Paksi Wilmuna dan Raden Sitija. Agar Tetap tampak dalam pandangan Mereka.Mereka Tanpa Rasa Gentar Berlari menuju kearah Hutan Angker Wana GoaSiluman.